Lihatlah Aku hendak Membuat Sesuatu yang Baru
Ketika aku
menyodorkan surat resign, bosku keberatan. Namun, sehari kemudian dia
mengatakan bahwa dia bisa memahami keinginanku untuk mendapatkan pekerjaan yang
menyejahterakan sehingga dia izinkan aku resign. Aku pun merasa lega mendengar
hal itu.
Lantas ketika aku hampir meninggalkan perusahaan tersebut, Tuhan berfirman agar aku tetap melangkah ke depan. Firman-Nya: "Janganlah ingat-ingat hal-hal
yang dahulu, dan janganlah perhatikan
hal-hal yang dari zaman purbakala! Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru,
yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat
jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.” (Yesaya 43:18-19).
Selain itu, di GMS aku pun diteguhkan
dengan lagu: "yang
lama telah berlalu, yang baru sudah datang. Kasih-Mu beri pengharapan dan kekuatan.
Tak perlu lihat ke belakang, langkahkan kaki ke depan..."
Namun, pada hari terakhirku bekerja di sana (17
September 2014), tiba-tiba bosku berkata: "nanti
tiap Sabtu libur kamu ke sini ya..." karena aku telah memberitahunya bahwa Sabtu akan libur 2 kali sebulan di
tempat kerja baru. Dengan terheran-heran aku bertanya: "untuk apa?" karena aku ‘kan telah serah terima pekerjaanku
dengan teman sekantor dan konsultan perusahaan mereka. Lalu jawabnya: "untuk
bantu-bantu pekerjaan di sini, dipaskan sebulan lha..." Kataku: "yaaa...
kalau bisa tapi sepertinya aku tidak bisa ce karena aku harus mempelajari
pekerjaan baruku."
Keesokan harinya
aku pun bekerja di kantor baru. Pekerjaannya jauh lebih banyak daripada di
tempat kerja sebelumnya dan
kondisinya bisa dibilang mirip gurun (akan
kuceritakan nanti dalam kisah selanjutnya ^.^) sehingga
saat Sabtu libur kuputuskan untuk beristirahat dan tidak pergi ke kantor lama. Maka dari itu, mantan bosku memberitahu temanku
bahwa dia berencana menjemputku pada hari Minggu agar datang ke kantor lama karena Sabtu aku
tidak datang. Namun, ketika dia meneleponku, aku tidak mendengarnya karena
memang HP tidak kubawa sehingga teleponnya pun tidak kujawab.
Maka, dia
menulis SMS dengan pemikiran negatifnya: "Kenapa
kamu tidak jawab teleponku? Apa kamu sengaja menghindariku?" Lalu
kujawab SMSnya untuk memberitahu bahwa tadinya aku sedang pergi dan lupa bawa
telepon. Lantas kutanyakan kepentingannya. Dia pun membalas SMSku dengan
menanyakan kapan aku bisa ke sana untuk bantu pekerjaan di sana. Kukatakan
bahwa aku masih repot dan belum bisa ke sana.
Lantas hingga
awal Oktober 2014 mantan bosku tidak membayar gajiku selama tgl 1-17 September
2014 padahal di perusahaan lain gaji langsung diberikan pada saat resign.
Ketika temanku menanyakan perihal gajiku kepadanya, dia mengatakan bahwa dia
memang sengaja menahan gajiku karena aku tidak menjawab teleponnya. Dia pun
berkata: "si A dan si B saja mau
datang ke kantor sini setelah resign. Masa si C tidak mau?" Maka,
temanku memintaku menelepon mantan bosku.
0 komentar:
Post a Comment