Jumat itu dia kumat lagi.
Untunglah aku sudah diinfo nyamuk nakal sebelum peristiwa terjadi.
Ngiiiiing... ngiiiiing... Jumat
itu aku dibangunkan oleh bunyi kepakan sayap nyamuk padahal biasanya aku
dibangunkan oleh alarm atau nyanyian burung gereja atau nyanyian malaikat. ^_^
Sebenarnya sich alarm sudah berbunyi tetapi langsung kumatikan dan aku tertidur
lagi... ihihi... Pada dengingan pertama aku sudah berusaha memukul nyamuknya
dengan mata terpejam tetapi dengingan hanya terhenti sesaat lalu kumat lagi
hingga kusadari bahwa aku telah terlambat bangun selama 5 menit.
Ouch... tampaknya hari ini akan menjadi hari yang bising. Kelihatannya akan
ada dua macam kebisingan. Aku harus bersiap-siap. Ulala... ternyata hari itu
benar-benar ada dua kebisingan. Kebisingan pertama seperti tertulis pada kisah
sebelumnya. Setelah kebisingan tersebut terjadi pula kebisingan di tempat lain.
Jumat itu tiba-tiba penelepon
pertama mengungkit-ungkit masalah kemarin. Batinku: "Mengapa dia masih mengungkit-ungkit masalah itu? Kemarin dia
mengatakan bahwa dia tidak mau menangani masalah tersebut sehingga dia minta
aku menyelesaikannya dan kemarin masalah itu sudah kuselesaikan. Dia pun telah
mengetahuinya. Lha... kenapa sekarang diungkit kembali? Kenapa dia selalu mencari keributan? Bisa-bisa aku dikomplain lagi
nich."
Ckrek... Kring...
Ah, benar kan. Kini giliran
penelepon kedua mengajukan pertanyaan yang serupa dengan pertanyaan batinku: "Sebenarnya ada masalah apa? Mengapa
penelepon pertama masih mengungkit masalah itu? Bukankah kemarin sudah kamu
selesaikan? Efeknya dimana? Lagi puasa dia kok mengajak ribut? Maunya apa?
bla... bla.. bla... Sekalipun aku telah memberitahunya, nanti dia juga lupa. Apakah kami harus selalu dipersalahkan?"
Aku pun berusaha menjawabnya
dengan mengingat kembali semua perkataan dan perbuatannya terhadapku. Kataku
kepada penelepon kedua: "Aku juga
tidak mengetahui alasan dia memperpanjang masalah itu. Mungkin efeknya begini
tetapi efeknya juga sudah kuselesaikan kemarin. Mungkin dia mau selanjutnya
seperti ini. Ya... kelihatannya memang akan selalu dipersalahkan."
Aku mengerti perasaan penelepon
kedua karena aku pun telah beberapa kali menjadi korban penelepon pertama.
Ketika ada masalah, dia selalu tak pernah salah dan orang lain yang selalu
salah. Dia pernah mengatakan bahwa dia memang pelupa tetapi tidak separah
orang-orang pelupa yang dia bicarakan secara diam-diam. Padahal, dia tidak
lebih baik dari orang itu.
Ketika penelepon pertama
melupakan sesuatu, orang lain lha yang terkena dampaknya. Orang lain lha yang
harus menanggung sanksinya. Dia pernah menyatakan bahwa orang lupa berani mati. YA. YA. YA. Tentu saja dia berani mati
karena dengan melupakan perkataan dan tindakannya, dia akan selalu merasa benar
dan orang lain lha yang selalu salah. Namun, anehnya dia dapat mengingat
kesalahan orang lain dengan sangat baik.
Oh, kali ini aku pun terkena imbasnya lagi. Dia tidak bisa memaklumi
kesalahan orang lain tetapi dia selalu berharap orang lain dapat memaklumi
kesalahannya. Hmmm... andai saja dia lebih berfokus kepada solusi daripada
berfokus kepada siapa yang salah, tentulah keributan dapat dihindarkan. Ckrek...
Tak lama berselang penelepon pertama bertanya lagi: "Apa yang dikatakan oleh penelepon kedua?" Kataku: "Dia menanyakan kenapa masih mengungkit
masalah yang sudah selesai? Lagi puasa
kok ribut? Daripada ribut, aku sudah katakan kepadanya bahwa untuk selanjutnya
ibu maunya begini."
Eh, penelepon pertama langsung
emosi dan berkata: "Jadi kamu tidak percaya kepadaku? Terserah." Lalu
dia ngeloyor pergi. Iya lha.. bagaimana aku mempercayainya jika aku sudah beberapa kali menjadi korban perkataan dan tindakannya? Namun, tak sampai 2
menit dia kembali lagi dan berkata: "Tadi
aku bicara baik-baik kepadanya tetapi dia malah menjawab dengan emosi sehingga
aku ikut emosi. Dia yang memulai ribut. Aku tidak mengungkit masalah tetapi
hanya minta dia begini."
Jawabku: "Iya, aku sudah katakan kepadanya bahwa untuk selanjutnya ibu
minta begini." Uuugghh... meskipun semua benar-benar terjadi seperti
dugaanku, tetap saja rasanya aku ingin segera pergi ke rel kereta api dan
ketika kereta api lewat, aku akan berteriak sekencang-kencangnya sepanjang
badan kereta itu: "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..."
0 komentar:
Post a Comment