Catatan Ibadah ke-1 Minggu 04 Februari 2018
Suatu hari seorang teman wanita yang kesulitan mendapatkan pekerjaan curhat lalu berpesan: "Kalau cari pasangan, carilah yang kaya dengan minimal penghasilan sekian juta. Jika tidak, nanti bisa susah sepertiku." Hahaha... jawabku kepadanya: "Percuma kaya kalau karakternya buruk." Lantas dia balik bertanya: "Pilih mana hayo? Kaya tapi karakternya buruk atau sebaliknya?" Hahaha... aku sich pilih single happy aja. Hahaha... lantas temanku juga setuju. Ah, semoga dia tidak menyesali pernikahannya dan semoga dia segera mendapatkan pekerjaan impiannya. Menikah dengan pria kaya tetapi pemarah, ya bersiaplah memasuki rumah monster. Menikah dengan pria baik yang tidak kaya, eits... hati-hati dengan 'good friend' yang masuk di tengah-tengah krisis finansial.
Kata ko Philip: "Ngaca dulu donk." Oh, pasti itu. Acapkali aku bercermin, aku hanya melihat bayangan diriku dan ini sungguh menyenangkan. Berbeda dengan cermin yang kulihat di dalam mimpiku. Ketika kulihat seorang anak lelaki tengah bercermin, tiba-tiba kulihat bayangan monster sesosok pria dewasa nan menakutkan keluar dari cermin sehingga si anak lari terbirit-birit naik turun tangga. Padahal, pria dewasa yang sedang mengejarnya adalah dirinya sendiri di masa depan. Aku yang hanya melihat dari jauh aja ikut ketakutan. Hahaha... untung hanya mimpi.
Faktanya Bapa Surgawi juga tidak sekejam papanya Juliet yang membuat kisah Romeo dan Juliet berakhir tragis. Jadi, sekalipun suara hatimu mengatakan bahwa pria kaya pemarah itu adalah suamimu, uji dulu lho batas kekuatanmu dalam menghadapi dia. Kalau tak sanggup, jangan memaksakan diri tetapi akui saja secara terus terang dalam doamu: "Bapa, aku tidak mau dia. Biarkan aku single happy. Kalau bersamanya, nanti siapa yang akan melindungiku darinya? Papanya? Tidak mungkin Bapa. Papanya juga pemarah. Mamanya? Tak mungkin Bapa. Mamanya juga tak mungkin berani."
Hati ini seakan berkata: "Tuhan menyertaimu dan dia membutuhkanmu." Namun, aku tetap bersikeras: "Tidak Bapa. Aku tidak sanggup lagi. Jangankan menyelamatkan dia dan papanya, menyelamatkan papa sendiri aja susah lho. Lalu siapa yang akan menyelamatkan aku dari kemarahannya? Dengan harta dan tahta yang mereka punya, mereka bisa menindasku atau mengusirku. Bagaimana jika terjadi lebih parah daripada itu seperti dampak kemarahan Kain? Bapa, aku tidak mau menjadi martir cinta. Biarlah aku mengujinya. Jika ujian yang kuberikan membuat dia mengatakan bahwa dia tidak membutuhkanku, biarkan aku pergi."
Kejadian 4:6-8
Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?
Apakah mukamu tidak akan berseri,
jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah
mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus
berkuasa atasnya." Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang."
Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba
Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.
Titi tampak meronta-ronta sambil menangis dan berusaha mendekati cecenya hingga emak melepasnya sambil tetap mengawasi kedua balita. Eh, kali ini titi tampak berusaha memeluk cece tetapi cecenya tetap tidak mau dan mendorongnya. Kenapa titi tetap berusaha mengasihi cecenya yang telah menganiaya dia? Beginikah kasih Habel terhadap Kain? Mungkinkah Habel tetap ingin di dekat Kain sekalipun juga ada rasa takut terhadapnya?
Sebaliknya, ketika Esau marah kepada Yakub, Ribka langsung bergegas menyuruh Yakub pergi agar tidak terkena dampak kemarahan Esau. Karena Yakub juga bersedia menuruti nasehat ibunya, bertahun-tahun kemudian hubungan persaudaraan mereka dipulihkan. Ternyata ada kalanya api amarah sulit dikendalikan sehingga memakan korban. Agar tidak terjadi korban, ada kalanya berpisah merupakan solusi yang terbaik agar yang kuat tidak menghancurkan yang lemah.
Suatu hubungan akan terjalin dengan baik jika ada keseimbangan. Keseimbangan ini tak akan terjadi jika yang lemah tidak bisa meningkatkan kekuatannya dan yang kuat juga tidak bersedia menurunkan kekuatannya. Nah, kisah Esau dan Yakub ini menunjukkan bahwa ada kalanya waktu bisa menjadi obat yang mujarab untuk memadamkan api amarah. Ketika Esau dan Yakub berhasil mencapai titik keseimbangan, persaudaraan mereka pun dipulihkan.
Karena Tuhan melihat bahwa aku belum bisa mencapai batas keberanian yang kubutuhkan dan hasil ujian terhadap pemilik 'api' juga sesuai doaku, Dia pun mengizinkan aku pergi dari Negeri Api. ^_^ Kata hatiku: "Okelah, biarkan pemilik 'api' belajar dulu untuk tidak menyia-nyiakan berkatnya." Wew... leganya hati ini. Sendiri tak berarti sepi lho. Sendiri itu happy, terutama saat sedang berkaca. Jangan sampai lho melihat sosok lain di kaca tetapi di belakangmu tak ada siapa-siapa... hahaha... Happy yayaya... Happy yeyeye... aku senang jadi anak Tuhan... karena tak perlu melihat gunung berapi meletus atau berasap. wkwwkw...
KAU TUHAN yang BENAR. Kau gunung batuku dan Kau kota
bentengku. Tak akan kuragu Kau menjamin hidupku. Kau keselamatanku dan Kau yang
membelaku, tak akan ku takut kuasa-Mu di dalam ku. Walau badai menerpa di dalam
hidupku ini namun tangan-Mu Tuhan mengangkat ku tinggi. Kau Tuhan yang benar
tak pernah tinggalkan. Dahulu, sekarang, dan selamanya janji-Mu tak berubah.
Kau Alfa dan Omega, awal dan akhir semesta alam memuja Engkau Tuhan yang benar.
0 komentar:
Post a Comment