Sunday, November 8, 2015

Kesalahanku Tidak Tersembunyi

Berbahagialah Orang yang Diampuni
Catatan Ibadah ke-2 Minggu, 8 November 2015

Sekitar kelas 5 SD aku masih dikumpulkan sekamar dengan anak-anak kecil padahal teman-teman seusiaku sudah pindah ke kamar anak-anak besar. Sebagai anak tertua di kamar kecil (selain cece penjaga kamar) seharusnya aku ikut memberi teladan yang baik. Namun, suatu malam aku tak bisa tidur sehingga mengobrol dengan teman di sampingku. Kami pun terus mengobrol sambil berbisik-bisik hingga suster di kamar sebelah dan cece penjaga kamar tertidur pulas.

Ketika mereka terlelap, kami pun duduk di tempat tidur kami masing-masing. Lalu temanku mengeluarkan bola bekel dan kami pun segera duduk di lantai untuk bermain bekel di dalam kegelapan kamar yang diterangi sedikit cahaya dari lampu yang menyala di luar kamar.

Ketika menyadari bahwa kami belum tidur, adikku dan beberapa teman seusianya juga ikut bangun dan nimbrung permainan kami. Maka, kamar tidur semakin ricuh. Meskipun demikian, cece penjaga kamar tak terjaga. Namun, tak lama berselang terdengarlah suara kunci pintu kamar suster. Cklik...

Buyarlah permainan kami. Semua berlari ke tempat tidur masing-masing dan segera membaringkan diri. Ketika suster tiba di kamar kami, semua terlihat lelap. Maka, suster kembali tidur. Setelah itu kami sama-sama duduk dan saling memberi tanda untuk tidur saja karena takut ketahuan suster.

Keesokan harinya sepulang dari sekolah aku segera disambut adikku dan teman-teman seusianya yang semalam buat keonaran di kamar. Kata mereka: "Tadi suster marah atas kejadian semalam sehingga kami mengakui kalau tadi malam yang buat keributan adalah kami dan kamu. Tadi kami sudah dihukum berdiri dengan satu kaki dan suster mengatakan bahwa nantinya kamu juga akan dihukum sepulang dari sekolah."
Tanyaku: "Ya ampun... masa aku akan dihukum sendirian?"
Kata mereka: "iya... suster bilang begitu."

Sejauh Timur dari Barat
Dag dig dug hatiku menanti hukuman dijatuhkan.
Mazmur 32:5  Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela
Tik... tik... tik... teng... teng... teng...
Waktu demi waktu terlewati dan ternyata suster lupa menghukumku. Hahaha... terima kasih Tuhan. Lain kali aku tak akan mengulanginya lagi. Meskipun susah tidur, aku akan tetap berpura-pura tidur hingga benar-benar tidur. Aku tidak akan lagi berbuat onar pada saat jam tidur.

Kemudian hal itulah yang tetap kulakukan hingga berpindah ke kamar anak besar. Di kamar anak besar cece penjaganya lebih galak karena dia akan menggelitik telapak kaki anak-anak untuk memastikan bahwa kami benar-benar sudah tidur. Alhasil, aku harus menekuk jari-jari kakiku untuk menahan geli. Hehehe... aku memang belum bisa tidur tetapi aku 'kan tetap berusaha tidur.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.