Siap Hadapi Ujian
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 28 Apr 2024
Kata Daniel, "Enak zaman dulu ya, tidak ada
kendaraan, tidak ada polusi." Hehehe ... inilah ucapan salah satu temanku
ketika SMP. Lalu teman lain segera berujar, "Enak sekarang karena ada listrik
sehingga ada televisi dan kipas angin. Dengan adanya kendaraan, kita juga bisa
bepergian."
Sebenarnya enak atau tidak enaknya segala sesuatu
bergantung pada sudut pandangnya. Ketika Daniel ditempatkan di Babel, tentu
saja tidak enak karena dia harus mengalami momen segua dengan singa. Namun,
Daniel bisa bertahan hidup lama di sana karena penyertaan Tuhan.
Setiap orang yang mampu beradaptasi dengan
segala keadaan, tentu saja tetap bisa melanjutkan hidupnya. Kalau
tidak ada listrik dan internet, kita bisa kembali ke zaman Flintstones. Tanpa
listrik, pabrik-pabrik akan beroperasi secara manual sehingga industri padat
karya akan meningkat. Selain itu, bos-bos tidak akan menuntut karyawannya
lembur karena kurangnya penerangan. Masa mau pakai lilin atau senter? Hehehe…
tidak mungkin donk.
Tanpa wifi, anak-anak juga akan kembali ke
permainan tradisional. Mereka bisa main bekel, engkle, kartu, monopoli, gobak
sodor, benteng-bentengan, hompimpa, panjang pendek, kejar-kejaran, petak umpet,
teka-teki silang, membaca, saling bercerita, dan masih banyak lagi.
Jadi, kehidupan tidak akan serta merta berakhir
ketika internet dan listrik mati. Bahkan, sekalipun kehidupan di Bumi berakhir,
kita yang telah diselamatkan oleh Yesus akan memasuki kehidupan yang baru di
Surga.
Wahyu 21:1 (TB) Lalu aku melihat langit yang baru dan
bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu,
dan laut pun tidak ada lagi.
Semalam aku bermimpi melihat hujan turun tanpa henti. Aku berdiri di balik jendela kamar yang terbuat dari kaca bening. Kulihat air laut yang biru jernih sudah setinggi dadaku. Lantas aku bergumam, "Air makin meninggi, ini mengerikan jika hujan tak kunjung berhenti."
Kemudian aku keluar kamar melalui pintu yang
berlawanan dengan jendela. Tepat di depan pintu aku berpapasan dengan Bro S.
Kami berbincang sebentar tentang suatu permasalahan rahasia. Lalu dia pergi dan
diikuti oleh seorang ibu yang penasaran dengan rahasia tersebut.
Ketika keluar dari pintu tadi, aku berjalan lurus,
sedangkan Bro S dan ibu tadi langsung putar balik ke halaman yang ada di
sebelah kanan kamarku. Sementara mereka berbincang-bincang, aku melihat taman yang indah. Di taman ini
tidak ada hujan sehingga aku bisa berjalan santai sembari melihat bunga-bunga
nan indah di tengah rerimbunan pagar tanaman yang hijau. Seketika aku pun melupakan
banjir dan hujan di luar sana, termasuk permasalahan Bro S.
Ketika aku berputar balik di ujung taman, kulihat di depanku
Bro S masih berbincang dengan ibu tadi dan mereka sudah hampir mencapai ujung
taman. Namun, sejenak kulupakan keberadaan mereka karena kulihat Irma, salah
satu adik asramaku ada di tengah-tengah taman itu. Tampaknya dia kembali
menjadi gadis kecil.
Aku mendatangi Irma kecil dan kugenggam tangan
kirinya sambil bertanya, "Apa kau ingat bapakmu? Dulu
kamu takut dibawa pulang olehnya karena dia selalu memintamu untuk
mengemis." Kalau Irma tidak mau mengemis, dia akan dipukuli oleh bapaknya.
Jawab Irma, "Aku ingat dia dan ..."
Aku terbangun dengan keyakinan bahwa Irma sudah
memaafkan bapaknya itu. Setelah aku keluar dari asrama, kami tak pernah saling
bertemu. Kabar terakhir yang kudengar tentangnya adalah dia dan adik
laki-lakinya telah diadopsi oleh dua keluarga kaya yang berbeda. Aku pun tak
pernah memikirkannya atau mencarinya. Namun, kenapa aku bermimpi tentangnya?
Apa hubungannya dengan Bro S? Apakah Bro S masih menyimpan kepahitan
terhadap papanya? Hmm... bisa jadi.
0 komentar:
Post a Comment