Iman yang Berbuah
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 11 Des 2022
Ps.
Juan Mogi, "Siapa yang mau ke Surga? Mengapa mau ke Surga? Karena tidak
ada pilihan? Lebih enak daripada neraka? Nah, bagaimana jika ke surga hari ini
juga?"
Mauuuu... sudah lama aku mendaftar, tetapi
belum dapat tiketnya... hahaha… Sejak mengenal kerasnya kehidupan, tiap saat
rasanya aku siap ke Surga. Namun, malaikat maut belum berani bertindak tanpa
seizin empunya diriku... wkwwkw...
Nah, suatu hari salah satu kerabat di
Kanada berpesan kepada mama, "Beritahu Rully untuk beribadah di rumah
saja. Jangan ke gereja karena menjelang Natal biasanya banyak bom bunuh
diri."
"Kalau belum waktunya mati, tentu
tidak akan mati. Namun, jika sudah waktunya mati, sekalipun lari bersembunyi
hingga ke ujung dunia, tetap akan mati. Buat apa khawatir?" jawabku
singkat.
Lantas aku tetap ke gereja. Kalau mati
secara alami atau terhormat, tentu bisa masuk surga. Nah, belum pernah kudengar
bahwa surga itu menyeramkan. Jadi, ngapain sih khawatir cepat masuk surga?
Dunia ini justru lebih menakutkan lho karena penuh ketidakpastian.
Beberapa saat lalu generasi sandwich
di Magelang menghebohkan publik. Hal semacam ini pernah kualami beberapa tahun
lalu. Ketika orang tua sakit, tak ada saudara yang mau diajak urunan, terutama
yang sudah memiliki keluarga baru.
Dulu hatiku seperti tanah pinggir jalan
yang tidak mengerti hal ini. Jadi, aku protes kepada Tuhan karena terlahir
sebagai anak sulung. Mengapa aku tidak terlahir sebagai anak bungsu saja?
Mengapa memiliki saudara seperti tidak memiliki saudara? Mengapa aku tidak
terlahir sebagai anak tunggal saja?
Rasanya kita akan ikhlas memikul semua
tanggung jawab itu jika kita adalah anak tunggal. Namun, aku yakin bahwa
Tuhan tidak akan mencobai kita melebihi batas kemampuan kita. Tanggung
jawab kita hanyalah berusaha semampunya.
Filipi 4:13 Segala
perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Selanjutnya, Tuhan sendiri yang akan bertanggung jawab terhadap cobaan yang Dia berikan. Bagaimanapun juga bukan kita toh yang memilih tanah kelahiran dan keluarga kita. Jadi, kuputuskan untuk berhenti berharap kepada manusia. Tanggung jawab juga soal keputusan.
Oke,
mereka tidak usah urunan. Biar mereka pikirkan saja (calon) keluarga barunya
masing-masing. Aku sajalah yang bertanggung jawab penuh atas diriku dan orang
tua kami. Kalau mereka mau membantu, akan kupersilahkan membantu. Kalau tidak
mau membantu, juga tak masalah bagiku. Aku akan berjuang sendiri sampai titik
darah penghabisan.
Begitulah keputusan yang harus diambil jika
kita mau memutuskan rantai setan generasi sandwich. Jika tidak, perang
saudara tak akan pernah berakhir. Jadi, tidak usah balas dendam karena
kita bukanlah Marimar dan keluarga kita juga bukan keluarga SantibaƱez.
Kita adalah bagian dari keluarga Allah. Kalau terjadi sesuatu kepada kita, Tuhan sendiri yang akan
menyelesaikannya. Jadi, masalahnya selesai atau tidak selesai, ya anggap saja
sudah selesai karena selalu ada Tuhan yang akan menyelesaikannya.
Mazmur 138:8 TUHAN
akan menyelesaikannya bagiku! Ya TUHAN, kasih setia-Mu untuk
selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!
SEMUA ANUGERAH-NYA
Bukan karena kebaikanmu,
Bukan karena fasih lidahmu, Bukan karena kekayaanmu, Kau dipilih, kau dipanggil-Nya.
Bukan karena kecakapanmu, Bukan karena baik rupamu, Bukan karena
kelebihanmu, Kau dipanggil, kau dipakai-Nya.
Bila engkau dapat, itu karena-Nya. Bila engkau punya, semua daripada-Nya.
Semua karena anugerah-Nya Dib'rikan-Nya pada kita. Semua anugerah-Nya Bagi
kita Bila kita dipakai-Nya.
0 komentar:
Post a Comment