Kini Jepang berada dalam
bahaya besar melebihi bahaya tsunami. Para
pria di Jepang selalu pulang malam karena kalau pulang sore mereka akan
digunjingkan tetangga sebagai orang yang bekerja di perusahaan kecil. Para pria
yang bekerja di perusahaan besar, seperti Toyota selalu berangkat pagi dan
pulang malam. Sementara itu para pria yang bekerja di perusahaan kecil biasa
pulang sore lalu pergi ke kedai minum terlebih dahulu untuk mabuk-mabukan agar
bisa tiba di rumah pada malam hari. Dengan demikian, pria tersebut bisa
membanggakan diri karena tetangganya akan berpikir bahwa dia bekerja di
perusahaan besar.
Akibat kebiasaan tersebut
banyak suami tidak punya waktu untuk memperhatikan isterinya padahal kebanyakan
wanita membutuhkan teman bicara agar tidak stres. Dengan demikian, para isteri di
Jepang terpaksa konseling atau menceritakan
segala kepahitan hidup kepada anak-anak lelaki mereka karena mereka tidak mungkin menceritakan hal-hal pribadi kepada
tetangga atau teman mereka.
Alhasil, banyak anak
lelaki di Jepang mengalami gangguan kejiwaan yang mengakibatkan mereka melarikan diri dari kenyataan hidup
dengan cara hidup di dunia imajinasi mereka dan sering mengurung diri di kamar.
Untuk penyakit semacam ini, hanya ada dua kemungkinan bagi anak-anak tersebut,
yaitu menjadi gila atau mati. Ini memprihatinkan.
Oleh karena itu, para ayah perlu menyadari tanggung jawabnya
terhadap anak-anak. Jangan berlindung di balik tanggung jawab mencari
nafkah karena itu hanyalah satu bagian dari tanggung jawab pria. Para ayah
bertanggung jawab memberikan warisan kepada anak-anaknya karena ayah yang punya
otoritas. Namun, jangan hanya memberikan warisan harta yang bersifat sementara,
berikan pula warisan kekal agar anak-anak mampu menghadapi kerasnya kehidupan. Salah satu hal yang dapat diwariskan adalah
pengampunan.
Agar bisa memberikan warisan yang
bernilai kekal, didiklah anak-anak agar:
1. Mendapat Bagian dalam Kerajaan Allah: kerjakanlah
keselamatan dengan takut dan gentar.
Matius 20:20-21 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu."
Ibu anak-anak Zebedeus
memiliki kerinduan agar kedua anaknya mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Seharusnya
seorang ayah juga memiliki kerinduan semacam ini. Yesus tidak menyalahkan kerinduan
hati ibu tersebut dan hanya meluruskan caranya, yaitu jadilah pelayan untuk
menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Allah. Setiap orang tua seharusnya juga
memiliki kerinduan agar anak-anaknya mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
0 komentar:
Post a Comment