Catatan Ibadah ke-1 Minggu 05 Februari 2017 (youtu.be/X6z-FmD1ANY)
2. Menabur Budi
Amsal
11:24-26 Ada yang menyebar harta, tetapi
bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu
berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi
minum, ia sendiri akan diberi minum. Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang,
tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum.
Hemat atau Pelit. Kita
harus memberi tetapi bukan berfoya-foya. Jangan sampai kita menghabiskan uang
untuk mentraktir sana-sini atau memberi banyak orang lalu pinjam uang kepada
orang lain untuk memenuhi kebutuhan kita. Kita tetap harus mengelola talenta
kita sebaik mungkin. Orang yang hemat
biasanya mampu bekerja dengan baik dalam bisnis karena pintar dalam akuntansi.
Di dalam bisnis kita memang harus mengetahui setiap pengeluaran sekecil apapun
itu. Namun, ada orang yang bisnisnya terbawa-bawa dalam kehidupan pribadinya
sehingga dia menghitung-hitung setiap pemberian. Ini disebut pelit.
Sewaktu di Kanada ko Philip
pernah melayani seorang wanita yang menumpuk banyak barang rongsokan, seperti
kaleng dan toples bekas di rumahnya. Wanita itu disarankan untuk membuang semua
rongsokannya dan beberapa orang dari gereja juga telah siap menyapu dan membersihkan
rumahnya tetapi dia menolak. Pada akhirnya wanita tersebut meninggal karena
sesak nafas. Gunungan barang-barang itu telah menyusahkan dia sendiri.
Orang yang pelit cenderung berfoya-foya bagi dirinya
sendiri dan tidak bisa memberi orang lain. Sebaliknya, orang yang hemat seringkali pelit terhadap dirinya sendiri
tetapi royal terhadap orang lain. Jika kita menerima pemberian sepatu dari
orang yang semacam ini, seringkali kita jadi tidak enak menerimanya hingga
rasanya kita ingin memberikan sepatu tersebut kepada Tuhan. Namun, Tuhan tidak
memakai sepatu itu sehingga kita pun menerimanya.
Dulu di Taiwan ko Philip pernah
melayani suku-suku tertentu lalu di sana dia diangkat sebagai kepala suku dan
dipanggil dengan nama baru, yang berarti pendeta merpati utusan Tuhan. Di sana
dia melihat banyak anak muda memakai sepatu mahal yang harganya berkisar jutaan
Rupiah. Orang-orang di sana cenderung mengutamakan sesuatu bagi dirinya
terlebih dahulu.
Maka, sebagai kepala suku yang
baru, ko Philip berusaha mengubah paradigma mereka. Ko Philip meminta ribuan
orang yang hadir dalam perayaan itu untuk menyumbangkan uang mereka bagi korban
bencana banjir bandang di Taiwan. Semua terbelalak dan tak menyangka akan
diminta melakukan hal itu.
Meskipun demikian, satu per satu
mulai maju ke mimbar dan mempersembahkan uang mereka. Ada yang memberi uang
kecil karena sebagian besar uangnya sudah habis untuk membeli sepatu tetapi ada
pula yang memberikan uang besar hingga akhirnya terkumpul banyak uang. Bahkan,
ada orang yang bertobat dengan turut menyerahkan rokoknya. Kemudian para usher mengumpulkan uang-uang tersebut ke
dalam kardus.
Ketika ko Philip hendak menutup
ibadah, tiba-tiba Roh Kudus berkata: "masih ada uang yang tersangkut".
Ko Philip pun menyampaikan hal itu dan mengatakan bahwa ibadah tak akan ditutup
sebelum uang itu ditemukan. Semua orang mencari uang itu dalam keheningan
(tanpa musik) hingga seluruh bagian ruangan pun disapu.
Sekitar 15 menit kemudian di
bawah kotak speaker ditemukan
sekeping uang logam yang selanjutnya diserahkan kepada ko Philip. Sembari
mengangkat koin itu ko Philip berkata: "Bagi Tuhan tidak ada uang kecil.
Seringkali kita tidak mau memberi karena merasa nilainya kecil tetapi bagi
Tuhan semuanya bernilai. Tidak ada uang kecil. Semuanya berharga."
Banyak orang menangis. Lalu ibadah pun ditutup setelah penemuan koin itu.
Ko Philip biasa makan dan minum
dengan cepat lalu langsung kembali bekerja. Namun, jika dia menerima minuman
dari jemaat, dia akan minum dengan perlahan-lahan karena dia menghargai pemberian
itu. Hargailah setiap pemberian tetapi kita jangan berharap diberi. Jangan mengingini. Meminta-minta itu
tidak dimulai dari mulut, tetapi seringkali dimulai dari hati.
3. Menuai Mujizat
Kisah
Para Rasul 9:36-41 Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita — dalam
bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu
banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan,
mayatnya dibaringkan di ruang atas. Murid-murid pun meminta Petrus datang melihatnya.
Di sana semua janda menangis sambil
menunjukkan semua baju dan pakaian yang dibuat Dorkas untuk mereka. Lalu Petrus
berdoa hingga Tabita hidup kembali.
Kita membutuhkan orang lain
yang mau mendoakan kita. Orang yang bermurah hati akan didoakan oleh orang
lain. Namun, orang yang pelit biasanya akan disyukurin oleh orang lain agar
cepat mati. Suka memberi mendatangkan sukacita.
Di sebuah setopan lampu merah
ko Philip melihat penjual koran yang lumpuh. Lalu dia tergerak untuk membeli
korannya sekalipun di rumah sudah ada 2 koran: 1 untuknya dan 1 untuk papa
mertuanya. Dia pun membayar lebih banyak daripada seharusnya. Maka, si penjual
koran berkata: "Semoga bapak diberkati dan semakin makmur". Mungkin
saja dia bukan orang Kristen tetapi Tuhan juga mendengar doa-doa mereka yang
berada di jalanan.
0 komentar:
Post a Comment