Catatan Ibadah ke-2 Minggu, 20 Desember 2015
Menjelang kelulusan SMP
diadakanlah karya wisata ke Pulau Dewata. Pembagian kamar hotel sudah
ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak ada kebebasan dalam memilih teman
sekamar. Sebelum berangkat aku sudah berencana untuk membawa selimut sendiri
tetapi teman-temanku mengatakan bahwa hal itu tidak perlu dilakukan karena
pihak hotel sudah menyediakan selimut. Karena menuruti saran mereka, aku pun
tidak membawa selimut.
Sesampai di hotel aku dan
dua orang temanku menuju kamar yang sama sesuai ketentuan. Di sana kami bertiga
hanya menemukan dua selimut di dalam kamar. Kedua temanku langsung berebut
selimut-selimut tersebut. Hmmm... karena tak ingin ribut, aku pun terpaksa mengalah.
Ketika malam tiba,
teman-temanku bergegas menyalakan AC kamar karena mereka tak bisa tidur tanpa
AC. Wew... bagaimana aku bisa tidur dengan AC dan tanpa selimut? Aku 'kan
alergi dingin. Namun, bagaimana aku bisa mengatakan hal ini kepada mereka? Jelas-jelas
mereka telah mempertahankan selimut yang ada. Jika aku meminta AC tidak
dinyalakan, mereka berdua pasti protes karena tak bisa tidur. Huff... daripada
ribut, lebih baik aku diam saja lha.
Sembari berbaring di atas
kasur seraya menahan dingin, aku pun berpikir: "Kulitku tidak setebal kulit mereka. Aku tidak mampu menahan
dingin seperti mereka. Aku tak bisa ribut dengan mereka. Aku pun tak bisa
merebut selimut mereka. Apa yang bisa kulakukan?"
KAMI PERLU KAU TUHAN. Ke manakah kami berseru saat badai
datang menderu. Yang kami tahu hanya Kau yang mampu Pulihkan s’gala sesuatu (2x).
Reff: Kami perlukan keajaiban-Mu. Kami
butuhkan sentuhan tangan-Mu. Kami tak dapat berjalan sendiri. Kami perlu Kau
Tuhan.
Tak terasa malam semakin
larut dan kedua temanku telah terlelap. Hehehe... kini kutahu. Perlahan-lahan
aku berjalan dan mengambil remote AC. Klik.
Seketika AC mati dan aku segera terlelap. Beberapa waktu kemudian hawa dingin
membangunkan tidurku. Ketika kubuka mataku, kutemukan AC telah dinyalakan lagi.
Aku pun memperhatikan kedua temanku yang terlelap. Lantas aku kembali bergerak
perlahan untuk mematikan AC lagi. Klik.
Hehehe... saatnya tidur lagi...
Setelah 2-3 kali
mengulangi hal itu pagi pun datang menyapa. Selesai mandi salah satu temanku
berkata: "AC-nya lho aneh... semalam
ACnya bisa mati-mati sendiri." Sementara
temanku yang satu lagi kurang menyadari hal itu sehingga dia berkata: "Pantas semalam aku sempat kepanasan
tetapi aku mengantuk sehingga tidak memperhatikan... ya mungkin ACnya
rusak".
Karena aku pendiam,
mereka tidak mengharapkan komentarku sehingga aku tenang-tenang saja. Namun, di
dalam hati aku berusaha menahan tawa seraya berkata: "Kita impas sekarang. Tidur kita sama-sama nyenyak dan tidak
nyenyak. Lagipula kalian berdua 'kan suka dingin. Seharusnya tidak perlu pakai
selimut. Tapi... kalian telah membiarkanku tidur tanpa selimut. Bagaimana bisa
kalian tetap menyalakan AC? Karena tak
ingin ribut, ya terpaksa aku bekerja diam-diam... wkwkww..."
Hohoho... untunglah mereka benar-benar terlelap
hingga tak menyadari keusilan tanganku. Namun, semenjak saat itu aku selalu
membawa selimut sendiri setiap kali harus menginap di suatu tempat. Ketika
menginap di BDI untuk mengikuti PUSH 5, aku pun membawa selimut sendiri. Namun,
sesampai di sana aku pun mengetahui bahwa kami bisa meminjam selimut dengan meninggalkan
KTP.
Ketika hendak menginap di
sana lagi untuk mengikuti PUSH 8, sempat terpikir olehku untuk tidak membawa
selimut. Namun, sebelum ibadah hari ini dimulai pak Yohanes berkata: "segera daftarkan diri Anda untuk
mengikuti PUSH 8 karena kuotanya sudah hampir habis."
‘Kuota’. Iya... peserta PUSH ada kuotanya. Selimut juga pasti ada kuotanya. Wah...
aku tidak bisa memastikan kuota
selimutnya. Bagaimana kalau aku tidak mendapatkan pinjaman selimut seperti
masa SMP dulu? Hahaha.... bisa-bisa cerita lama bersemi kembali. Tidak ah... lebih baik aku tetap bawa selimut sendiri.
Teman-teman SMP memang tidak komplain ke pihak hotel dan hanya bisa mengeluh.
Namun, peserta PUSH sudah relatif dewasa sehingga mereka bisa komplain ke pihak
manajemen BDI. Wew... bisa ribut nich kalau cerita lama bersemi kembali.
Iya... ya... aku tidak mungkin kembali mematikan AC
diam-diam. Jika sampai lupa bawa selimut dan tidak mendapatkan pinjaman
selimut, tampaknya aku harus mendengarkan jangkrik bernyanyi semalam suntuk...
krik... krik... krik... hoahm... krik... krik... krik... hoahm...
AJARKU BERDIAM. Ajarku berdiam dekat di hati-Mu. Di
saat ku berpaling temukan cinta-Mu. Di sana Kau menanti ‘tuk bawaku lagi bersekutu
dalam damai yang sejati. Ooh, kudamba hadir-Mu. Ooh, inilah rinduku. Reff: Hidupku hanyalah untuk-Mu. Segenap
hatiku kagum ‘kan kebaikan-Mu. Nafasku menc'ritakan kasih-Mu. Ajarku berdiam
dekat di hati-Mu.
0 komentar:
Post a Comment