Catatan Ibadah ke-1 Minggu 25 Nov 2018
Tanggung Jawab Suami:
1. Membangun rumah yang aman dengan cara:
a. Memiliki kasih satu arah: hanya memberi (tak harap kembali), tanpa syarat, tanpa pamrih. Jika menyekolahkan anak, jangan meminta anak mengembalikan semua biaya yang telah dikeluarkan ketika anak sudah berpenghasilan.
b. Menjadi termostat rumah: bapak harus bisa mengatur suhu di dalam rumah. Jika panas, harus segera didinginkan tetapi saat ini kebanyakan ibu yang mendinginkan suasana, sedangkan bapak malah memanaskan suasana. Jadilah teladan yang baik bagi anak. Kalau bertengkar, jangan di depan anak. Sebaiknya masuklah ke dalam kamar lalu bertengkarlah tanpa suara. Lama-lama akan terlihat lucu sehingga tidak jadi marah dan kembali berdamai.
Jangan pula seperti Ucok. Dia terlambat datang di sekolah. Guru pun menegurnya lalu Ucok mengatakan bahwa dia terlambat karena orang tuanya bertengkar. Gurunya heran: "Apa kamu menunggu sampai mereka selesai bertengkar?" Namun, Ucok menjawab bahwa dia menunggu sepatunya karena sepatu kanan dipegang ayahnya dan sepatu kiri dipegang ibunya.
c. Lembut tetapi tegas dengan cara: mendisiplin dengan koreksi dan instruksi. Contoh: Jika anak meludahi pembantu, bapak harus segera menegurnya dan memberikan instruksi agar dia meminta maaf. Jangan menganggapnya lucu dan malah tertawa. Jika tidak mendisiplin, nanti mereka akan terus berbuat salah. Contoh: Daud tidak menegur anaknya Amnon yang memperkosa Tamar - adik Absalom sehingga Absalom membunuh Amnon padahal mereka semua masih satu keluarga.
2. Membangun komunikasi yang sehat sehingga ada ikatan emosional. Jika tidak ada ikatan batin, ketika orang tua mengalami kesulitan keuangan, anak malah berfoya-foya dan ketika berjauhan, juga tidak merasa rindu dan malah berharap anaknya tidak pulang-pulang. Ketika suami selesai bekerja, sebaiknya juga langsung pulang ke rumah. Namun, ada pria yang malah berlambat-lambat pulang ke rumah dan bertambah senang kalau terjebak macet karena menunggu singa betina di rumah tidur sehingga komunikasi tidak terjalin.
Ada tiga macam komunikasi menurut Martin Buber (filsuf Jerman kelahiran Austria yang terkenal dengan filsafat dialog), yaitu:
a. I and I: salah satu pihak menguasai pembicaraan, komunikasi berlangsung satu arah, egois, kehadiran lawan bicara hanya untuk mendengarkan. Ini tidak bisa membangun hubungan.
b. I and It: teman bicara dianggap sebagai benda dan bukan sebagai pribadi (selalu menyuruh-nyuruh), cenderung memanfaatkan kehadiran lawan bicara. Ini juga tidak bisa membangun hubungan. Ada anak yang enggan bertemu bapaknya karena tiap kali bertemu pasti disuruh-suruh mengambilkan ini dan itu.
c. I and Thou: teman bicara adalah pribadi yang dihargai, komunikasi dua arah, ingin mendengarkan, membangun keharmonisan. Komunikasi seperti inilah yang harus dibangun.
3. Penyedia kebutuhan keluarga.
2 Tesalonika 3:10 Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.
Tugas mencari nafkah adalah tugas pria, bukan wanita. Jadi, pria harus bekerja. Jangan mencari isteri yang pintar mencari uang. Ketika seminar, ada yang bertanya: "Mengapa?" Jika wanita pintar mencari uang, dia bisa menemukan uang yang disembunyikan di dalam kaos kaki atau Alkitab atau tempat lainnya...wkwwk...
Tanggung Jawab Isteri: menjadi penolong yang sepadan bagi suami.
Kejadian 2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Sebelum menikah anak pertama pak Hengky telah berkomitmen untuk menjaga kekudusan, saling mendukung dalam pelayanan sebagai sesama hamba Tuhan, dan menjadi pasangan atau orang tua yang baik. Komitmen tersebut mereka tuliskan dan ditandatangani oleh orang tua kedua belah pihak sebagai saksi. Mereka pun mempertahankan komitmen mereka hingga pernikahan mereka. Puji Tuhan. Ini karena ada teladan dari orang tua mereka pula. Kita semua juga harus senantiasa menjaga kekudusan.
Laki-laki yang telah menikah harus meninggalkan orang tua mereka, tetapi bukan secara fisik, melainkan hanya meninggalkan otoritas orang tua atas dirinya. Orang tua tetap boleh memberikan saran tetapi keputusan tetaplah di tangan anak lelakinya yang telah berumah tangga. Contoh: orang tua tidak boleh menentukan soal tempat sekolah cucunya. Biarkan anaknya mengambil keputusan sendiri.
!!!PERHATIAN!!! Bagi para pria yang masih jomblo: Jangan menikah jika belum siap bertanggung jawab sebagai kepala keluarga. Jika tidak, nanti kalian akan melahirkan anak-anak yang kepahitan atau generasi yang penuh sakit hati. Bahkan, kalian juga bisa menyebakan isteri mengalami kepahitan.
UJILAH AKU TUHAN
1. Ujilah aku Tuhan, cobalah aku Tuhan. Selidiki batinku dan hatiku. Mataku tertuju pada-Mu.
2. Aku cinta pada-Mu Tuhan, aku rindu hadirat-Mu Tuhan. Aku ingin selalu dekat pada-Mu, Menikmati kehadiran-Mu.
Reff : Kunyanyi Hosana, bagi Rajaku yang duduk di tahta. Aku muliakan dan kuagungkan Kau layak disembah.
Lagu tersebut dari Mazmur 26:2 Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku. Sekalipun tidak sempurna, Daud tetap menjadi orang yang berkenan di hati Tuhan karena dia terbuka untuk diselidiki oleh Tuhan. Dia mau mengakui segalanya di hadapan Tuhan.
0 komentar:
Post a Comment