Catatan Ibadah ke-3 Minggu 31 Juli 2016
Pdt.Rubin Adi Abraham: "Tidak perlu mencari hamba Tuhan yang profetik karena sekarang Tuhan hadir di sini ..."
Iyaa... Meskipun nubuatan
dari hamba Tuhan lebih mantap didengar, aku tidak suka mencari hamba Tuhan yang
profetik karena biasanya mereka bernubuat dengan suara keras di depan beberapa
'penonton'. Gimana kalau nubuatannya bersifat pribadi? Wah, jangan sampai
didengar orang lain donk. Sesungguhnya aku ini amat introvert (tertutup) dan privasi amat penting buatku sehingga aku
juga enggan menulis kesaksian pribadi karena hal ini memaksaku belajar lebih terbuka
daripada sebelumnya.
Bagaimana kalau tulisanku
dibaca oleh orang-orang yang bersangkutan? Oh... aku bisa menggunakan bahasa
kiasan atau cerita fiksi. Namun, bagaimana jika tetap dipahami dengan baik oleh
orang-orang yang ada dalam ceritaku. Uwaahh... untuk beberapa tulisan tertentu, rasanya sungguh mendebarkan hati. Namun, Roh Kudus memang tak pernah gagal...^.^
Bagaimana jika ada suatu
pernyataan yang disampaikan lewat suara hati dan khotbah pendeta? Terkadang
rasanya sungguh tidak mantap didengar karena tidak relevan dengan realita yang
ada. Bayangkan saja tiba-tiba ada yang berkata: "pria itu akan menjadi suamimu" padahal aku jarang
melihatnya. Maka, salah satu pertanyaanku bisa seperti ini: "Oh Tuhan, bagaimana mungkin itu
terjadi? Wajahnya saja belum bisa kuingat dengan baik. Karakternya juga belum
kuketahui ...^.^"
Pdt.Rubin Adi Abraham: "Setelah 3 bulan suami pulang ke rumah tetapi isteri bertanya: "kamu siapa?" hahaha... tidak sadar kalau itu suaminya... hahaha..."
Hahahaahaaha... kenapa
malah tertawa sich? Beneran lho itu bisa menjadi nyata adanya karena ada
orang-orang tertentu yang sulit
mengenali wajah orang yang jarang ditemui, seperti diri ini... hihihi... Bagaimana
aku bisa mengingat wajah seseorang jika orang itu hanya nongol tiap 3 bulan?
Jadi, daripada dibingungkan oleh suara hati dan khotbah pendeta, berdoa saja
seperti ini: "Tuhan, jika dia memang
jodohku, dekatkan dia padaku. Jika tidak, jauhkanlah dia dariku...
sejauh-jauhnya... agar aku tidak bertemu dia lagi. Jika perlu, pindahkan aku ke
tempat lain sejauh Timur dari Barat... hehehe..."
Nah... masalah selesai...
saatnya tidur nyenyak.
Kejadian 2:21 Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.
Aduh... kenapa kata tidur
nyenyak membuatku teringat ayat di Before 30 episode 110 itu? Mungkin aku
memang harus belajar mengingat wajah seseorang yang jarang kutemui. Okey
dech... tetapi tak mungkin lha terang-terangan mengamati wajah seseorang karena
aku bisa malu pada semut merah seperti Chrisye: "Malu aku malu pada semut merah yang
berbaris di dinding Menatapku curiga Seakan penuh tanya sedang apa di
sini?"
Lebih baik seperti Naif: "Curi, curi-curi pandang. Curi, curi-curi pandang.
Curi ke depan, curi ke belakang. Curi ke kanan dan curi ke kiri. Curi, curi-curi
pandang. Curi, curi-curi pandang. Curi, curi-curi pandang. Curi ke depan, curi
ke belakang. Curi ke kanan dan curi ke kiri. Curi, curi-curi pandang."
0 komentar:
Post a Comment