Sunday, November 1, 2015

Ketika Sang Waktu Mulai Berbicara

Wahyu Pasal 18: Jatuhnya Babel
Catatan Ibadah ke-2 Minggu, 01 November 2015

Di sebuah ladang kecil ada seorang wanita muda yang berpenampilan bak puteri kaya. Namun, ternyata perilakunya tidak sekaya penampilannya. Hampir tiap hari terdengar keluhan, gerutuan, ocehan, omelan, atau makian dari mulutnya. Karena dia gemar membaca berita-berita kriminal, sesama pekerja ladang menyebutnya Puteri Kriminolog.

Ketika pertama kali tiba di ladang tersebut, kulihat banyak orang tidak menyukainya. Ketika aku ingin menjauhinya, penjaga ladang kecil memintaku mendengarkan pendapat dari dua sisi. Oleh karena itu, aku tidak langsung ikut-ikutan menjauhinya seperti pekerja lain. Ketika aku berbincang dengannya, wanita itu mengatakan bahwa banyak orang tidak menyukainya karena iri pada kecantikannya.
Hah? Masa sich dia dibenci karena kecantikannya? Oh.. biarkan sang waktu yang menjawabnya.

Tanpa diminta sang waktu pun terus bergulir dan perlahan-lahan mulai menyingkapkan hal-hal yang tidak kuketahui. Suatu hari wanita itu mengomel: "Penjaga ladang kecil itu menyebalkan... sukanya 'cuci tangan'... tidak mau bertanggung jawab seperti Pontius Pilatus."
??????

Kendalikan Amarahmu
Pada hari yang lain dia marah-marah lagi: "Pekerja baru di ladang utama itu lambat. Kerjanya tidak bisa cepat."
Kataku: "Sabar Puteri, dia masih baru... ya harap dimaklumi."

Namun, dia tetap tidak bisa menerimanya dan terus marah: "Masa orang diminta sabar terus? Ketika saya masih baru, saya tidak selambat dia. Kita itu harus bergerak cepat. Kalau dia tidak bisa, ya kenapa dipertahankan?"
Jawabku: "Tiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang cepat tanggap, ada yang lambat belajar tetapi yang penting ada kemauan. Ada kalanya pemilik ladang lebih memilih pekerja yang 'tahan banting' meskipun kurang pandai supaya mau bertahan di ladang untuk waktu yang lama. Apalagi untuk menghadapi orang pemarah sepertimu. Selain itu, masih untung lha ada yang mau mengerjakan hal itu. Tapi, kalau kamu mau cepat, ya kamu bantuin dia. Ajari dia."

Dengan cepat dia berkata: "Tidak bisa. Ya males lha. Seharusnya dia diajari oleh pekerja lain."
"Kalau begitu, ya ditunggu saja," timpalku.

Pada pagi yang cerah Puteri Kriminolog kembali marah-marah di depan penjaga ladang kecil: "Ini pelanggaran. Tidak boleh seperti ini. Ini prosedur yang salah. Para pekerja ladang kering harus segera diberi pinalti agar tidak ada celah untuk berbuat curang."

Penjaga ladang kecil: "Oke... nanti saya akan tanya mereka dulu untuk mendengar penjelasannya. Tapi, kalau kamu berbuat salah, kamu juga harus mau segera dipinalti."

Jawab Puteri Kriminolog: "Iya. Pasti. Saya sportif pak. Kalau saya salah, saya pasti tanggung jawab."

Benarkah demikian? Mari kita lihat apakah kata-katanya bisa dipegang.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.