Catatan Ibadah ke-1 Minggu 05 Maret 2017
Seorang teman pernah berpesan
kepadaku: "Kalau mencari tempat
kerja, tanyakan dulu status gedungnya
kontrak atau sewa atau permanen agar nantinya tidak pindah-pindah
kantor." Hahaha... aku setuju dengannya tetapi sekalipun aku selalu
bekerja di perusahaan yang gedungnya bukan sewa atau kontrak, tetap saja aku
terpaksa pindah-pindah kantor. Sebelum lahir baru aku pindah-pindah kerja
karena ingin lari dari masalah tetapi masalah yang sama terus saja mengejarku.
Jadi, mau lari sampai kapan? Tentu saja berlari sampai tak bisa melarikan diri
lagi... hihihi...
Yohanes 14:15-17 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.
Namun, setelah lahir baru ada
Roh Kudus yang selalu menghibur dan menguatkanku sehingga alih-alih melarikan
diri, aku pun berusaha menghadapi segalanya tetapi bukan dengan kekuatanku.
Karena jika mengandalkan kekuatanku, aku pasti sudah melarikan diri dari
masalah. Lari, lari, lari, lari, dan lari... hihihi...
Jika bisa memilih gereja, aku
juga akan memilih gereja yang dekat rumah atau gereja yang besar sehingga tak
mungkin pindah-pindah karena biasanya gereja besar sudah punya gedung permanen
alias tidak sewa atau kontrak. Namun, siapa
sangka Tuhan juga bisa memindahkan gereja yang sudah besar dan permanen,
seperti GMS Pusat.
Pada pertengahan April 2017
kantor gereja akan dipindah ke Marvel
City dan mulai 21 Mei 2017 ibadah akan dipindah ke ITC karena gedung gereja
akan dipugar untuk dibangun kembali dengan kapasitas lebih besar daripada
sekarang. Astaga... jika naik bemo, ke Cempaka saja sudah memakan waktu sekitar
45-60 menit dari rumah. Eh, ini malah dipindah ke ITC yang lebih jauh dari
Cempaka.
Beberapa bulan lalu sepulang
dari gereja ada semacam pawai hingga jalan dari Basra ke arah Grahadi ditutup.
Alhasil, bemo dan seisi penumpangnya harus berputar-putar
menemukan jalan lain. Seorang penumpang pria mengatakan bahwa dia mau ke WTC
tetapi jalan yang biasanya sudah ditutup. Beberapa kali kami pun menjumpai
jalan buntu alias jalan yang dibarikade para polisi hingga kami harus berputar
kembali ke jalan semula. Rumornya pawai itu untuk menyambut hari Pahlawan
tetapi hari itu belum 10 November lho.
Setelah lama berputar-putar di
jalan yang tak tentu, sopir mengatakan bahwa dia akan segera melewati ITC.
Maka, penumpang pria tadi berkata: "Wah, terlalu jauh dari WTC. Apa tidak bisa lebih dekat lagi?"
dan sopir mengatakan tidak bisa karena jalan ke sana ditutup semua. Maka,
dengan berat hati penumpang pria tersebut berkata: “Ya sudah. Kalau lewat ITC, saya turun
di ITC saja.”
Beberapa menit kemudian pria
itu menekan bel dan turun. Aku segera mengikutinya turun dari bemo karena aku
ingat bahwa dia bermaksud turun di ITC.
Sebenarnya aku mau turun di seberang air mancur yang tak jauh dari Grahadi atau
turun di Grand City. Namun, kalau ke WTC saja tidak bisa, tentu aku pun tak
bisa ke tempat yang kuinginkan karena arah kami tak jauh berbeda.
Ketika aku turun, seorang
wanita juga turun bersama kami. Kulihat pria itu segera berjalan memasuki
sebuah gang besar. Lantas kulihat penumpang wanita yang turun bersamaku.
Tampaknya dia hendak menyeberang dan aku pun segera mengikutinya karena kulihat
di seberang jalan ada supermarket dan kemungkinan besar itu ITC. Sesampai di
seberang kulihat gedung itu memang ITC tetapi hari sudah siang dan aku enggan
masuk ke dalam gedung itu.
Aku pun segera naik bemo ke
arah terminal Joyoboyo. Pikirku: "ITC jauh sekali. Panas pula. Tidak
banyak pohon tempat berteduh. Kalau bukan karena jalan ditutup, aku tak akan ke
ITC. Ah, mudah-mudahan cukup sekali ini saja."
Nah, ketika mendengar bahwa
ibadah akan dipindah ke SIBEC - ITC, titiku langsung menyarankanku untuk pindah
ke satelit lain yang lebih dekat rumah. Katanya: “Kamu tahu ITC itu jauh dari rumah, lebih jauh dari Cempaka, dan dari
pintu masuk ke SIBEC juga harus berjalan jauh karena tempatnya ada di lantai
paling atas.” Aku berpikir bahwa dia benar tetapi kemudian aku teringat
kata-kata pak Yusuf bahwa mereka sudah berputar-putar
di Surabaya guna mencarikan ruang ibadah untuk kami. Ooohh... aku pun sudah
berputar-putar ketika jalanan ditutup dan hal itu rasanya sungguh tidak enak.
Aku juga teringat perkataan
seorang emak beberapa waktu yang silam: "Nik,
kabarnya gereja akan dipindah ya? Dipindah kemana? Kalau pindahnya jauh dari
sini, emak tidak akan bisa ke gereja lagi." Lalu aku juga teringat
jawaban teman-temanku dari gereja lain: "Aku
ada di gereja ini dan itu karena paling dekat rumah." Kemudian aku
juga teringat pertanyaan seorang teman pada hari baptisanku: "Jauh sekali gerejamu. Mengapa kamu tidak
memilih gereja yang dekat rumah?"
0 komentar:
Post a Comment