Sunday, May 5, 2019

Amsal 20:1-3 ~ Ps. Philip Mantofa

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 05 Mei 2019

Kitab Amsal berisikan banyak hikmat kehidupan. Jika anak muda berusia 17 tahun membaca kitab ini, dia bisa lebih bijaksana daripada orang yang telah berusia 71 tahun. Maka dari itu, ini merupakan salah satu kitab yang menarik untuk dibaca. Namun, karena ada banyak amsal kehidupan, kita tidak akan membahas semuanya di sini.
Amsal 20:1 Anggur adalah pencemooh, minuman keras adalah peribut, tidaklah bijak orang yang terhuyung-huyung karenanya.
Kita harus berhati-hati dalam bergaul karena pergaulan yang buruk bisa merusak kebiasaan yang baik. Sebaiknya kita tidak bergaul dengan peminum atau pemabuk. Namun, ada kalanya kita tidak bisa menghindari sebuah situasi yang seakan-akan mengharuskan kita minum anggur. Di sinilah kita harus bersiasat.

Ketika ko Philip diundang ke pesta dan ditawari anggur, dia akan menolak. Ketika ditanya: "Mengapa? Apa Anda menyetir?" Dia menjawab: "Iya, saya menyetir gereja." Ada kalanya dia terpaksa mengambil gelas berisi anggur, tetapi dia hanya menempelkan gelasnya tanpa langsung meneguk seluruh isinya sehingga isi gelasnya paling lama habis. Minuman keras bisa membuat kita tidak mampu berpikir jernih atau menurunkan ketajaman pikiran kita. Jadi, hindarilah minuman keras.
Amsal 20:2 Kegentaran yang datang dari raja adalah seperti raung singa muda, siapa membangkitkan marahnya membahayakan dirinya.
Kenali Lawan
Jika mau bertengkar, perhatikan dulu siapa lawannya. Jika melawan pemerintah atau penguasa, ini berbahaya. Namun, orang yang paling berbahaya untuk diajak bertengkar adalah orang benar karena selamanya kita akan disalahkan oleh Allah jika kita bertengkar dengan orang benar.
Amsal 20:3 Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan, tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak.
Kita juga harus memilih-milih perdebatan. Jangan semua hal diperdebatkan. Kadang kala kita harus melepaskan pendapat atau pemikiran kita jika memang tidak penting. Namun, menjauhi perbantahan bukan berarti lari dari masalah. Kadang kala cara menjauhi perbantahan adalah diam. Meskipun begitu, tak selamanya diam itu emas. Kita tetap harus berbicara jika diperlukan.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.