Menghormati Orang Tua
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 15 Juni 2025
"Ya Tuhan, ini hanya surat resign,
Tuhan, surat resign, resign, surat resign, bukan surat cerai.
Mengapa belum Kau setujui? Mengapa zaman sekarang lebih sulit mengurus surat resign
daripada surat cerai? Apa sih rencana-Mu?" Begitulah jeritan hati
seseorang.
"Jika dia bisa menceraikan istrinya,
kenapa tidak bisa melepaskan karyawannya? Bukankah istri adalah belahan jiwa
dan separuh nafasnya? Jika dia bisa melepaskan istri, seharusnya lebih
mudah baginya dalam melepaskan karyawannya." Lanjutnya berkeluh kesah.
Beberapa saat sebelumnya dia ribut secara
terbuka. "Kamu itu tidak sopan dan paranoid. Bla… bla… bla… Namun, hal
yang membuatmu dibenci adalah hal yang membuatmu disukai." Ujar si pria.
Jawab si wanita, "Siapa yang tidak
akan marah jika terus menerus dibohongi? Aku tahu kamu memiliki kemampuan
memanipulasi orang lain lewat perkataanmu. Perkataanmu tidak konsisten dengan
perbuatanmu. Kemarin berkata A, hari ini B, besok mungkin C. Mana yang benar? Jika
ya, katakan saja ya. Jika tidak, katakan saja tidak. Lalu ujungnya kamu
akan berkata, "Kamu salah paham.”
Matius 23:27 (TB) Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah
luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang
belulang dan pelbagai jenis kotoran.
Aku pun teringat ayat tersebut. Apakah
Yesus juga tidak sopan dan tidak menghormati orang yang lebih tua darinya?
Namun, berurusan dengan orang yang munafik atau tidak jujur, tentulah sangat
menyebalkan. Aku pun sering bertanya-tanya, “Tuhan, Kau tau aku tidak suka
dibohongi. Namun, mengapa Kau malah mempertemukanku dengan para pembohong, termasuk
orang munafik? Aku pun tak bisa menghormati orang seperti mereka, tetapi tentu
saja perkataanku belum berani setajam perkataan Yesus.”
Lalu teman lain tertawa dan berkata kepada
wanita itu, "Aku melihat kalian sering bertengkar seperti versi pasangan.
Lucu. Dulu juga seperti suami istri. Istri lagi ngambek, perlu penjelasan gitu.
Masa dia berusaha menjaga hatimu? 😄"
Aku pun turut berkomentar, "Ngawur
ae. Pasangan seharusnya sering akur, bukan ribut-ribut terus."
Aku pun bertanya-tanya, "Mengapa orang yang terpenting bisa dilepaskan
olehnya, tetapi oposisinya malah dipertahankan?"
Kuingat teman orang tuaku yang selalu akur
dan bepergian berdua. Sekalipun sudah lansia, tanpa malu-malu, mereka tetap
bergandengan tangan kemanapun mereka pergi. Ketika istri stroke, suami
merawatnya. Namun, suatu hari suami justru meninggal lebih dulu daripada
istrinya tanpa ada tanda-tanda sakit. Ah, pasti sedih sekali hati istrinya
karena dia juga belum pulih dari stroke.
Sementara itu, orang tuaku sering ribut.
Mama berkata, "Di Tiktok ada yang bilang, kalau suami suka marah, lebih
baik dibawa ke pegadaian." Aku pun tertawa keras di depan mereka
sehingga mereka berhenti ribut. Namun, jika aku harus mengalaminya sendiri, tentu
sulit tertawa. Daripada sering ribut karena perbedaan karakter, hobi, prinsip,
pendidikan, dan nilai-nilai kehidupan, lebih baik menghindari interaksi dengan
mereka. Makin jauh, makin baik biar hidup bagai di surga... hahaha...
Kalau terlalu banyak perbedaan, tentu akan
ribut setiap hari. Ribut dengan rekan kerja aja bisa sangat capek
hati sekalipun bukan tiap hari. Nah, kalau dengan pasangan ribut tiap hari,
pasti tidak akan betah di rumah. Ini sebabnya perceraian begitu mudah terjadi. Jadi,
daripada menjadi oposisi bagi pasangan, lebih baik single seumur
hidup atau berdua dengan Tuhan saja supaya sukacita surga makin nyata...
hahaha...
KUMILIK-MU
Dalam kesesakanku Kau b'ri kedamaian-Mu, dalam keraguan(ku) kutemukan wajah-Mu. Kar’na pengorbanan-Mu, Kau jadikanku baru.
Sungguh kuterkagum amanku di dalam-Mu Yesus.
Kau membuatku sesuai rencana-Mu. Kau memegang s'tiap musim hidupku.
Kuserahkan s'mua kekuatiranku, kumilik-Mu. S'mua kekuranganku Kau pun tahu, tetap
Kau pandang indah dalam-Mu. Kuangkat tanganku dan kuberseru, kumilik-Mu.
I am Yours, now forever. In Your grace I surrender. You are mine, now
forever. I’m alive in Your wonder.
0 komentar:
Post a Comment