Catatan
Ibadah ke-1 Minggu 27 Jan 2018
Di Jakarta saat ini ada trending
topic sehingga pendeta kebanjiran pertanyaan, mulai dari yang bingung
sampai yang menghujat dengan berbagai komentar. Hujatan-hujatan dan
komentar-komentar seringkali membuat gereja atau keluarga terpecah padahal penyebab
utamanya adalah ekspektasi atau harapan kita yang terlampau tinggi. Jadi,
bukan mereka yang salah tetapi kita sendiri yang salah karena berharap terlalu
tinggi. Lantas kita pun menilai mereka sesuai standar kita dan bukan sesuai
standar firman Tuhan.
Kita belum pernah melihat seseorang yang begitu luar biasa tiba-tiba
muncul di gereja. Maka, ketika dia muncul, kita langsung mengidolakan dia dan
menganggapnya sebagai super hero padahal super hero hanya ada di Marvel. Kita
lupa bahwa dia juga manusia yang penuh dengan kelebihan dan kelemahan. Daud pun
pernah berzinah dengan Batsyeba.
Jika kita memiliki ekspektasi tinggi terhadap seseorang, tidaklah
mengherankan jika kita langsung menghujatnya ketika dia melakukan kesalahan.
Oleh karena itu, kita perlu belajar mengampuni dan jangan berharap terlalu
tinggi kepada manusia karena tak ada manusia yang sempurna. Bahkan, sesama
pendeta juga ada yang mengucapkan kata-kata nan pedas.
Itu saja yang perlu disampaikan terkait trending topic tersebut. Kalau harus menjawab semua pertanyaannya,
tentulah dibutuhkan sebuah seminar karena pertanyaan tersebut pasti akan
menimbulkan pertanyaan baru lagi. Pastikan saja kita mendoakannya.
Jangan sampai ketika dia menjadi super hero, kita tidak mendoakannya dan ketika
dia melakukan kesalahan, juga tidak didoakan. Dia perlu didoakan.
Zaman semakin berkembang. Anak-anak zaman sekarang bisa mengatakan bahwa
mereka tidak mau bekerja seperti orang tuanya yang berangkat pagi pulang
petang. Mereka mau bekerja dengan bebas tanpa terikat waktu, yaitu berbisnis
online. Menantu pak Leo pun bisa bekerja di rumah dengan tim kerja di tempat
lain. Semuanya terkoneksi dengan internet.
Anak-anak muda sudah memakai 2G, 3G, 4G, dan akan 5G tetapi para orang
tua masih siji. Jika mereka
dinasehati orang tua, mereka segera googling
untuk mencari tahu kebenarannya. Jika anak pak Leo seperti ini, pak Leo juga
akan googling pula. Jika ternyata
infonya benar, pak Leo yang bertobat dan belajar kepada anaknya.
Jadi, kadangkala orang tua yang harus bertobat dan belajar kepada
anaknya. Namun, sekalipun pengetahuan anak-anak bisa melampaui pengetahuan
orang tua, tetap ada hal-hal tertentu yang tidak bisa digantikan oleh Google.
Untuk menjadi orang tua 4.0 (four point
o), kita harus memastikan anak-anak hidup sesuai prinsip-prinsip firman
Tuhan.
0 komentar:
Post a Comment