Catatan Ibadah ke-1 Minggu 07 Okt 2018
Tak jauh dari tempat tinggalku ada seorang anak perempuan kelas 1 SD yang susah dinasehati. Maka, suatu hari dia kuajak membaca Amsal 1:7-9 Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu sebab karangan bunga yang indah itu bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu.
Jadi, kuminta dia belajar menghormati dan menuruti nasehat orang tua. Namun, setelah membaca ayat tersebut dia malah tertawa dan berkata: “Aku bodoh… hahaha… aku anak yang bodoh… hahaha… aku bodoh.” Maka, aku bertanya kepadanya: “Masa kamu bangga menjadi anak yang bodoh?” Namun, dia tetap tertawa dan mengatakan hal itu lagi. Lantas kuminta dia mulai melanjutkan pembacaan Alkitab tetapi dia tidak mau. Dia pun sempat berteriak bahwa dia mau belajar agama Katolik yang benar. Ya ampun padahal aku tidak menyebut-nyebut agama tetapi kenapa anak ini bisa berbicara seperti itu?
Aduh, tak sanggup aku menangani kenakalannya. Jadi, aku hanya bisa berdoa: “Oh Tuhan, selamatkan anak itu dari kebinasaan kekal. Aku tak sanggup menangani anak yang senakal itu. Jadi, kuserahkan anak itu kepada-Mu. Tolong jaga dia dan didik dia dengan benar sehingga dia terhindar dari gangguan roh-roh jahat.” Namun, siapa sangka Tuhan menjawab: “Percuma menyerahkan anak jika orang tuanya tidak mau membuat perjanjian dengan Tuhan.” Lho! Lalu harus bagaimana donk? Masa ketidaktaatan orang tua harus diturunkan terus menerus kepada generasi selanjutnya? Bagaimana cara memutuskan rantai setan itu?
Kudengar mamanya juga tidak suka dinasehati. Acapkali dinasehati oleh orang lain, mamanya selalu pasang tampang masam, tak mau mendengar hingga menutup telinga, dan marah-marah hingga mengatai penasehatnya cerewet. Bahkan, dia lebih memilih memutuskan hubungan persaudaraan daripada menerima nasehat dari saudaranya sendiri. Maka, tak heranlah aku jika anaknya juga bereaksi seperti itu ketika dinasehati oleh orang lain. Kelihatannya uang lebih penting bagi mamanya daripada Tuhan sehingga anaknya yang masih kecil itu sudah diajari goyang shopee untuk mendapatkan sejumlah koin tetapi kerohaniannya seperti diabaikan begitu saja.
Hmmm… engkongnya pun belum mengenal Tuhan dan amat cinta uang hingga meyakini bahwa orang jujur tidak akan bisa kaya. Namun, kukatakan kepadanya bahwa dia harus memilih: kaya di dunia atau kaya di akhirat. Selain itu, masih ada kok orang jujur yang kaya tetapi jumlahnya memang tidak banyak. Lantas kusebutkan salah satu nama yang dia kenal sehingga dia diam seribu bahasa. Aku pun ikut diam karena tak tahu lagi harus berkata apa. So sad.
Di sinilah aku semakin menyadari bahwa pekerjaan ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang mudah. Bahkan, tergolong pekerjaan berat karena tidak hanya menuntut kinerja otak tetapi juga menuntut kinerja fisik, seperti memasak, bersih-bersih rumah dari menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci dan menjemur pakaian, membuang sampah, menguras bak mandi, serta menjaga, merawat sambil mendidik anak-anak kecil yang tak hentinya membuat lantai kotor, membuang barang-barang hingga pecah, dan berlarian ke sana kemari. Karena beratnya pekerjaan ini, pantas saja banyak ibu yang berusaha melarikan diri dari tugasnya dengan alasan harus mencari uang.
Aku pun selalu berdoa agar aku tidak perlu menjadi ibu rumah tangga karena rasanya tubuhku tidak didesain untuk pekerjaan semacam itu. Namun, Roh Kudus malah menggerakkanku untuk menonton video khotbah yang berjudul ‘Disiplin Seorang Atlet’. Hmmm… setiap atlet harus melatih fisiknya dan mengatur asupan makanannya agar dapat memenangkan pertandingan. Jadi, setiap orang Kristen harus memiliki disiplin tubuh dan disiplin waktu. Alamak, kelihatannya Tuhan sedang kekurangan ibu rumah tangga karena banyak wanita lebih memilih bekerja sebagai pekerja kantoran daripada mendidik anak sendiri. Ini sebabnya orang yang belum berumah tangga pun harus ikut dilatih untuk menjadi ibu rumah tangga yang kuat. Fiuh… terkadang aku lupa kalau Tuhan sendiri yang telah mendesain tubuhku… hehehe…
Meskipun demikian, orang yang kuat secara fisik juga belum tentu mau melakukan pekerjaan rumah tangga karena mereka lebih peduli pada kenyamanan mereka daripada orang lain. Seorang teman bercerita perihal adik iparnya yang rajin fitness tetapi tidak pernah mau membantu pekerjaan rumah padahal dia juga tidak bekerja. Ketika mertuanya meninggal, adik iparnya malah meminta rumah dijual dan uangnya dibagi padahal suaminya telah banyak berkorban untuk keuangan rumah itu. Untunglah adik iparnya tiba-tiba berubah pikiran ketika melihat suaminya telah bersiap-siap pergi dari rumah. Bahkan, adik iparnya turut menertawakan temanku dan suaminya yang berjualan sayur keliling padahal dia turut menikmati hasil penjualannya. Maka, temanku mengatakan bahwa sabar saja tidak cukup sehingga dia selalu berdoa untuk meminta kekuatan Tuhan. Iya sich, hanya orang kuat yang bisa bersabar dan orang kuat adalah orang yang mengandalkan Tuhan.
IMMANUEL - GMS Live
Kudengar tentang-Mu Immanuel. Kudengar firman-Mu Immanuel. Kau besertaku, Kau menjagaku Immanuel.
Dalam kehidupanku Kau sertaku. Dalam setiap langkahku Kau jagaku. S'bab Kau Bapaku dan Rajaku, Engkau besertaku.
Saat badai menerpa ku tak takut kar'na Kau besertaku dimanapun ku ada.
T'rima kasih buat kasih-Mu. T'rima kasih buat cinta-Mu. Ku tak mau, ku tak mampu jauh dari-Mu.
0 komentar:
Post a Comment