Sunday, January 8, 2017

Bapa Mendampingi dan Mengajari

Catatan Ibadah ke-1 Minggu 08 Januari 2017

Dahulu di Puri Pesona ada seorang anak raja yang ditugaskan sebagai manajer pemasaran. Suatu ketika pihak SDM menetapkan aturan baru dalam berseragam. Aturan tersebut telah diemailkan kepada semua karyawan termasuk anak raja tersebut. Namun, anak raja tidak mematuhi aturan yang telah dibuat oleh pihak SDM. Maka, beberapa pegawai mulai kasak-kusuk di belakangnya: “Manajer pemasaran salah seragam kok tidak ditegur oleh pihak SDM?” Lalu yang lain menimpali: "Tidak perlu iri karena dia itu anak raja sehingga tidak perlu mengikuti peraturan. Siapa yang berani menegurnya?"

Namun, hati kecilku berkata: "Meskipun dia anak raja tetapi dia ditugaskan sebagai manajer pemasaran dan bukan manajer umum. Jika manajer umum saja mematuhi peraturan berseragam, seharusnya dia pun mematuhi peraturan agar tidak terjadi kecemburuan sosial. Selain itu, mungkin saja anak raja tidak membaca email karena dia sering tugas di luar. Dia tidak mungkin sengaja melanggar peraturan karena kulihat dia selalu mematuhi aturan keterlambatan dengan datang tepat waktu dan selalu check clock seperti pegawai lain."

Doa: Ungkapan Iman
Aku pun berdoa: "Tuhan, berikan aku nomer ponselnya agar aku bisa memberitahunya bahwa dia salah seragam. Aku tidak mau dia terus menerus dibicarakan oleh para pegawai. Kasihan dia donk." Lalu aku bekerja seperti biasa sebagai staf akuntan yang bertugas membukukan transaksi kas dan bank. Eh, di dalam rutinitasku itu tiba-tiba saja nomer ponselnya tertera di salah satu bukti transaksi kas valas. Tada... ini jawaban Tuhan.

Secara diam-diam kusimpan nomer ponselnya dan sepulang kerja aku mengirimkan sms kepadanya. Di dalam sms tersebut aku tidak melaporkan para pegawai yang telah menggunjingkan dia tetapi aku hanya memberitahunya bahwa ada aturan baru dalam berseragam dan menjelaskan aturannya secara singkat sesuai yang tertera di dalam email yang seharusnya juga telah diterima olehnya.
Amsal 15:32 Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi.
Keesokan harinya anak raja berseragam dengan benar. Secara tak sengaja aku pun mendengar seorang pimpinan bercerita: "Aku dan beberapa orang ditegur oleh anak raja karena membiarkannya salah seragam. Ternyata dia tidak membaca email sehingga tidak mengetahui aturannya dan selanjutnya dia minta diberi informasi bila ada peraturan baru." Hahaha... tepat seperti dugaanku dan untunglah namaku tidak disebut-sebut padahal aku sudah mencantumkan namaku di dalam sms tersebut dan sudah siap dengan segala resikonya...^.^

Ah, itu semua karena Tuhan telah membuka jalan bagiku. Sebelum peristiwa tersebut Tuhan telah membajak hatinya dengan senyum manisku... hehehe... Pada saat pertama kali melihatnya aku merasa kasihan kepadanya karena dia selalu berjalan dengan menundukkan kepala seperti Paman Gober yang sibuk mencari koin. Namun, aku mengetahui dengan pasti bahwa dia tidak sedang mencari koin karena aku pernah berpapasan dengannya. Aku merasa dia seperti orang yang harus memikul beban berat di pundaknya padahal dia belum siap.

Ketika papaku masih jaya, aku sempat diminta melanjutkan tokonya tetapi aku tidak mau. Aku lebih suka menjadi staf hingga masa pensiun tiba sehingga penghasilanku pasti. Namun, sekitar tahun 1990an papaku ditipu orang sehingga aku justru disarankan jadi karyawan... hehehe... Maka dari itu, aku bisa paham andaikata anak raja belum siap melanjutkan bisnis papanya. Namun, sesuatu yang berat akan semakin terasa berat jika disikapi dengan hati yang berat pula. Lantas aku berinisiatif untuk tersenyum kepadanya tetapi dia lebih tinggi dariku sehingga senyumku tak mungkin dilihat olehnya pada saat kami berpapasan.

Use Your Smile
Kemudian aku berdoa kepada Tuhan agar diberi kesempatan untuk membuatnya tersenyum. Suatu hari aku telah berada di lantai bawah. Sementara menunggu mobil antar jemput yang tak kunjung muncul, kulihat anak raja menuruni tangga dari lantai 2. Aha... ini dia jawaban Tuhan. Dari bawah aku tersenyum kepadanya tanpa henti hingga dia agak salah tingkah: toleh kanan, kiri, depan, belakang seakan-akan bertanya kepadaku: "kamu tersenyum kepada siapa?"

Hahaha... tak lama berselang dia mampu berjalan dengan tegak dan penuh percaya diri, tak lagi seperti Paman Gober padahal aku belum mengatakan apapun kepadanya. Puji Tuhan... senyumku ada gunanya...^.^

INGAT KASIH-NYA
Ku tak lupa kasih-Nya, ku tak lupa anug'rah-Nya. Dia penuhkan, Dia penuhkan, Dia puaskan hasratku. Besar kasih Allah bagi kita.
Reff: Ingat kasih-Nya, Ingat kebaikan-Nya, dan Anugrah-Nya S'lamatkanku s'bab kasih-Nya setinggi langit, kasih setia Allah Bapa kita. Besar kasih Allah bagi kita.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.