Monday, May 4, 2020

Sinful Mind

Catatan Ibadah Online Minggu 03 Mei 2020

Seorang pemuda berkata: "memang repot ya berurusan dengan orang kaya". Sebenarnya tidak repot sich jika mereka juga kaya di mata Tuhan. Beberapa orang kaya tuh memang bikin repot karena mendua hati. Sekalipun mengaku percaya kepada Tuhan yang tidak kelihatan, tindakan mereka justru mencerminkan kepercayaan kepada Mamon yang kelihatan.
Imamat 26:1 "Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab Akulah TUHAN, Allahmu.
Dalam kondisi normal mereka sudah berusaha mengeruk keuntungan sebesar-besarnya sekalipun merugikan orang lain. Dalam kondisi krisis seharusnya mereka mendekat kepada Tuhan, tetapi justru mereka semakin memiliki alasan kuat untuk meraup keuntungan di tengah kesempitan.
Imamat 26:21 Jikalau hidupmu tetap bertentangan dengan Daku dan kamu tidak mau mendengarkan Daku, maka Aku akan makin menambah hukuman atasmu sampai tujuh kali lipat setimpal dengan dosamu.
Lantas aku terbawa ke dalam dunia mimpi untuk dipertemukan dengan pemuda tadi. Ketika senja menggelayut manja, kulihat diriku sedang berada di dalam sebuah kelas bersama sekitar 10 orang lainnya. Karena kelas telah usai, kami pun telah bersiap pulang seperti murid lain yang telah mendahului kami.

Ketika kulayangkan pandangan ke luar jendela yang terbuka lebar, tampaklah pemuda itu menerobos masuk ke dalam kelas melalui jendela tersebut. Dengan tersenyum lebar dia menghampiriku dan meminta persetujuanku lalu bergegas pergi ke luar kelas. Sejenak aku tertegun dibuatnya. Bagaimana mungkin dia masuk melalui jendela? Seharusnya dia masuk melalui pintu sekalipun kelas telah usai.
Yohanes 10:9 Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.
Kupandangi rerumputan kering di luar jendela. Tampaknya rembulan sudah kelihatan. Maka, aku bergegas ke luar kelas dan mencarinya di kantin, tetapi dia tak terlihat batang hidungnya. Lantas kuputari jalanan sekolah, tetapi dia tetap tak terlihat. Hmm... sepertinya dia sudah pulang. Menyebalkan. Mengapa dia suka mengambil jalan pintas dan pergi begitu saja?

Jalan Sempit
Karena langit semakin gelap, kuputuskan untuk segera pulang juga dengan berjalan kaki menyeberangi jembatan beraspal selebar 2 orang. Semula ada 2 pria yang asyik mengobrol di dekat jembatan tersebut. Ketika aku berjalan memasuki jembatan, mereka berdua ikut berjalan di belakangku. Mau apa mereka? Aku pun bergegas melangkah dengan cepat seperti meluncur bersama angin sembari menyongsong cahaya yang ada di seberang jembatan. Uwaahh.. rupanya hari sudah pagi.

Seandainya tadi kuminta pemuda itu mengantarku pulang, tentu aku tak perlu berjalan sendirian di tengah kegelapan malam diiringi dua pria yang tak jelas rimbanya itu. Namun, ini bisa saja diartikan bahwa aku menyetujui tindakannya yang suka mengambil jalan pintas. Jadi, jalan terbaik memang menyeberangi jembatan sempit itu ya...
Matius 7:13-14 Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya."
Sekalipun jalan tersebut tampak beresiko, di ujungnya terlihat cahaya yang terang benderang. Selain itu, aku merasa ada kekuatan angin yang menyertai langkahku sehingga aku bisa menjaga jarak aman dari kedua pria asing itu.

DENGAN-MU TUHAN
Tak pernah kuragu akan kesetiaan-Mu, Kau pegang hidupku. Sepenuh jiwaku kuyakin dan percaya Kau tuntun langkahku.
Yesus Kaulah Raja dalam hidupku, berkuasa berjaya untuk s'lamanya.
Reff: Hanya Kau Tuhan sumber kekuatan. Kuasa-Mu tercurah bagiku senantiasa. Dengan-Mu Tuhan ku'kan berjalan dari kemuliaan sampai kemuliaan s’lamanya.

Pada malam sebelumnya aku pun bermimpi diberi sebuah buku tebal bersampul cokelat dan sebuah bolpoin hitam oleh pemuda itu. Kala itu dia pun menyerahkannya sambil tersenyum lebar. Duh, rasanya ingin kucoret-coret saja buku itu. Mengapa dia bisa setenang itu ya? Dia seolah-olah menutup mata dan telinga terhadap kebenaran yang telah diketahuinya. Mengapa dia memilih jalan lebar? Mengapa aku memilih jalan sempit? Mengapa tiap akhir April dia membuatku bersusah hati dengan isi bukunya itu? Kapan ya dia pulang?

PULANG - Redo (GMS Live)
Kuingin kau hadir di sini bertemu dengan-Ku lagi. Ku hanya ingin kau datang di pelukan-Ku, terima berkat-Ku.
Kuingin kau hadir di sini bertemu dengan-Ku lagi. Ku hanya ingin memandang wajahmu s'lalu, memberkatimu.
Dengarlah ini rindu-Ku. Inilah isi hati-Ku
Chorus: Kurindu kau kembali pulang, berlabuh di dalam pelukan-Ku. Kau tahu tangan-Ku s'lalu terbuka untukmu, memberkatimu.
Kurindu ku kembali pulang berlabuh di dalam pelukan-Mu. Kutahu tangan-Mu s'lalu terbuka untukku. Pengampunan yang Kau b'ri bawaku kembali pada-Mu Bapa.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.