Catatan Ibadah ke-1 Minggu 26 Februari 2017
1. Miliki pengetahuan akan kebenaran Firman Tuhan.
Ulangan 6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Jangan bosan mengajari
anak-anak karena mereka mudah lupa dan mereka sering tidak fokus jika diajari
Firman Tuhan.
Susanna Wesley memiliki 19 anak
dan 9 di antaranya telah meninggal. Dia aktif melayani bersama suaminya yang
merupakan seorang pendeta. Dulu gaji pendeta tidak banyak sehingga Susanna
Wesley turut beternak dan berladang untuk membantu keuangan keluarganya. Ini
berarti dia sangat sibuk sebagai pelayan Tuhan, pebisnis, dan ibu bagi 10
anaknya.
Meskipun demikian, tiap malam
sebelum tidur Susanna Wesley selalu menyempatkan diri mendoakan anaknya satu
per satu dan dia terlebih dahulu mengajarkan Firman Tuhan sebelum mendoakan
mereka. Alhasil, 2 dari 10 anaknya membawa kebangunan rohani. John Wesley
menjadi pendiri gereja Methodist dan Charles Wesley telah menggubah lagu-lagu
rohani.
2. Jadilah model bagi anak-anak.
Paul berhasil menciptakan robot
yang dapat mendeteksi kebohongan. Robot akan berkata: "Pret" setiap kali mendengar kebohongan. Dengan bangga
dia bermaksud memamerkan robot tersebut kepada keluarganya. Namun, anaknya baru
pulang jam 10 malam. Ketika pulang, dia ditanyai Paul: "Mengapa baru pulang jam segini? Darimana saja kamu?"
Anaknya mengatakan bahwa dia
ada tugas tambahan di sekolah lalu robot berkata: "Pret" dan anaknya terkejut lalu Paul menjelaskan bahwa
robot tersebut bisa mendeteksi kebohongan sehingga anaknya diminta jujur. Maka,
sambil meminta maaf anaknya menceritakan bahwa dia mampir ke rumah temannya
terlebih dahulu untuk menonton film Tom
and Jerry. Lagi-lagi robot berkata "Pret"
sehingga Paul mendesak anaknya untuk berkata jujur.
Anaknya kembali meminta maaf
dan mengatakan bahwa sebenarnya dia menonton film porno. Maka, Paul memarahinya
sembari mengatakan bahwa pada saat Paul masih seusia anaknya, Paul tidak pernah
menonton film porno. "Pret",
kata robot. Kita tidak bisa melarang anak jika kita sendiri pernah
melakukannya. Kita harus menjadi model
bagi anak-anak. Banyak orang gagal mendidik anak karena mereka memberikan banyak
nasehat tetapi tidak bisa memberikan teladan.
Tiap pagi pak Hengky selalu
bersaat teduh di ruang tamu agar dilihat anak-anaknya pada saat mereka bersiap
ke sekolah. Pak Hengky juga selalu bertanya kepada mereka: "Apakah sudah saat teduh?" Dia bisa mengajukan pertanyaan
tersebut karena dia sendiri telah memberikan contoh kepada anak-anaknya.
3. Berikan teguran dan koreksi kepada anak-anak.
Amsal 1:8 Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu
Ada seorang anak SD yang
bertanya kepada ibunya: "Apakah saya
boleh memakai kebaya merah?" dan ibunya melarang dia. Lalu dia
bertanya lagi: "Bagaimana jika
kebaya hijau?" dan ibunya juga melarang. Anaknya kembali bertanya: "Bagaimana dengan kebaya hitam?"
dan ibunya tetap melarang. Kemudian anaknya mulai menangis: "Kebaya merah tidak boleh, kebaya hijau
juga tidak boleh, dan kebaya hitam pun dilarang, lalu aku boleh pakai yang
warna apa?" Ibunya menjawab: "Kamu
tidak boleh memakai kebaya karena kamu laki-laki, nak."
Seorang anak jangan hanya
ditegur dan dikritik, tetapi berikan koreksi pula agar dia mengetahui apa yang
benar. Perilaku LGBT juga harus dilarang sedini mungkin karena yang cenderung
ditarget LGBT adalah anak-anak muda. LGBT
itu dosa. Jika anak-anakmu sedang menuju jurang atau kebinasaan, jangan
dibiarkan, tariklah mereka dan arahkan ke jalan yang benar.
Amsal 29:15 Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.
0 komentar:
Post a Comment