Di Dalam Tuhan Pasti Happy Ending
Hari ini aku menghadiri ibadah di GMS pada malam hari. Aku pun mendengarkan
pak Yusuf berdoa agar kita tidak takut dan tidak bimbang karena Tuhan menyertai.
Di dalam doanya dia pun mengatakan agar kita mengampuni orang-orang yang telah
menyakiti kita. Dia pun mengatakan bahwa Tuhan selalu membuat sesuatu yang baru
setiap harinya karena Tuhan itu kreatif. Perbuatan-Nya tidak pernah sama.
Lantas dia pun memimpin perjamuan kudus seperti biasanya.
Namun, setelah perjamuan kudus Tuhan benar-benar mengejutkanku. Tiba-tiba
saja mantan bosku sekeluarga nongol di depanku dan mereka duduk di barisan
kursi yang sama denganku. Kami hanya terpisahkan oleh tiga kursi kosong. “Hah!!?!!?!! Kali ini apa rencana-Mu Tuhan?
Aku memang telah memaafkan mereka tetapi apa yang harus kulakukan? Tadi pak
Yusuf hanya berdoa tentang pengampunan dan hal-hal baru yang akan selalu Kau
lakukan. Apa ini berarti aku tidak perlu menagih gajiku atau tetap menagih
gajiku?”
Karena terkejut dengan kehadiran mereka, aku tidak sempat membaca nama
pendeta yang akan berkhotbah. Lantas di dalam keterkejutanku pula, aku BBM
temanku yang masih menjadi karyawannya: “Gawat,
mantan bosku ada di sini... bisa-bisa aku diminta ke kantor bila dia menyadari
kehadiranku. Mudah-mudahan saja dia tidak menoleh ke kanan (ke arahku) karena
kami hanya dipisahkan oleh tiga kursi kosong.” Temanku menimpali: “Hati-hati lho, dia kesal sama kamu.”
Namun, aku berkata padanya: “Dia baru
saja menyadari kehadiranku dan dia tersenyum. Lihatlah, Tuhan
akan berperang untuk aku dan aku akan diam saja.” (Keluaran 14:14) Saat dia tersenyum
kepadaku aku pun membalas senyumnya hingga aku terheran-heran. Seharusnya aku
marah kepadanya tetapi kenapa aku tidak bisa marah? Aku malah terpana, terharu,
dan ingin terus tersenyum karena aku yakin Tuhan sedang berperang untukku.
Tak lama berselang pendeta pun berkhotbah tentang cara pikir positif: tetap
bersukacita dalam penderitaan seperti Paulus (Filipi 1:12-14), tetap bersyukur
dalam menghadapi orang-orang yang menyebalkan dan menganggap mereka sebagai
alat Tuhan untuk memproses diri kita (Filipi 1:15-26), dan tetap berpikir
positif akan masa depan karena Tuhan selalu menyertai.
“Jadi akhirnya,
saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua
yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut
kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8)
Setelah khotbah tentang perubahan pola pikir agar selalu positif, dia pun
menayangkan video tentang kebaikan yang menular dari orang ke orang. Lalu dia juga
bercerita tentang seorang suami yang melihat isterinya menangis. Lantas si
suami bertanya pada isterinya: “Ada apa?
Apa kamu sakit?” Jawab isterinya: “Nggak,
aku hanya menangis karena baca buku.” Suami pun bertanya lagi: “Buku novel?” Si isteri menjawab: “Bukan. Ini buku tabungan kita.” Hahaha...
Pada akhir khotbahnya, pendeta mengatakan bahwa di dalam Tuhan pasti happy ending (berakhir bahagia). Bila
belum happy (bahagia), berarti belum end (berakhir). Oleh karena itu, kisah
ini pun berlanjut padahal tadinya mau kuakhiri pada seri 3. Namun, Tuhan mau
akhir yang bahagia.
Selesai ibadah tiba-tiba mantan bosku berkata: “Begitu lihat kamu, aku ingat belum bayar gajimu. Besok ya kutransfer.
Sungguhan. Kalau aku lupa, ingetkan aku lewat telepon.” Ketika dia mengatakan
“Sungguhan”, aku seperti mendengar suara Tuhan dan aku semakin lega. Tampaknya
status Facebook Philip Mantofa 28 September 2014 lalu mulai tergenapi. Waktu itu dia menulis: “Ketika merasa kalah hawa atau tak berdaya, ingatlah bahwa Tuhan sanggup menang dalam keadaan yang paling ganjil sekalipun.”
Wow... Tuhan benar-benar berperang untukku dan aku hanya diam saja
menyaksikan-Nya bekerja melalui firman dan video yang disampaikan oleh pendeta.
Luar biasa!! Aku pun benar-benar tak perlu melihat ke belakang dan tetap
melangkah ke depan.
0 komentar:
Post a Comment