Catatan Ibadah ke-2 Minggu, 13 Maret 2015
Ps.Edward Supit: "Manusia tidak dapat hidup seorang diri. Di dalam film 'The Prisoner' dikisahkan ada seorang terpidana dimasukkan ke ruang isolasi yang gelap tanpa apapun dan juga tidak ada binatang."
Bagus donk tidak ada
binatang tetapi kok ruang isolasi? Tanpa apapun dan siapapun. Gelap pula.
Iiiih... bisa-bisa muncul banyak bayangan menakutkan. Kalau tempat yang semacam
itu, aku juga tidak mau lha.
Ketika aku lagi kesal
karena binatang, aku selalu bertanya-tanya: "Oh
Tuhan kenapa Kau ciptakan binatang? Aku tidak suka binatang dan mereka sungguh
mengganggu, membuatku kesal dan terancam. Oh, adakah tempat yang bebas binatang
hingga aku bisa merasa aman dan nyaman? Hmmm... di Taman Eden pun ada
binatang."
Bertahun-tahun Tuhan diam
saja dan baru kali ini ada pendeta yang menunjukkan suatu tempat yang bebas
binatang tetapi tempatnya juga tidak menyenangkan meskipun hanya di dalam film.
Uwaaa... aku pun mulai teringat binatang-binatang pengganggu yang muncul di
hidupku.
# Lalat Sembunyi. Suatu sore di asrama semua anak mendapatkan jajan
basah (kue dari tepung hunkwe). Dengan lahap aku pun pun turut menggigit kue
bagianku. Hap... nyam... huek... huek... huek... rasanya kok tidak enak...
seperti ada sesuatu. Usut punya usut kutemukan lalat ijo besar yang sedikit
tercabik di tengah-tengah kueku. Huek... huek... huek... huek... langsung dech
kubuang kueku lalu segera berkumur habis-habisan sembari cuci muka. Hiii...
Mungkin pembantu asrama tidak melihat ketika lalatnya masuk ke dalam adonan
kue. Lantas beberapa anak yang turut melihat kejadian tersebut segera membuang
kuenya pula.
Sejak saat itu aku pun
tak suka kue hunkwe karena bagiku itu kue lalat sembunyi. Ketika mama
membuatnya, aku pun tak mau memakannya dengan alasan ada lalatnya padahal tidak
ada. Hehehe... namanya juga trauma. Namun, lama-lama aku pun mau memakannya
tetapi dengan mencuilnya kecil-kecil terlebih dahulu. Ah... biar lambat asal
nikmat... hahaha...
# Monyet Jahil. Suatu malam pada saat libur sekolah dan meninggalkan asrama mama mengajak
aku dan memeku ke rumah orang Bali untuk melihat monyet peliharaannya. Ketika
kami duduk-duduk di depan teras rumah tersebut, tiba-tiba monyet yang di rantai
itu mendekati kami dan segera menarik meme. "Uwaaahh...
mama... aaaaa...", meme yang masih balita hanya bisa berteriak dan
menangis.
Aku yang hanya selisih
sekitar 1,3 tahun darinya hanya bisa tertegun melihatnya. Namun, mama segera
menyelamatkan meme dan pemilik rumah segera memanggil monyetnya. Wew... kapok
dech dekat-dekat monyet. Kulit kepala meme sampai sedikit lecet karena goresan
kuku monyet. Iiihh... serem... Ketika ada topeng monyet pun, kami akan
melihatnya dari jauh. Semakin jauh, semakin aman... hehehe...
# Nyamuk Demam Berdarah. Ketika meme bungsu masih balita, tiba-tiba dia
demam dan menggigil hingga bibirnya pun membiru, seisi rumah panik lalu
membawanya ke dokter. Ternyata dia terserang gejala demam berdarah. Fiuh...
untunglah segera tertolong.
# Cicak Berendam. Suatu hari menjelang makan malam kuhendak
menuangkan kecap manis yang hampir habis tetapi terlihatlah seekor cicak
terlelap di dasarnya. "Aaaaah...
Maaaaa... ada cicak... huek... huek... huek... gimana kalau cicaknya sudah ada
jauh sebelum kecap hampir habis... berapa lama kita makan kecap bercicak?"
Kata papa dan mama silih berganti: "cicak
itu bersih... sudahlah yang sebelumnya tak usah dipikirin... yang ini dibuang
saja". Iiiih...
# Semut Pengusir Selera Makan. Suatu ketika saat sepulang sekolah aku pun hendak
makan siang. Namun, di balik tudung saji kutemukan sayurnya telah dikerumuni
semut hitam. Huek... hilanglah selera makanku. Langsung kenyang dech. Puasa
dulu ah...
# Semut Penggigit. Ketika membuang sampah, tiba-tiba kakiku digigit
semut merah. Aduh... sakit... gatal...panas... muncul pula bengkak kecil.
Duh... semut-semut nakal apakah kamu di dekat sampah tidak mencium bau?
# Tikus Pengusik Tidur. Pada suatu malam yang melelahkan aku pun tertidur
pulas tetapi tiba-tiba aku terbangun karena merasa ada yang bergerak-gerak di
atas selimutku. Dengan menahan kantuk aku pun berusaha memegang si pengganggu.
Seketika itu pula aku tersadar karena terdengar bunyi mencicit dan gerakan
cepat menuju ke lemari belajarku. Aku pun menyalakan lampu dan mencari tikus
yang bersembunyi di dalam kamarku tetapi tak kutemukan. Alhasil, sepanjang
malam aku terpaksa menyalakan lampu agar tikus tak berani beraksi hingga aku
pun tak bisa lagi tidur dengan nyenyak.
Huuuh... siapa sich yang
suka membuka pintu kamarku dan lupa menutupnya. Sebel dech... Keesokan harinya
sepulang sekolah aku segera mengeluarkan lemari belajarku agar tak ada lagi
tempat bersembunyi bagi tikus. Capek dech... angkat-angkat sendiri... bersih-bersih
sendiri. Tikus... tikus... kenapa kau tidak tinggal di hutan?
0 komentar:
Post a Comment