Saturday, December 10, 2016

Waktu Aku Takut

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 11 Desember 2016

Semalam di kamar sendirian tiba-tiba terdengar bunyi pelan yang tak lazim. Pluk... (tengok kanan kiri tak ada siapapun) Pluk... (tengok kanan kiri lagi dan tetap tak ada siapapun) Pluk... (tengok kanan kiri depan belakang tak ada siapapun lalu lihat ponsel tetapi tak ada tanda-tanda baru berbunyi) Pluk... (tengok kanan kiri lagi dan tetap tak ada siapapun)

: Hati ini bertanya-tanya: "Oh Tuhan, suara apa itu? Kok tidak ada sumber bunyinya? Dunia ini sungguh berbahaya. Bagaimana aku bisa merasa aman?"
: Jawabnya: "Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka." (2 Raja-raja 6:16)
: "Namun, aku tak dapat melihatnya. Andai saja aku bisa melihat mereka yang menyertaiku, mungkin aku akan merasa aman."
: "Jika kamu melihat mereka yang menyertaimu, kamu pasti tidak mau mandi...^.^"
: "Hah!?! Oh! Hahaha... iya... ya... yaya... aku masih ingat hari-hari itu... hahaha... Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu. Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu. Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu. Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu. Hahaha..."

11 Des 2005 selesai ditraktir rafting (arung jeram) oleh anak bos bersama teman sekantor, kami pun antri kamar mandi. Aku sudah berada di antrian nomer 1 tetapi teman wanita yang ada di belakangku tiba-tiba berkata: "nanti mandi bersama ya biar cepat." Namun, aku menolaknya karena aku sudah cukup sering mandi bersama anak-anak lain ketika di asrama hingga SD kelas 5.

Dari kelas 6 SD suster asrama sudah izinkan aku mandi sendiri dan sejak saat itu sudah kuputuskan untuk mandi sendiri. Jadi, apapun alasannya aku ya tidak mau berbagi kamar mandi. Namun, temanku tetap memohon-mohon untuk mandi bersama agar cepat. Ah... ya sudahlah tempati saja kamar mandinya. Aku mandi dengan berpakaian saja di bawah pancuran air yang ada di luar kamar mandi lalu segera berganti pakaian di ruang ganti sendirian. Lebih baik aku tidak mandi lha daripada mandi bersama.

Kemudian beberapa minggu lalu sepulang kerja aku ke kamar mandi dan segera mengunci pintunya. Tiba-tiba aku melihat tikus di balik pintu kamar mandi yang telah kututup. Sontak aku menjerit ketakutan dan berusaha membuka kunci pintu kamar mandi. Namun, sebelum aku sempat membuka pintunya, tikus hitam itu mendekat ke arahku dan melintasi kakiku. Aku pun berteriak histeris dan spontan berjalan mundur dan mundur hingga aku jatuh terduduk di atas kloset.
Mazmur 37:24 apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.
Tikus pun tampak ketakutan hingga bergegas naik ke atas pipa paling atas. Aku pun segera membuka pintu kamar mandi dan berlari keluar... batal mandi dech... nunggu tikusnya diusir pergi dulu... hehehe... Maaaa, ada tikus di kamar mandi. iih...

Hahaha... iya ya... kalau aku melihat ada malaikat menjagaku di kamar mandi, bisa-bisa aku tidak mau mandi. Apalagi semua malaikat itu maskulinAku baru bisa mandi bila tak ada penampakan makhluk-makhluk lainnya, baik manusia, hewan, malaikat, ataupun yang lain. Aku mau sendirian di kamar mandi. Jadi, cukuplah aku imani bahwa ada malaikat yang menjagaku tanpa harus kulihat wujudnya. Jika dia sampai masuk ke kamar mandi untuk menolongku, kuimani saja bahwa dia telah menutup matanya rapat-rapat...^.^

DENGAN SAYAP-MU
* Firman-Mu berkata Kau besertaku. Maka kuat roh dan jiwaku. Tangan-Mu Tuhan s'lalu kunantikan. Di setiap langkah kupercaya.
Reff: Dengan sayap-Mu ku akan terbang tinggi. Di tengah badai hidup ku tak menyerah. Kau kekuatan dan perlindungan bagiku.
* Pertolonganku di tempat maha tinggi. Ku mengangkat tanganku, aku berserah. Kau kunantikan, Kau yang kusembah. Yesusku, Rajaku.

Proses Kebangunan Rohani
Wkwwkw... setelah mengingat kejadian tersebut, kuputuskan untuk membuka Alkitab. Lalu hatiku melompat ketika membaca ayat ini.
Yehezkiel 37:7-8 Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan kepadaku; dan segera sesudah aku bernubuat, kedengaranlah suara, sungguh, suatu suara berderak-derak, dan tulang-tulang itu bertemu satu sama lain. Sedang aku mengamat-amatinya, lihat, urat-urat ada dan daging tumbuh padanya, kemudian kulit menutupinya, tetapi mereka belum bernafas.
Yach... suara yang kudengar tidak seperti suara tulang-tulang tetapi mirip seperti di pasar. Di pasar biasanya terdengar bunyi 'pluk... pluk... pluk...' ketika ada kulit sapi yang diletakkan perlahan di atas daging. Kalau dilempar keras-keras, biasanya terdengar bunyi 'plek... plek... plek...' Ouw... tulang-tulang telah berbalut daging dan kulit tetapi aku belum mendengar hembusan nafas. Ini berarti prosesnya belum selesai. Wew... masih menunggu lagi...

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.