Catatan Ibadah ke-2 Minggu, 28 Februari 2016
Yesaya 21:11-12 ... "Hai pengawal, masih lama malam ini? Hai pengawal, masih lama malam ini?" Pengawal itu berkata: "Pagi akan datang, tetapi malam juga. Jika kamu mau bertanya, datanglah bertanya sekali lagi!"
Jumat 19 Feb 2016 pulang
kerja tanpa sengaja aku bertemu dengan tetanggaku (tetangga agak jauh) di bemo yang
sama. Kami pun berbincang-bincang lalu aku memberitahunya bahwa aku pindah
kerja lagi. Lantas dia menanyakan transportasiku ke sana. Aku pun mengatakan
bahwa sementara ini aku naik gojek sembari mencari antar jemput yang murah.
Dengan segera dia
bercerita bahwa dulunya dia pun kesulitan menemukan antar jemput. Namun, kini
dia sudah punya solusinya. Karena kebetulan tempat kerjanya tak jauh dari
tempat kerja baruku (seperti halnya rumahnya dengan rumahku), aku pun bisa
mengikuti jejaknya. Dia mengatakan bahwa dia selalu naik bemo langganan dari
rumah sampai kantor.
Penumpang langganan bemo
itu hanya ada tiga. Jadi, kalau aku mau ikut bergabung, tampaknya sopir bemo
itu juga tidak keberatan. Dia pun mengatakan bahwa tarifnya juga lebih murah
daripada gojek, yaitu sebesar 2x tarif bemo dan bayarnya harian sehingga juga jauh
lebih murah daripada jasa mobil antar jemput karyawan.
Sementara itu untuk
pulangnya kami bisa nebeng teman hingga ke tempat-tempat yang dilewati bemo.
Hehehe... akhirnya biaya transportasiku bisa berkurang sekitar Rp260rb per
bulannya. Puji Tuhan, doaku terkabul... pagi benar-benar datang. Lantas setiba
di rumah aku bercerita dengan senangnya kepada ortu perihal transportasi murah
meriah yang baru saja kudapatkan dari tetanggaku. Lantas aku mandi dan makan
malam lalu minum segelas air.
Nah, ketika mau menambah
air minum segelas lagi (sekitar pk.19.00WIB), tiba-tiba mama berteriak: "Rul, cepat sini... papamu lemes...
panggilkan becak." Akhirnya aku batal minum lagi dan dengan hati yang
penuh damai sejahtera aku segera berlari ke luar ruko untuk memanggil becak.
Hingga pikiranku bertanya-tanya: "Kenapa aku bisa berlari-lari tanpa
merasa panik?"
Untunglah ada satu becak
motor di depan kompleks ruko. Dengan segera aku berkata kepadanya: "Tolong pak... ada orang sakit di ruko
sana." (sambil menunjukkan jariku ke ruko) Lalu pak becak berkata: "Cepat naik mbak." Nah, dalam
sekejap kami tiba di depan ruko.
Pak becak dan mama segera
membantu papa berdiri dan berjalan ke becak untuk diantar ke rumah sakit
terdekat. Seraya berjalan papa hanya berkata: "nggak apa-apa". Setiba di rumah sakit papa segera
disuntik gula oleh dokter karena kadar gulanya amat rendah. Kemudian papa baru
bertanya: "Aku dimana? Aku kenapa?
Siapa yang membawaku ke sini? Naik apa tadi?"
Aneh... rupanya tadi papa
berkata "nggak apa-apa" dan
berjalan tanpa sadar atau tadi sadar dan sekarang lupa? Entahlah... yang
penting sekarang sudah benar-benar sadar. Lantas dokter yang memeriksanya
menyarankan dia untuk diopname hingga benar-benar stabil. Aku pun segera
menyusul mereka ke rumah sakit tersebut dengan membawakan perlengkapan papa
untuk menginap di sana.
Namun, ada masalah baru.
Bagian pendaftaran mengatakan bahwa kamar BPJS kelas 1 sudah penuh. Lantas aku
meminta kelas 2 tetapi mereka mengatakan bahwa aturannya hanya boleh naik kelas
dan tidak boleh turun kelas sehingga papa harus opname di VIP Room.
Kami pun harus
menandatangani surat persetujuan naik kelas kamar dan bersedia menanggung
selisih pembayaran yang terjadi karena hal itu. Namun, mereka tidak bisa
menjelaskan kenaikannya sampai berapa karena katanya akan dihitung full paket. Ya... Karena ingin papa
segera ditangani, akhirnya kami pun menyetujui hal tersebut.
0 komentar:
Post a Comment