Sunday, November 24, 2019

Menolak untuk Menyerah

Berdoa dalam Masalah
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 24 Nov 2019

Dulu aku meminta Tuhan menunda kematian papa. Papa mendapat serangan jantung pada 12-12-2012 yang diramalkan beberapa orang sebagai hari kiamat sehingga ada film 2012. Namun, mama mendapatkan serangan menjelang hari ulang tahunnya dan sekaligus menjelang hari Pahlawan. Hmmm... rasanya seperti menerima berkat terselubung, tetapi susah sekali membuka selubungnya.

Aku ini PahlawanLantas pada hari ultahnya itu aku pun menyempatkan diri ke GMS Marvel untuk menghadiri acara permberkatan pernikahan temanku. Nah, selagi ada teman yang berbahagia dengan pernikahannya, ada teman lain bertanya: “Mengapa susah sekali menemukan pria yang baik?” Jawabku: “Berlian memang selalu lebih susah ditemukan daripada perak.” Hehehe... dia pun tak bisa menyangkalnya... wkwwkw...

Selesai ibadah pdm. Denny Renata menyalami para tamu yang hadir. Kupikir dia hanya menyalami mereka yang dikenalnya karena dulu pendetanya tidak menyalami semua tamu yang hadir pada saat pernikahan Deni – temanku di tempat yang sama. Namun, kali ini ternyata pendetanya menyalami semua tamu, termasuk aku. Lantas dia berkata: “Tuhan memberkatimu.” Hehehe... ini yang kubutuhkan. Maka, kubilang sama mama: "Pahlawan itu berjuang. Jadi, mama juga harus berjuang."
Hakim-hakim 6:12 Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani."
Kali ini aku pun meminta Tuhan menunda kematian mama karena janji-Nya itu (Kis 16:31). Andaikata mereka telah menerima Yesus, dengan rela hati aku akan berkata: "Selamat ya, tak lama lagi kalian akan bertemu Yesus di surga dan di sana tak akan ada lagi tangis dan air mata. Rasanya iri dech dengan kesempatan yang kalian miliki...^.^" Namun, situasi saat ini tidak memungkinkan kami untuk merelakan mereka pergi begitu saja. Aku tidak bisa diam saja tanpa perlawanan. Aku harus naik banding terhadap situasi ini. 'Jujur kadang ku tak sanggup menghadapi s’mua bebanku. Menantikan jawaban, menolak untuk menyerah.' (sepenggal lirik lagu Jujur)

Dokter kedua melakukan USG pula dan tetap mengatakan hal yang sama dengan dokter pertama bahwa mama terkena tumor dan harus segera dioperasi karena tumornya sudah sebesar 9cm. Kemudian mama diminta tes darah pula. Hasil tes darah dan USG dari dokter pertama dan kedua dikonsultasikan dengan dokter ketiga. Lalu dokter ketiga melakukan USG dengan alat yang lebih canggih sehingga fotonya lebih detail daripada 2 foto USG sebelumnya.

Dia pun seakan-akan mulai mendengar perkataan kak Sidney sehingga dia berkata: "Ini besarnya sudah 11cm dan harus segera dioperasi. Selain itu, mungkin ada indikasi kanker tetapi berdoa saja agar hal itu tidak benar." Maka, mama memutuskan untuk dioperasi pakai BPJS dan berhenti minum herbal Walatra karena menurut dokter, herbal malah dapat menyuburkan tumor.

Lantas dokter keempat hasil rujukan BPJS segera menjadwalkan operasinya pada Sabtu kemarin karena dia yakin 50% pasti kanker. Jika 50% pasti kanker, 50% pasti jinak donk (jinak-jinak merpati seperti kata mama...^.^) karena kepastiannya baru bisa diketahui setelah tumornya diangkat dan dites di laboratorium.

Herbal Kanker
Meskipun demikian, papa belum bisa menerima kenyataan ini. Papa khawatir efek samping dari operasi. Selain itu, beberapa orang pernah bercerita bahwa tumor atau kanker bisa muncul lagi setelah operasi. Maka, beberapa hari sebelum jadwal operasinya dilaksanakan papa memaksa mama minum herbal racikan sebuah vihara karena dia lebih percaya tabib daripada dokter.

Pada awalnya mama mau meminumnya, tetapi setelah mangkok ke-12 dia memutuskan berhenti. Dia tidak mau lagi karena rasanya sangat pahit dan baunya bikin mual. Apalagi harus diminum tiap 2 jam. Alhasil, mama muntah-muntah dan tidak selera makan sehingga badannya malah lemas. Dalam situasi seperti ini tiba-tiba pihak rumah sakit memberitahu bahwa operasi ditunda karena dokter jantung berhalangan. Maka, Selasa nanti diminta kontrol saja untuk membicarakan kelanjutannya.

Karena aku juga tidak akan mau meminum ramuan obat pahit semacam itu, aku pun berbahasa roh lalu memberanikan diri berkata kepada mama di depan papa: "Kalau tidak mau minum, ya jangan diminum. Buang saja jamunya." Papa diam saja dan tak lagi memaksa mama meminum jamu pahit itu.

Sementara itu, Walatra kuminum sendiri sekali sehari sebelum tidur untuk pencegahan dan jamu pahit pun diminum papa sendiri. Hehehe... untung herbal dan bukan obat kimia sehingga tak ada efek sampingnya. Biarlah mama minum madu propolis dan dioles Varash healing oil selagi menunggu operasi.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.