Catatan Ibadah ke-2 Minggu 29 Mei 2016
Beberapa minggu lalu ada
seorang cece yang tiba-tiba bercerita: "Adikku punya sixth sense (indera keenam). Sebelum
papa kami meninggal dia telah mengatakan bahwa papa akan meninggal dalam
beberapa hari ke depan sehingga kami pun sudah menyiapkan baju putih untuk
pemakamannya padahal saat itu papa kami masih terlihat baik-baik saja di rumah.
Tepat seperti pernyataannya penyakit papa kami tiba-tiba kambuh dan dia harus
dibawa ke rumah sakit dan tak lama berselang dia meninggal. Jadi, ketika papa
kami meninggal, kami sudah siap. Nah, kemarin dia mengatakan kepadaku bahwa
perusahaan XXX akan ditutup sehingga aku tidak perlu repot berpamitan kepada
atasan. Coba tanyakanlah kepada Tuhan
apa hal itu akan terjadi."
Kataku: “Adikmu bisa mengetahui tentang papamu
karena masih ada hubungan dengan dia.” Namun, cece itu berkata: “Bukan cuma tentang
papaku. Dia juga pernah menyatakan hal lainnya dan benar-benar terjadi.”
Jawabku: “Mungkin itu terjadi seturut
imannya.” Jawabnya: “Iman kami sekeluarga berbeda-beda tetapi saat adikku
mengatakan bahwa papa akan segera meninggal, kami semua bisa kompak
mempersiapkan segala sesuatu untuk pemakaman papa sehingga saat papa meninggal semua
sudah siap.” Ujarku: “Kalau begitu, apa dia bisa tahu kapan dia
dapat pekerjaan baru?” Maka, cece itu menjawab: “Tidak bisa. Biasanya orang yang punya
kemampuan seperti itu tidak bisa digunakan untuk dirinya sendiri.”
Jawabku: "Oh... aku sebaliknya. Selama ini aku
tidak bisa mendapatkan pesan yang berkaitan dengan orang lain. Biasanya aku mendapatkan petunjuk yang
berkaitan dengan diriku saja. Misalnya: Dulu ketika aku melamar pekerjaan,
aku pernah diberitahu bahwa aku akan diterima di sana tetapi aku tidak akan
menyukainya. Karena saat itu aku pengangguran, ya kuabaikan saja suara hatiku
dengan tetap menerima pekerjaan tersebut. Namun, ternyata suara hatiku benar. Di sana terasa aura negatif yang
membuatku seperti ditusuk-tusuk. Alhasil, aku hanya sebulan saja di sana."
Lalu aku pun memberikan
cerita lain: "Dulu aku pun pernah
memiliki mantan bos yang pemarah. Suatu hari ketika aku berangkat kerja,
sembari berjalan aku merasakan hembusan angin di sekitar tangan dan kakiku.
Namun, anehnya tak sehelai daun pun melambai kepadaku. Semua pohon, ranting, dan dedaunan diam tak bergerak seolah-olah tak
ada angin. Aku pun merasa bahwa akan ada peristiwa tak menyenangkan yang
segera terjadi. Ternyata benar. Siang harinya tiba-tiba saja aku dan temanku
dimarahi bos itu padahal kami tidak tahu apa-apa. Fiuh... untunglah sudah
diberitahu lebih dulu oleh tanda-tanda alam sehingga aku tidak terlalu shock
menghadapinya."
Lanjutku keesokan harinya
(setelah berdoa untuk menanyakan penutupan perusaahan XXX): "Ce, aku tidak
tahu perusahaan itu akan ditutup atau tidak. 'Tuhan akan buka jalan dan mujizat pasti terjadi'. Hanya itu
kata-kata yang tetap menggema kuat di dalam hatiku. Perusahaan itu ditutup atau
tidak, tidak ada efeknya buatku. Kalau ada efeknya buatku, biasanya aku
diberitahu agar siap menghadapinya."
Beberapa hari lalu teman
yang lain berkata: "Ada seorang
bapak yang bermimpi bahwa perusahaan ini akan diakuisisi atau
dilikuidasi." Lantas teman lain bertanya: "Mungkinkah hal itu menjadi
kenyataan?" Spontan kujawab: "Bisa ya, bisa tidak."
Lalu seseorang menyetujui hal itu dan seorang lagi menyatakan bahwa hal itu
tidak akan terjadi karena perusahaan sedang berusaha melakukan perbaikan.
Lantas aku teringat kepada cerita cece itu dan aku memberitahunya bahwa mimpi bapak itu seakan-akan memberikan
konfirmasi soal penutupan perusahaan XXX.
0 komentar:
Post a Comment