Catatan
Ibadah ke-1 Minggu 17 Maret 2019
Eh, setelah aku berani ke luar kota sendirian, sekarang aku harus ke luar
pulau sendirian. Duh, aku ini memilih jalur karir sebagai akuntan agar tak
perlu ke luar kantor, luar kota, atau luar pulau, tetapi kok malah dibawa Tuhan
terbang terus sich? Hahaha... Untunglah kepergianku tidak seintens jadwal
kepergian ko Philip. Jadi, masih patut disyukuri nich karena hidup ini seperti
kopi. Jika tidak bisa menikmatinya, ya pahit.
Nah, jika aku sudah berani ke luar pulau sendirian, masa nantinya aku
harus ke luar negeri sendirian? Kata pak Sukirno: “Di Sungai Yordan banyak orang rindu dibaptis sehingga ada yang
membaptis dirinya sendiri. Jadi, kalau ada waktu, nongkrong saja di sungai
Yordan. Nanti akan ada orang yang minta dibaptis.” Ah, yang benar saja. Oh
Tuhan, cukuplah sampai ke luar pulau ya, tak perlu sampai ke luar negeri. Luar
negeri tuh bukan hanya tempat dan orang-orangnya yang asing, tetapi bahasanya
itu lho, bahasanya membuat kepalaku pusiiiiiinnng.
Selain itu, aku bisa homesick
jika perginya sejauh itu. Boleh tidak perginya sambil membawa-bawa seisi rumah
seperti kura-kura? Tentu saja tidak boleh karena orang Kristen tidak boleh seperti
kura-kura, tetapi harus seperti rajawali yang siap sedia meninggalkan sarangnya
atau kenyamanannya. Ah, bete ah... mengapa Tuhan suka berpetualang?
Mengapa Tuhan suka membawa orang Kristen terbang? Masa terbang terus hingga langit
ketujuh? Hmmm... bisa-bisa terdampar di dalam kisah cintanya Pendekar Rajawali
dan bibi Lung... wkwwkw...
Hmmm... Pendekar Rajawali kok mau ya bersama bibi Lung? Emang sich bibi
Lung awet muda hingga usia tua, tetapi mengapa ya Pendekar Rajawali terkesan
lebih cepat dewasa daripada orang-orang yang sebaya dengannya? Emang sich tua
itu pasti, tetapi dewasa itu pilihan dan cinta itu tak kenal usia.
Di dalam Perjanjian Lama tampaknya pernikahan beda generasi pun bisa
terjadi. Ini sebabnya Yehuda berencana memberikan anak bungsunya sebagai suami
Tamar, tetapi tentu saja menunggu anak bungsunya cukup umur. Perkataan Naomi
kepada kedua menantunya juga menunjukkan bahwa wanita memang tidak harus lebih
muda daripada pasangannya. Namun, secara psikologi dan fisik, biasanya wanita
tuh lebih cepat dewasa daripada pria sehingga hal ini patut dipertimbangkan
dengan hati-hati.
Ada seorang wanita yang menikah dengan pria yang empat tahun lebih muda
darinya, tetapi kelakuannya masih belum dewasa. Sementara si wanita bekerja, si
pria hanya duduk-duduk di rumah sembari main game di android dan merokok. Nah,
ketika si wanita ingin punya anak, masa aku harus mendukungnya dalam doa?
Gimana kalau anaknya dihidupi dengan asap rokok suaminya? Nggak dech, suaminya
harus dewasa dulu sebelum kudoakan agar mereka punya anak. Betul tidak?
Tapi, mungkinkah doa bisa mendewasakan seseorang? Setahuku yang bisa
mendewasakan seseorang adalah kesulitan demi kesulitan yang disikapi dengan
bijak. Hmmm... doa dalam bahasa Roh aja dech.
KUPERCAYA
JANJI-MU
Kupercaya Janji-Mu. Sungguh besar setia-Mu Kau nyatakan bagiku. Kau Bapa
yang s'lalu mengerti isi hatiku. Kemuliaan-Mu Kau janjikan. Aku tetap percaya.
Kupercaya janji-Mu ajaib, terukir dalam kehidupanku. Kuberserah di dalam
kekuatan-Mu. Hanya Kau segalanya bagiku.
Tak akan ku
takut. Tak akan ku gentar. Kaulah Imanku. Kaulah Tuhanku. Tak akan kuragukan kebaikan-Mu
di hidupku.
0 komentar:
Post a Comment