Wednesday, February 3, 2016

Ternyata Seperti Itu

Semalam ketika mendengarkan Kotbah Philip Mantofa : Galatia - Semua Karena Anugerah-Nya bagian ke-7 >> http://youtu.be/ICJtYPfWvZ0 tanpa melihat gambarnya, kudengar ada beberapa orang yang menangis hingga menjerit pada saat altar call untuk menerima urapan.

".... Satu hal yang kurindu bersekutu dengan-Mu. Bawaku lebih lagi tinggal di dalam-Mu. Nikmati hadirat-Mu, jamahlah seluruh hidupku. Kuasa-Mu mengubah hidupku..."

Ketika mendengar lagu tersebut, aku agak enggan menirukannya karena aku kan tidak mau menerima impartasi kuasa lalu tiba-tiba berubah menjadi seperti Moro Wijaya. "Ah, aku hanya ingin kasih-Nya, bukan kuasa-Nya."

Aku malah sibuk bertanya-tanya: "Kenapa ya orang itu bisa menjerit-jerit seperti itu? Kok seperti melihat setan... seperti orang kerasukan yang alami kelepasan. Ngeri dech... Untunglah aku tidak pernah maju saat altar call. Apa jadinya bila kualami hal semacam itu di depan banyak orang? Malu lha... belum lagi kalau tidak bawa tissue... nggak kebayang dech."

Allah Roh Kudus
Beberapa menit setelah video berakhir tiba-tiba aku ingin mendengarkan lagu 'Holy Spirit' seraya menirukannya.
♡ I love You my Lord. Only You that I need. When I see Your Face My life will be changed.
♡ I'm longing for You. Longing for Your Presence Lord. To be closer to You, That is my heart's desire.
♡ Holy Spirit I love You Lord.
♡ Let me see You face to face 2x

(youtu.be/MBWtpJsVqbE)

Eh, tiba-tiba aku tak sanggup menyanyikannya lagi ketika mendengar kata 'When I see Your face'. Oh, rupanya pertanyaanku dijawab-Nya dengan mengalami sendiri. Tiba-tiba kuingat cerita temanku ketika mengalami hal itu pada saat dilepaskan dari kepahitan sewaktu ikut retret. Kini kusadari bahwa bukan orang kepahitan saja yang dapat mengalami hal itu.

Ketika mengalaminya, aku mendengar Roh Kudus berkata: "Ketakutanmu tidak bisa menyelamatkan mereka. Ketakutanmu tidak akan membawamu maju. Ketakutanmu menghalangi kerja-Ku."

Hiks... tidak mau mendatangi-Nya saat altar call... malah didatangi di kamar tertutup. Ternyata tepat seperti cerita temanku: "setelah mengalami peristiwa semacam itu hati ini menjadi plong."

Untunglah kamarku jauh dari orang-orang non Kristen sehingga tak ada yang bertanya kepadaku: "kamu kenapa?" Kalau ditanya seperti itu, tentu susah jawabnya. Kalau kujawab: "Tuhan menjamah hatiku", mereka pasti sulit memahaminya seperti diriku dulu. Ya... kalau belum pernah mengalaminya, tentu sulit memahaminya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.