Sunday, January 29, 2017

Tradisi yang Benar: Menghormati Ortu - Pdt. Judy Koesmanto

Efesus 6:1-3 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.
Taatilah berlaku untuk anak-anak yang masih bergantung kepada orang tua. Hormatilah berlaku untuk semua anak, termasuk anak-anak yang sudah bisa mencari uang sendiri.

Alasan kita menghormati orang tua:
1. Sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan. Orang tua merupakan wakil Tuhan di dunia. Ada seorang anak yang bertanya kepada ko Judy: "Papaku sering memukul mama di depan mataku dan suatu kali wanita selingkuhan papa juga datang ke rumah. Apa saya masih harus menghormati papa semacam itu?"

Hormati Orang Tua
Jika anak tersebut langsung diberi jawaban, dia hanya mendapatkan pengetahuan. Dia membutuhkan kasih Tuhan. Oleh karena itu, ko Judy segera memeluknya seraya berkata: "Anggaplah saya sebagai papamu. Maafkan papa ya. Papa salah." Hiks... hiks... hiks... anak tersebut menangis dan meronta-ronta di pelukan ko Judy tetapi tidak berupaya melepaskan diri.

Setelah anak itu mulai tenang, ko Judy mendoakannya lalu bertanya kepadanya: "Mungkin 99% kamu membenci papamu, tetapi 1%nya bagaimana? Apa kamu tidak memiliki 1% kasih untuk papamu?" Maka, si anak menjawab: "Iya, 1%nya saya sayang papa." Selanjutnya, ko Judy berkata: "Kalau begitu, hormati papamu. Papamu bersikap begitu karena dia belum mengenal Tuhan. Dengan kamu menghormatinya, nanti dia akan mengenal Tuhan.”

2. Kasih orang tua adalah kasih yang murni.
Di sebuah surat kabar pernah ada suatu berita mencengangkan. Di situ tertulis bahwa ada seorang ibu dan anaknya mendatangi sebuah rumah. Ketika pintu dibuka, anjing di rumah itu segera keluar mengejar ibu dan anak tersebut. Karena ketakutan, mereka berdua segera berlari.

Namun, ibunya lari mendahului anaknya hingga akhirnya si ibu menyadari bahwa pantat anaknya digigit anjing. Ketika melihat hal itu, ibu segera kembali untuk menolong anaknya. Anjing itu pun dipukul habis-habisan tetapi anaknya tetap tak dilepaskan. Akhirnya ibu ini menarik telinga anjing dan menggigitnya. Kaing... kaing... Anjing pun kesakitan dan berlari pergi.

Itulah kasih yang murni. Ketika melihat anaknya dalam bahaya, seorang ibu bisa lebih galak daripada anjing galak...^_^ Apalagi ibu melahirkan itu antara hidup dan mati sehingga ada beberapa ibu yang meninggal pada saat melahirkan.

Suatu hari ko Judy mendoakan ibu yang hendak melahirkan. Wajahnya yang biasa ramah kini melotot sehingga ko Judy tidak lama-lama mendoakannya lalu segera menunggu di depan kamar bersalin sambil mondar-mandir. Karena tegangnya, dia sampai tidak makan dan tidak tidur padahal yang bersalin bukan isterinya.

Beberapa jam kemudian suami wanita tersebut keluar dari kamar bersalin dengan darah di wajahnya. Hari itu tanggal 24 Desember. Lantas suami bercerita bahwa dia meminta isterinya tunggu 2 jam dulu agar kelahiran anaknya seperti Yesus. Oleh sebab itu, wajahnya langsung dicakar isterinya hingga berdarah. Iya, wajar saja karena kuku isterinya lupa dipotong dan melahirkan itu antara hidup dan mati sehingga tidak bisa lha diminta menunggu 2 jam.

Sewaktu kecil ko Judy sering bermanja-manja dengan mamanya. Ketika besar, tidak lagi. Namun, ketika ko Judy sudah menjadi gembala sidang, dia sempat berkhotbah meskipun sedang sakit. Selesai khotbah mamanya menarik kepalanya agar berbaring di pangkuannya dan mengelusnya. Tiba-tiba ada jemaat mengetuk pintu ruangan.

Spontan saja ko Judy bangun tetapi mamanya segera menarik dia lagi agar berbaring. Kata ko Judy: "Ada jemaat ma. Masa lihat gembalanya seperti ini?" Namun, mamanya menjawab: "Kamu sedang sakit dan kamu anak mama. Sekalipun kamu presiden atau setinggi apapun jabatanmu, kamu tetap anak mama."

Maka, jemaat yang mau minta didoakan berkata: "Oh, ko Judy sakit ya?" Namun, ko Judy bangun perlahan dan berkata: "Tidak apa. Ayo sini saya doakan." Lalu ko Judy berubah menjadi gembala lagi... hahaha... Nah, sementara ko Judy mendoakan dia, mamanya mengelus punggungnya sehingga ko Judy merasa nyaman. Begitu besarnya kasih mama. Dia juga menemani ko Judy pergi berkhotbah. Jika ada yang menanyakan hal itu, mamanya akan berkata: "Kalau saya tidak ikut, siapa yang akan menjaga Judy?"

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.