Catatan Ibadah ke-2 Minggu 09
Oktober 2016
Ketika masih di kampus, kulihat seorang pria beberapa kali menatapku dengan
penuh arti. Kupikir dia mengingatku semasa SMA dulu sehingga dia menatap
seperti itu. Lantas secara kebetulan kami menjadi teman sekelas dalam suatu
mata kuliah. Di kelas tersebut pada suatu hari secara kebetulan dia duduk di
sampingku.
Maka, kuberanikan diriku bertanya: "Ko,
dulu kamu dari SMA SM?" Dia pun berkata: "Iya... maaf, aku tidak
ingat." Lalu aku bertanya lagi: "Dulu kamu selalu pulang sekolah dengan naik mobil antar jemput
dan kamu selalu duduk di bangku belakang dekat jendela?" Sekali lagi
dia mengiyakan dan kembali meminta maaf karena tidak mengingatku. Namun, kali
ini dia buru-buru duduk bersandar dan pandangannya segera terfokus kepada dosen
yang mengajar.
Hmmm... karena body language-nya
menunjukkan bahwa dia tidak ingin mendengar lebih lanjut, aku ya diam saja dan
tidak memberinya penjelasan karena sikapnya seolah-olah menyatakan bahwa dia
tidak ingin mengetahui apapun tentang diriku. Padahal, sebenarnya aku mau
melanjutkan bahwa wajar saja bila dia tidak mengingatku. Hehehe... Kali ini ingatanku yang agak berlebihan.
Aku mengingatnya karena sewaktu SMA aku sering lewat di depan kelasnya tiap
kali aku mau turun ke kantin. Tiap kali melewati kelasnya aku mendengar ada
yang bersiul dan kulihat dia orangnya. Sepulang sekolah aku selalu berdiri di
bawah jembatan penyeberangan sembari menunggu bemo lewat. Namun, sebelum bemo
lewat aku selalu melihat mobil antar jemputnya lewat di depan mataku dan dia
selalu terlihat memandang ke luar jendela. Hehehe... hanya karena peristiwa itu
saja aku mengingatnya.
Meskipun demikian, dia tidak pernah mengetahui hal yang sebenarnya karena
dia selalu saja menjaga jarak dariku semenjak hari itu. Dulu aku tak mengerti
kenapa dia harus meminta maaf dan buru-buru menjauh. Dulu aku tak mengerti
kenapa dia harus merasa bersalah hanya karena tak bisa mengingatku padahal itu
tak masalah bagiku karena aku mengetahui bahwa daya ingatku agak berlebihan
terhadap beberapa peristiwa.
Namun, setelah aku tak mampu mengingat orang lain yang mengaku pernah
mengenalku, aku pun mulai memahami perasaannya saat itu. Meskipun demikian, aku
tidak langsung berusaha menjauh dari orang-orang yang mengaku kenal aku. Aku dengarkan dulu lha apa yang mereka
ingat tentang aku.
Tapi, INGATLAH!!! Jangan pernah menerima tumpangan dari orang-orang yang mengaku pernah mengenalmu karena itu bisa berbahaya!!! Jika kita melupakan seseorang, itu sama saja dengan tidak
mengenalnya. Kita tidak mengetahui kepribadiannya. Kita pun tidak mengetahui
dia baik atau jahat. Jadi, kalau masih ingin mengingatnya, ya mulai saja dari
titik awal perkenalan ketika kita masih belum saling percaya.
Beberapa hari lalu tiba-tiba ada cece yang menghubungiku lewat WA dan
mengaku kenal aku karena katanya dulu dia turut merawat dan menyuapi aku dan
meme sulung semasa kanak-kanak di asrama. Karena saat ini aku dan dia terpaut
usia 6 tahun, aku tidak mengingatnya. Dia pun menyebutkan beberapa nama yang
seangkatan dengannya tetapi aku dan meme sulung tetap tidak mengingatnya.
Aku pun tidak mengenali foto terbarunya dan dia sudah tidak memiliki
fotonya yang tempo dulu. Ketika dia menyebutkan nama-nama teman yang seangkatan
denganku, aku pun mengingat nama-nama itu. Jadi, aku mulai yakin bahwa dia
mengatakan hal yang sebenarnya tetapi tetap
saja akan kukonfirmasi dengan teman-teman seangkatan... hehehe...
Yach, dari semua cece yang pernah menyuapiku semasa di asrama, aku hanya
ingat kepada 1 cece jahat yang menyuapiku dengan memasukkan banyak sambal ke
dalam makananku supaya aku makan dengan cepat. Hmmm... seandainya cece di WA
menyatakan bahwa dulu dia menyuapiku dengan sambal, tentulah aku mengingatnya
tetapi dia tidak menyatakan hal itu sehingga kuasumsikan saja bahwa dia
bukanlah si cece jahat. Aku pun sudah tak ingat wajah cece jahat itu. Namun,
rasanya aku masih bisa mengingat gaya bicaranya, postur tubuhnya, dan potongan
rambutnya, kecuali dia sudah lahir baru... hehehe... Alhasil, tiap kali ada
yang mendorongku untuk makan pedas, aku selalu ingat akan cece jahat itu.
Maka, aku pun tidak mau menyuapi anak kecil dengan bantuan sambal. Sambal
itu cara instan dan tak akan bertahan lama. Kenyataannya aku tetap tidak suka
pedas dan tetap tidak suka makan. Malahan sakit maag-ku langsung kambuh tiap
kali terkena sesuatu yang pedas, baik itu makanan atau minuman pedas maupun
kata-kata yang super duper pedas... wkwwkw...
Amsal 12:18 Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang,tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan.
Nah, mari dicoba dengan cara yang berbeda. Aku dan meme bungsu terpaut 14
tahun. Ketika dia masih perlu disuapi, kukatakan bahwa dia "pintar" di tiap suapannya. "Pintar... ayo lagi." "Pintar...
ayo makan yang banyak." "Pintar...
ayo kurang sedikit lagi." "Pintar... makanannya habis."
Hahaha... akhirnya dia pun benar-benar pintar. Bukan hanya pintar makan tetapi
juga pintar belajar dan pintar mengajar.
TIADA
BANDINGNYA ~ GMB
(Album:
Chapter One)
Tiada bandingnya Kasih-Mu Bapa. Kasih
di dunia semu. Tiada pernah sebanding Dengan kasih-Mu.
Reff: Karna itu kubersuka. Karna
itu kumenari. Karna kasih-Mu dalamku Memulihkan.
Karna itu kubersuka. Karna itu kumenari.
Tiada takut kumelangkah Dengan diri-Mu.
0 komentar:
Post a Comment