Catatan Ibadah ke-1 Minggu 24 Juni 2018
2. Kekuatiran tidak natural. Kita tidak diciptakan untuk menjadi pengkuatir tetapi pejuang atau pemenang. Setiap orang diciptakan menurut gambar atau rupa Allah sehingga tidak natural jika kita kuatir. Jika kita kuatir, kita tidak bisa memperoleh apapun.
Setelah 7 tahun melayani di Singapura pak Isaac diminta kembali ke Malaysia. Dia dan isterinya harus memulai segalanya dari nol. Hal pertama yang mereka lakukan adalah menyewa rumah. Lalu suatu hari terbersit keinginan untuk membeli rumah. Maka, tiap hari mereka berdoa agar Tuhan membuat keinginan mereka menjadi nyata.
Beberapa saat kemudian mereka pun memperoleh uang muka pembelian rumah dan telah menemukan rumah yang mereka inginkan. Namun, mereka perlu mendapatkan pinjaman bank untuk mendapatkan rumah itu. Karena mereka tidak memiliki dokumen-dokumen yang dibutuhkan, bank pun tidak bersedia memberikan pinjaman. Bagi bank, pak Isaac bukanlah nasabah yang menguntungkan sehingga dia pun kesulitan memperoleh pinjaman.
Daripada kuatir, pak Isaac dan isterinya memilih berserah kepada Tuhan dan percaya bahwa Tuhan akan memelihara mereka. Pak Isaac pun bertanya kepada Tuhan: "Bank mana yang harus saya datangi?" Lantas suatu hari pak Isaac mendengar Tuhan mengatakan bahwa dia harus ke bank xxxx. Ketika tiba di bank itu, pak Isaac mengatakan kepada teler bahwa dia mau bertemu manajernya tanpa menjelaskan alasannya. Teler pun keberatan memenuhi permintaannya dan terus menanyakan alasannya terlebih dahulu.
Namun, pak Isaac terus bersikeras hingga akhirnya teler mengantarnya masuk ke ruangan manajer. Ternyata manajernya sedang tidak ada di ruangan. Sambil menunggu pak Isaac melihat sekelilingnya. Ketika dia melihat Alkitab di meja manajer, dia merasa lega karena dia menduga manajernya pasti Kristen. Sekalipun dia tidak mengetahui manajer itu Kristen yang baik atau tidak baik, Alkitab di mejanya benar-benar dibaca atau cuma untuk ditaruh saja, dia tetap merasa senang.
Tak lama berselang manajernya datang dan langsung menyapanya sebagai pastor. Dengan terheran-heran pak Isaac bertanya: "Bagaimana kamu tahu jika saya pendeta?" Rupanya manajer itu pernah mendengar pak Isaac berkhotbah dalam suatu pertemuan yang dihadirinya. Manajer pun menceritakan semua khotbah yang masih diingatnya padahal pak Isaac sendiri sudah lupa dengan khotbahnya.
Beberapa hari kemudian pak Isaac ditelepon bank dan diminta datang ke sana untuk menemui manajernya. Setiba di bank itu manajer langsung menanyakan apakah pak Isaac memiliki koneksi dengan orang pusat karena permintaan kreditnya disetujui dengan bunga paling kecil tetapi pak Isaac mengatakan bahwa dia tidak mengenal siapapun di bank itu.
Manajer tidak mempercayai hal tersebut karena itu pertama kalinya dia memproses pengajuan pinjaman hanya dengan KTP dan disetujui pula oleh kantor pusat. Ini mujizat. Sebenarnya manajer itu memproses pengajuan pinjaman pak Isaac hanya karena kasihan. Manajer memang tidak percaya tetapi pak Isaac percaya. Dia tidak mengenal orang-orang di bank tetapi dia mengenal Bapanya di sorga.
0 komentar:
Post a Comment