Catatan Ibadah ke-2 Minggu, 01 November 2015
Di sebuah ladang kecil ada
seorang wanita muda yang berpenampilan bak puteri kaya. Namun, ternyata perilakunya
tidak sekaya penampilannya. Hampir tiap hari terdengar keluhan, gerutuan,
ocehan, omelan, atau makian dari mulutnya. Karena dia gemar membaca
berita-berita kriminal, sesama pekerja ladang menyebutnya Puteri Kriminolog.
Ketika pertama kali tiba
di ladang tersebut, kulihat banyak orang tidak menyukainya. Ketika aku ingin
menjauhinya, penjaga ladang kecil memintaku mendengarkan pendapat dari dua
sisi. Oleh karena itu, aku tidak langsung ikut-ikutan menjauhinya seperti
pekerja lain. Ketika aku berbincang dengannya, wanita itu mengatakan bahwa
banyak orang tidak menyukainya karena iri pada kecantikannya.
Hah? Masa sich dia dibenci karena
kecantikannya? Oh.. biarkan sang waktu yang menjawabnya.
Tanpa diminta sang waktu pun
terus bergulir dan perlahan-lahan mulai menyingkapkan hal-hal yang tidak
kuketahui. Suatu hari wanita itu mengomel: "Penjaga
ladang kecil itu menyebalkan... sukanya 'cuci tangan'... tidak mau bertanggung
jawab seperti Pontius Pilatus."
??????
Pada hari yang lain dia
marah-marah lagi: "Pekerja baru di
ladang utama itu lambat. Kerjanya tidak bisa cepat."
Kataku: "Sabar
Puteri, dia masih baru... ya harap dimaklumi."
Namun, dia tetap tidak
bisa menerimanya dan terus marah: "Masa
orang diminta sabar terus? Ketika saya masih baru, saya tidak selambat dia.
Kita itu harus bergerak cepat. Kalau dia tidak bisa, ya kenapa
dipertahankan?"
Jawabku: "Tiap orang
memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang cepat tanggap, ada yang lambat
belajar tetapi yang penting ada kemauan. Ada kalanya pemilik ladang lebih
memilih pekerja yang 'tahan banting' meskipun kurang pandai supaya mau bertahan
di ladang untuk waktu yang lama. Apalagi untuk menghadapi orang pemarah
sepertimu. Selain itu, masih untung lha ada yang mau mengerjakan hal itu. Tapi,
kalau kamu mau cepat, ya kamu bantuin dia. Ajari dia."
Dengan cepat dia berkata:
"Tidak bisa. Ya males lha.
Seharusnya dia diajari oleh pekerja lain."
"Kalau begitu, ya ditunggu
saja," timpalku.
Pada pagi yang cerah
Puteri Kriminolog kembali marah-marah di depan penjaga ladang kecil: "Ini pelanggaran. Tidak boleh seperti
ini. Ini prosedur yang salah. Para pekerja ladang kering harus segera diberi
pinalti agar tidak ada celah untuk berbuat curang."
Penjaga ladang kecil: "Oke...
nanti saya akan tanya mereka dulu untuk mendengar penjelasannya. Tapi, kalau
kamu berbuat salah, kamu juga harus mau segera dipinalti."
Jawab Puteri Kriminolog: "Iya. Pasti. Saya sportif pak. Kalau
saya salah, saya pasti tanggung jawab."
Benarkah demikian? Mari kita lihat
apakah kata-katanya bisa dipegang.
0 komentar:
Post a Comment