Catatan Ibadah ke-1 Minggu 11 Juni 2017
1 Korintus 14:5 Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun.
Ps. Philip Mantofa: "Di
sini Paulus tidak menentang penggunaan bahasa Roh dan dia meupakan orang yang
paling banyak berbahasa Roh tetapi saat itu dia sedang menasehati jemaat Korintus yang menggunakan bahasa Roh tidak
pada tempatnya. Contoh: Ketika ada yang bertanya dimana letak toilet,
mereka akan menjawabnya dengan bahasa Roh. Padahal, jauh lebih baik jika
langsung berkata: 'di sana atau belok kiri lalu belok kanan' sehingga amat
membantu jemaat yang perlu ke toilet. Apalagi kalau semalam dia salah makan
hingga sakit perut."
Hahaha... sewaktu ibadah
Kenaikan Tuhan Yesus beberapa minggu lalu ko Philip juga berkata: "jangan
berbahasa Roh kalau mau ke toilet dan langsung saja tanyakan dimana
toiletnya" dan aku sudah menahan diri untuk tidak menceritakan
pertalian bahasa Roh dengan toilet. Namun, kali ini lagi-lagi ko Philip
membahas pertaliannya sehingga aku ingin bercerita.
Beberapa minggu lalu perutku
mules sehingga aku pun terbangun sekitar pk.03.00 WIB untuk ke toilet lalu aku
kembali tidur. Sekitar pk.05.30 WIB aku terbangun dan ke toilet lagi karena
perutku mules lagi dan akhirnya sekalian mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor
karena perutku sudah terasa damai.
Beberapa jam kemudian di tengah
perjalanan di dalam sebuah mobil antar jemput (anjem) perutku sakit lagi. Aku
pun berbahasa Roh sambil melihat ke luar jendela dengan mulut komat-kamit tanpa
suara seperti dukun yang membaca mantra agar tidak dianggap aneh oleh teman-teman
di sekitarku yang awam dengan bahasa Roh. Dengan
berbahasa Roh aku berharap perutku kembali damai atau aku bisa menahan sakitku
hingga tiba di kantor.
Namun, sekitar 15 menit dari
kantor aku sudah tak tahan lagi sehingga bahasa Roh-ku berubah menjadi bahasa
manusia. Kataku kepada teman di dekatku: "Aduh, perutku sakit" lalu
dia menjawab: "genggamlah sesuatu
seperti kunci dengan erat". Aku pun berusaha menahannya dengan
menggenggam tas atau bajuku sambil tetap berkomat-kamit dalam bahasa Roh tanpa
sepengetahuan mereka tetapi rasa sakitnya tetap tak tertahankan.
Sekitar 5 menit kemudian bahasa
Roh-ku kembali berubah menjadi bahasa manusia: "Aduh, aku tak tahan lagi.
Bagaimana ini?" Lalu seorang teman yang akan turun dari mobil
menawarkan diri untuk menemaniku cari toilet dan aku pun menyetujuinya. Lantas
sopir dan 2 teman lain yang belum tiba di tujuan bersedia menungguku pula.
Aku pun segera meninggalkan
tasku dan segala isinya untuk turun bersamanya mencari toilet. Ini tidak mudah
karena di sekitar situ tak ada pom bensin. Kami sempat mendatangi 2 perkantoran
tetapi para satpam kedua tempat tersebut menolak kami dengan alasan bahwa tidak
ada toilet untuk satpam dan toilet hanya ada di dalam dan saat itu belum dibuka
dan mereka tidak bisa memberikan izin.
0 komentar:
Post a Comment