Sunday, August 7, 2016

Kabar Baik dari Belanda

Cara Mengatasi Roh yang Padam
Catatan Ibadah ke-2 Minggu 07 Agustus 2016
Minggu lalu ps.Jusuf Soetanto berkata: "... itu karena kamu masih bimbang..."
: Hehehe... iya sich... itu karena aku pikir tidak semua hal cukup diimani. Aku pikir ada hal-hal tertentu yang harus dijajaki dulu sebelum diimani.
Hari ini pak Victor berkata: "Sesungguhnya Belanda turut ambil bagian dalam kegerakan rohani di Indonesia. Mereka turut memberitakan Injil di Indonesia."
: Ya... aku pertama kali mendengar Injil ketika tinggal di asrama di bawah pengawasan seorang suster Belanda yang bernama Sr.Adelia Maria Elbertse, SPM. Suster amat tegas dan disiplin sehingga aku harus berpikir ribuan kali sebelum melanggar aturan agar tidak sampai dimarahi dan dihukum berdiri dengan satu kaki.

Membacakan CeritaMisalnya: Sepulang sekolah harus langsung kembali ke asrama (tidak boleh keluyuran), jam tidur harus tidur meskipun tidak mengantuk, jam belajar tidak boleh bermain tetapi belajar saat jam bermain tidak dilarang (aneh ya... wkwwkw...), hanya boleh menonton televisi pada Minggu pagi hingga siang, dsb. Ketat abis dech karena semua kegiatan sudah ada jamnya yang tidak boleh digeser sesuka hati anak-anak. Alhasil, kala itu aku dan puluhan anak lainnya merasa terjajah atau terkekang karena banyak aturan.

Selain itu, acap kali ada anak-anak yang berebut mainan atau berteriak kencang-kencang dan diketahui oleh suster, seketika itu juga bahasa Belanda meluncur dari mulutnya: "ne ne ne" (sambil menggelengkan kepala). Mungkin artinya tidak boleh begitu. Ketika Sr.Adelia pulang kampung dan asrama dijaga suster Indonesia, anak-anak merasa bebas karena suster Indonesia yang menggantikannya untuk sementara waktu cenderung amat sabar, ramah, dan tidak bisa marah meskipun anak-anak melanggar aturan. Anak-anak pun menjadi agak liar.
Amsal 29:17-19 Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu. Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum. Dengan kata-kata saja seorang hamba tidak dapat diajari, sebab walaupun ia mengerti, namun ia tidak mengindahkannya.
Hmmm... memang kelembutan saja tidak cukup. Ketegasan juga diperlukan. Meskipun Sr.Adelia telah berpulang ke rumah Bapa, ajarannya tak menguap begitu saja. Selain tegas dan disipilin, dia pun pengasih dan penyayang hingga mau memungut dan memelihara anak terlantar. Sesekali di tengah kesibukannya dia pun membacakan cerita sebelum tidur tentang kehebatan Santo dan Santa. Aku suka cerita-ceritanya. Ketika mendengar ceritanya mulai dibacakan, kantuk pun tak terasa... hahaha...

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.