Sunday, October 21, 2018

Pembawa Pengaruh Positif

Kapan Sadarnya?
Catatan Ibadah ke-1 Minggu 21 Okt 2018
 
Suatu hari di sebuah kedai makan yang sepi terlihat di televisi ada berita soal kasus dugaan suap yang melilit pengusaha Kristen. Seorang pria mengatakan bahwa hal itu terjadi karena perusahaan dimintai uang oleh petugas perizinan. Jika tidak mau memberi, izin tidak dikeluarkan tetapi dengan memberi dia malah ditangkap KPK. Lalu seorang wanita muda berkata kepadanya: “Maka dari itu, kalau dimintai uang, jangan mau memberi dan laporkan ke polisi.” Namun, pria itu berkata: “Biasanya polisi pun akan minta uang. Kalau tidak ada uang, laporan tidak ditangani.” Wanita itu menanggapi: “Kalau begitu, laporkan ke media massa.” Eh, pria itu kembali menimpali: “Media massa juga tidak akan mau membantu jika tidak uangnya. Lalu siapa yang akan menolongmu?” 

Lantas terdengar wanita ini menjawab: “Tuhan yang akan menolongku.” Dengan ekspresi marah pria ini berkata: “Nyatanya kamu sendiri kesulitan mendapatkan pekerjaan karena tidak mau menangani perkara seperti itu. Semua pengusaha memang harus seperti itulah. Dari 1000 pengusaha mungkin hanya 1 saja yang jujur. Lagipula orang yang berani melaporkan kasus semacam itu juga beresiko masuk penjara atau mati terbunuh.” Wanita itu segera menjawab: “Maka dari itu, lebih baik menderita karena kebenaran daripada menderita karena berbuat dosa.” Seketika pria itu berteriak marah: “sok suci” lalu pergi dan pembicaraan panas itu berakhir.

1 Petrus 3:17 Sebab lebih baik menderita karena berbuat baik, jika hal itu dikehendaki Allah, dari pada menderita karena berbuat jahat.
Hmmm… perkataan wanita itu pastilah inspirasi dari Roh Kudus karena tak seorang pun mau menderita lha. Jadi, yang dibilang ‘sok suci’ tentu saja Roh Kudus sendiri dan bukan wanita itu. Roh Kudus tidak akan marah karena Dia memang suci. Namun, kejadian tersebut membuat wanita ini tampak kesal. Begitulah resikonya jika ingin memberi pengaruh positif dalam kehidupan orang lain karena tidak semua orang mudah dipengaruhi. Bahkan, tak jarang pula kita harus berjumpa dengan orang-orang keras hati, seperti Firaun yang berusaha mengekang kebebasan orang Israel dan Herodes yang menangkap dan membunuh Yohanes Pembaptis. Mereka tak segan-segan menghina, melawan, atau menyakiti orang-orang yang berupaya mempengaruhi kehidupan mereka dengan pemikiran berbeda.

Asam di gunung, garam di laut, bertemu dalam satu belanga. Oh… Mengapa garam bertemu dengan asam? Mengapa garam tidak bertemu dengan gula? Ada kalanya pertemuan di dalam belanga bukanlah pertemuan yang indah. Di dalam kehidupan ini sering kujumpai seorang isteri yang bagaikan garam tetapi bersuamikan pria bermuka asam. Lalu anak-anaknya dikenyangkan oleh asam garam kehidupan. Fiuh… sukacitanya tuh baru terasa setelah semua sudah diserahkan ke tangan Tuhan.

Yach, bertemu dengan orang-orang bermuka asam dan orang-orang yang keras hati seringkali membuat iman kita goyah hingga mungkin kita bertanya kepada Tuhan: “Mengapa Engkau memilihku melewati jalan yang sunyi dan sempit ini?” Namun, Tuhan pasti berkata: Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau. Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Sesungguhnya Tuhan ingin kita memiliki iman yang dalam dan tak tergoyahkan oleh apapun juga. Namun, bagaimana caranya? Bukankah iman itu karunia Tuhan dan bukan hasil usaha manusia?
Efesus 2:8-9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
 
Coba dengar Pengkhotbah 11: jangan berfokus kepada rintangan saat ini tetapi persiapkan masa depanmu, yakinlah bahwa Tuhan masih ingin memakaimu lebih lagi daripada sekarang. Sekalipun Franklin Graham nge-drug, Billy Graham (ayahnya) tidak kehilangan imannya sehingga akhirnya Franklin Graham bertobat.
Roma 10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Yakobus 2:26 Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.
Oh, iman bukan hasil usaha manusia tetapi iman timbul dari pendengaran akan firman Tuhan. Jadi, untuk memiliki iman yang dalam, kita harus tetap melakukan bagian kita, yaitu mendengarkan firman Tuhan dan melakukannya.

Hmmm… beberapa hari lalu ketika melihat Roger Danuarta di televisi tiba-tiba aku ingin tahu tentang dirinya tetapi aku tidak mengerti maksudnya. Aku pun mencari berita tentangnya untuk mengetahui profilnya lalu mencari Instagramnya pula sebab aku tetap tidak mengerti ada apa dengan dia. Oh Tuhan, kenapa aku merasa harus melihatnya? Eh, di Instagram ada banyak namanya dan aku tidak tahu mana yang asli hingga akhirnya aku tergerak untuk membuka Instagram penggemarnya dan asal klik salah satu fotonya. Maka, kutemukan link Instagramnya. Karena kulihat ada tanda centang biru di samping namanya, aku pun yakin ini akunnya yang asli karena beberapa pendeta pernah mengatakan bahwa akunnya yang asli bertanda centang biru. Hehehe… tanda centang biru itulah yang membedakan akun orang tenar asli dengan orang tenar palsu.

Namun, apa yang harus kulihat atau kupelajari darinya? Apakah transformasi hidupnya yang dulu sempat nge-drug? Entahlah… Awalnya aku hanya melihat foto-foto dan sekilas video sinetronnya yang tidak menarik minatku tetapi aku tetap mengikutinya. Beberapa hari kemudian dia mulai memposting tentang mamanya yang sedang sakit. Oh, apa Tuhan mau aku mendoakan saudara seimanku ini? Namun, aku yakin sudah ada ribuan penggemarnya yang mendoakan dia dan mamanya.

Lalu apa yang harus kutahu tentang dia? Hahahaha…. Begini nih kalau lagi telmi (telat mikir). Jawabannya sudah jelas di depan mata tetapi tetap tidak mengerti. Hahaha… setelah mendengar khotbah Pengkhotbah 11 barulah aku sedikit mengerti bahwa Tuhan ingin kita memiliki iman yang teguh, seperti pengakuan Roger Danuarta akan iman mamanya dan dipertegas lagi oleh status ko Philip agar memiliki iman yang tak tergoyahkan.

Khotbah hari ini juga semakin menegaskan pesan-Nya bahwa untuk menjadi pengaruh positif bagi sesama, kita tidak boleh menyerah. Transformasi kehidupan tidak bisa terjadi dalam semalam. Billy Graham tetap beriman akan keselamatan anaknya di dalam Tuhan dan mamanya Roger Danuarta juga demikian. Mereka tidak menyerah sekalipun membutuhkan waktu yang terasa amat lama. Jadi, daripada bertanya: “Kapan dia sadar, kapan mereka sadar?”, lebih baik kita mendoakan mereka dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan. Tugas kita bukan mengubah atau menyadarkan orang lain karena hanya Roh Kudus yang bisa mengubahkan atau menyadarkan orang lain. Kita hanya perlu menyampaikan kabar baik dan tetap mendoakan mereka. Seperti itu???

KITA BISA - GMS Live
Sedih terlihat tersirat di raut wajahmu, Pedih kau rasa melukai isi hatimu, Oleh karena mereka yang buta indahnya neg'rimu. Tak habis kata kau yakinkan mereka jangan ragu. Mungkin mereka belum tersadar keindahan kita luas tersebar. Jangan lelah pastikan tetap untuk percaya.
  Reff: Hanya untuk Indonesia janganlah pernah menyerah. Walau saat ini berat terasa di hati, Percayalah kita bisa. Kita untuk Indonesia. Berjuanglah demi cinta. Bersama berdiri kau tak 'kan pernah sendiri Sampai nanti berjaya kita s'lamanya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.