Sunday, February 5, 2017

Bahagia dalam Memberi (2) ~ Ps.Philip Mantofa

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 05 Februari 2017 (youtu.be/X6z-FmD1ANY)

2. Menabur Budi
Amsal 11:24-26 Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum.

Hemat atau Pelit. Kita harus memberi tetapi bukan berfoya-foya. Jangan sampai kita menghabiskan uang untuk mentraktir sana-sini atau memberi banyak orang lalu pinjam uang kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhan kita. Kita tetap harus mengelola talenta kita sebaik mungkin. Orang yang hemat biasanya mampu bekerja dengan baik dalam bisnis karena pintar dalam akuntansi. Di dalam bisnis kita memang harus mengetahui setiap pengeluaran sekecil apapun itu. Namun, ada orang yang bisnisnya terbawa-bawa dalam kehidupan pribadinya sehingga dia menghitung-hitung setiap pemberian. Ini disebut pelit.

Penjara Kekayaan
Sewaktu di Kanada ko Philip pernah melayani seorang wanita yang menumpuk banyak barang rongsokan, seperti kaleng dan toples bekas di rumahnya. Wanita itu disarankan untuk membuang semua rongsokannya dan beberapa orang dari gereja juga telah siap menyapu dan membersihkan rumahnya tetapi dia menolak. Pada akhirnya wanita tersebut meninggal karena sesak nafas. Gunungan barang-barang itu telah menyusahkan dia sendiri.

Orang yang pelit cenderung berfoya-foya bagi dirinya sendiri dan tidak bisa memberi orang lain. Sebaliknya, orang yang hemat seringkali pelit terhadap dirinya sendiri tetapi royal terhadap orang lain. Jika kita menerima pemberian sepatu dari orang yang semacam ini, seringkali kita jadi tidak enak menerimanya hingga rasanya kita ingin memberikan sepatu tersebut kepada Tuhan. Namun, Tuhan tidak memakai sepatu itu sehingga kita pun menerimanya.

Dulu di Taiwan ko Philip pernah melayani suku-suku tertentu lalu di sana dia diangkat sebagai kepala suku dan dipanggil dengan nama baru, yang berarti pendeta merpati utusan Tuhan. Di sana dia melihat banyak anak muda memakai sepatu mahal yang harganya berkisar jutaan Rupiah. Orang-orang di sana cenderung mengutamakan sesuatu bagi dirinya terlebih dahulu.

Maka, sebagai kepala suku yang baru, ko Philip berusaha mengubah paradigma mereka. Ko Philip meminta ribuan orang yang hadir dalam perayaan itu untuk menyumbangkan uang mereka bagi korban bencana banjir bandang di Taiwan. Semua terbelalak dan tak menyangka akan diminta melakukan hal itu.

Meskipun demikian, satu per satu mulai maju ke mimbar dan mempersembahkan uang mereka. Ada yang memberi uang kecil karena sebagian besar uangnya sudah habis untuk membeli sepatu tetapi ada pula yang memberikan uang besar hingga akhirnya terkumpul banyak uang. Bahkan, ada orang yang bertobat dengan turut menyerahkan rokoknya. Kemudian para usher mengumpulkan uang-uang tersebut ke dalam kardus.

Ketika ko Philip hendak menutup ibadah, tiba-tiba Roh Kudus berkata: "masih ada uang yang tersangkut". Ko Philip pun menyampaikan hal itu dan mengatakan bahwa ibadah tak akan ditutup sebelum uang itu ditemukan. Semua orang mencari uang itu dalam keheningan (tanpa musik) hingga seluruh bagian ruangan pun disapu.

Sekitar 15 menit kemudian di bawah kotak speaker ditemukan sekeping uang logam yang selanjutnya diserahkan kepada ko Philip. Sembari mengangkat koin itu ko Philip berkata: "Bagi Tuhan tidak ada uang kecil. Seringkali kita tidak mau memberi karena merasa nilainya kecil tetapi bagi Tuhan semuanya bernilai. Tidak ada uang kecil. Semuanya berharga." Banyak orang menangis. Lalu ibadah pun ditutup setelah penemuan koin itu.

Ko Philip biasa makan dan minum dengan cepat lalu langsung kembali bekerja. Namun, jika dia menerima minuman dari jemaat, dia akan minum dengan perlahan-lahan karena dia menghargai pemberian itu. Hargailah setiap pemberian tetapi kita jangan berharap diberi. Jangan mengingini. Meminta-minta itu tidak dimulai dari mulut, tetapi seringkali dimulai dari hati.

3. Menuai Mujizat
Kisah Para Rasul 9:36-41 Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita — dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas. Murid-murid pun meminta Petrus datang melihatnya. Di sana semua janda menangis sambil menunjukkan semua baju dan pakaian yang dibuat Dorkas untuk mereka. Lalu Petrus berdoa hingga Tabita hidup kembali.

Kita membutuhkan orang lain yang mau mendoakan kita. Orang yang bermurah hati akan didoakan oleh orang lain. Namun, orang yang pelit biasanya akan disyukurin oleh orang lain agar cepat mati. Suka memberi mendatangkan sukacita.

Di sebuah setopan lampu merah ko Philip melihat penjual koran yang lumpuh. Lalu dia tergerak untuk membeli korannya sekalipun di rumah sudah ada 2 koran: 1 untuknya dan 1 untuk papa mertuanya. Dia pun membayar lebih banyak daripada seharusnya. Maka, si penjual koran berkata: "Semoga bapak diberkati dan semakin makmur". Mungkin saja dia bukan orang Kristen tetapi Tuhan juga mendengar doa-doa mereka yang berada di jalanan.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.