Thursday, July 7, 2016

Bab 8: Rintangan-rintangan untuk Mendapatkan Jawaban Doa

Bab 7: Dua Belas Langkah Tindakan untuk Berdoa
Renungan Buku 'Doa untuk Intervensi Surgawi' ~ Dr.Myles Munroe
Bagian III: Prinsip-prinsip Doa
Bab 8: Rintangan-rintangan untuk Mendapatkan Jawaban Doa

1. Belajar tentang Doa tetapi Tidak Mempraktekkan
2. Membenarkan dengan Pikiran, bukan dengan Tindakan
3. Mendengar Firman tetapi Tidak Menyerapnya
4. Berharap (sekedar angan-angan), bukan Beriman
5. Berdoa untuk Meminta Iman
6. Peduli terhadap Dunia / Malas

Membenarkan dengan Pikiran, bukan dengan Tindakan.
"Percaya saja... hanya tinggal percaya kok susah." Itulah yang pernah dikatakan oleh seseorang. Percaya itu mudah kalau kita sudah kenal baik akan integritas orang yang bersangkutan. Namun, percaya itu menjadi sulit ketika kita pernah dikecewakan oleh orang yang bersangkutan. Percaya atau beriman kepada Tuhan Yesus tentulah tidak sulit karena Dia tak pernah mengecewakan.

Namun, hal itu menjadi sulit karena seringkali yang harus dipercayai adalah hal-hal yang melampaui pemikiran kita.
Lukas 5:5 Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
Selama ini aku baru bisa beriman ketika pikiran sudah menemui jalan buntu dan tak seorang pun bisa membantu. Mirip dengan Simon yang sudah berusaha keras tetapi tidak mendapatkan hasil. Mungkin dia sudah tidak melihat jalan keluar lain dari permasalahannya sehingga dia mau langsung bertindak mengikuti perkataan Yesus. Itulah yang sering terjadi padaku. Ketika menemui jalan buntu, aku baru bisa meyakini bahwa tiada yang mustahil bagi-Nya sehingga benar-benar berhenti khawatir.
Matius 14:28 Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air."
Selain itu, aku pun bisa beriman pada saat sudah terdesak. Jika Petrus tidak keluar dari perahu, dia bisa tenggelam. Lalu dalam keadaan terdesak dia melihat Yesus. Karena Petrus melihat Yesus sebagai satu-satunya jalan keluar dari potensi tenggelam, imannya mulai aktif. Ketika aku ketakutan karena musuh-musuhku semakin mendekat dan aku tak bisa melarikan diri, saat itulah aku baru bisa yakin bahwa Yesus selalu menyertaiku sehingga aku pun menjadi tenang.

Iman Melampaui Pemikiran
Jadi, selama ini aku cenderung memilih jalan lain berdasarkan pikiran semata. Jika bisa kabur, aku akan kabur karena hal ini lebih bisa diterima oleh pikiranku. Namun, jika pikiran sudah buntu, tak ada yang dapat membantu, dan terdesak oleh situasi dan kondisi alias tak bisa kabur, barulah aku memilih jalan iman karena beriman itu benar-benar membutuhkan keberanian lho. Seringkali aku harus stres dulu sebelum beriman karena pikiran tak bisa langsung selaras dengan firman-Nya. Ah, sudahlah... jangan percaya padaku tetapi buktikanlah sendiri!
Roma 10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Untuk menumbuhkan iman, tentulah membutuhkan proses panjang karena iman akan semakin bertumbuh seiring banyaknya firman Tuhan yang kita dengar. Namun, jika kita hanya mendengar firman Tuhan lalu segera melupakannya, iman kita juga tak akan bertumbuh.
Yakobus 1:23-24 Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. 
Yakobus 1:25 Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. 
Selain mendengar firman Tuhan, kita juga perlu meresapi dan menghidupinya. Setiap orang bisa mengatakan percaya kepada Yesus tetapi untuk benar-benar mentaati perkataan Yesus dibutuhkan keberanian.

Dua Kisah Perjuangan Iman

Kisah I (cerita dari seorang teman Army of God): Seorang gadis mendoakan beberapa temannya dengan minyak urapan. Lalu seseorang menertawakannya sambil bertanya: "apa harus pakai begituan?" Dengan tenang si gadis menjawabnya: "jangan menertawakan iman seseorang." Beberapa waktu kemudian orang yang pernah menertawakannya tiba-tiba minta didoakan olehnya.

Kisah II (cerita dari seorang ateis): Seorang pemuda yang tubuhnya dipenuhi tato didoakan oleh pendeta tetapi dia tidak rebah. Kemudian pendeta berkata kepadanya: "saya doakan kamu sekali lagi" tetapi pemuda itu juga tidak rebah. Maka, pendeta itu berbisik kepadanya: "jangan permalukan saya... cepatlah rebah" lalu pemuda itu berpura-pura rebah.

Hmmm... siapa bilang setiap orang yang didoakan harus rebah? Untunglah aku tidak kenal pendeta itu sehingga tak mungkin didoakan olehnya. Yesus saja memberikan kehendak bebas untuk memilih, mengapa pendeta itu malah memaksa pemuda tersebut untuk rebah?

Hehehe... saat pertama kali didoakan pendeta aku pun berkata di dalam hati bahwa aku tidak mau rebah dan permintaanku terkabul. Namun, saat itu aku sempat terkejut karena teman yang tepat berada di sebelah kananku langsung rebah pada saat didoakan. Doanya sama, tempatnya sama di Bukit Doa Immanuel, waktunya sama pada saat retret PUSH 5, pendetanya juga sama (Welyar Kauntu) tetapi temanku rebah dan aku tidak rebah. Apa yang membuat perbedaan? Entahlah... mungkin isi hatinya... Pastinya aku tidak mau rebah. Hahaha... untunglah pak Welyar yang mendoakan kami tidak memintaku berpura-pura rebah sehingga aku masih bisa percaya kepadanya.

Namun, kedua kisah tersebut membuktikan bahwa iman benar-benar membutuhkan keberanian sehingga kita bisa tetap tenang meskipun doa kita belum membawa perubahan yang berarti. Jangan sampai sesuatu yang kita yakini membuat kita membohongi Tuhan demi terlihat hebat di mata manusia.
Galatia 6:4-5 Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri. 
♡AKU MENGASIHI ENGKAU YESUS♡
(Ir.Niko Njotorahardjo)
Aku mengasihi Engkau Yesus Dengan segenap hatiku.
Aku mengasihi Engkau Yesus Dengan segenap jiwaku.
Kurenungkan firman-Mu siang dan malam.
Kupegang p'rintah-Mu dan kulakukan.
Engkau tahu ya Tuhan tujuan hidupku
Hanyalah untuk menyenangkan hati-Mu.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.