Sunday, January 2, 2022

Bagaimana?

Tanpa Batas
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 2 Jan 2022

Tadi pak Arman mengatakan bahwa di dalam gereja banyak yang mempertanyakan, "Bagaimana?" Aku juga sempat menanyakannya dan langsung mendapat jawabannya. Pertanyaan sepele sih, tetapi yang kutanyai juga serius menjawabnya meskipun sambil tertawa ringan... hehehe...

Sekalipun hari ini bukan hari pertamaku ibadah di GMS, tetap saja aku belum hafal letak ruang ibadahnya... hahaha... Dari dulu aku tuh kesulitan menghafal jalan jika hanya 1-2 kali pandang. Dulu dari pintu masuk tinggal lurus naik tangga dan sudah tiba di ruang ibadah, tetapi sekarang terasa berkelok-kelok, seakan-akan ruang ibadahnya tersembunyi bersama dengan Allah... wkwwkw...

Ketika pertama kali hadir, aku mengikuti kumpulan jemaat di depanku sehingga bisa tiba di ruang ibadah melalui tangga. Namun, di dalam ruang ibadah dengan polosnya aku bertanya kepada seorang bapak, "Pak, ini kursinya bagaimana?" Dengan tersenyum bapak itu menjawab sambil menolehkan badannya.

Dia menunjuk kursi yang kupegang sambil berkata, "Yang ini tidak bisa diduduki". Lalu dia membuka kursi di sebelah kursi yang kupegang sambil berkata, "Yang ini yang bisa." Terima kasih...^.^ Lantas dia kembali mengarahkan pandangan ke depan. Ketika sudah duduk, aku baru ingat. Iya.. ya.. model kursi ini sama seperti model kursi yang pernah kududuki di UPH Tangerang ketika menghadiri acara wisuda meme bungsu... wkwwkw... Kok bisa lupa ya?

2 Korintus 12:9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

Nah, hari ini lain lagi. Hari ini bukan lupa kursi, tetapi lupa tangga. Aku tidak bisa menemukan tangganya... hahaha... Seperti biasa aku mengikuti jemaat yang ada di depanku, tetapi kali ini hanya ada dua jemaat wanita. Kami dihentikan oleh usher wanita yang akan memindai barcode ibadah. Eh, ternyata kedua wanita itu belum mendaftar online. Alhasil, aku jalan duluan.

Selagi usher membantu kedua wanita tadi, aku melihat sebuah lift tertutup dan sebuah lift terbuka. Aku coba menengok ruangan di sebelah kanan lift yang tertutup. Dimana tangganya? Apakah tangganya sudah berubah menjadi lift? Namun, di sana agak gelap dan kudengar suara pria berkata, 'langsung saja ke lift'. Entah siapa yang berbicara. Aku tidak menoleh ke belakang lagi karena seharusnya para usher sedang sibuk memindai barcode jemaat yang baru datang dan tidak memperhatikanku karena belum ada jemaat lain yang menyusulku.

Jadi, aku segera memasuki lift yang terbuka. Di sana hanya ada seorang petugas. Jadi, kami menunggu jemaat lain lagi yang mau masuk lift. Ketika sudah ada 3 pria, lift pun ditutup dan kami tiba di lantai 2. Tiba-tiba pintu belakang terbuka dan salah satu pria bertubuh besar segera keluar mendahuluiku. Lho... Biasanya masuk dari depan keluarnya juga dari depan. Ini kok masuk dari depan, keluarnya dari belakang? Aku pun berbalik badan mengikuti pria itu karena tidak tahu mau ke arah mana. Pria itu pun berteriak kepada temannya, "Ayo... lewat sini." Hehehe... akhirnya kami semua bisa tiba di ruang ibadah.

~ Kadang kala jalan keluar atau jawaban yang kita cari tidak ada di masa depan, tetapi ada di belakang atau masa lalu kita. ~

Melakukan Jauh Lebih Banyak

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.