Sunday, October 18, 2015

Perpecahan Komunitas di Gurun (1)

Catatan Ibadah ke-2 Minggu, 18 Oktober 2015

Beberapa hari belakangan kata-kata ini me-rhema di dalam hati: “AKU akan memberikan seorang penolong yang sepadan denganmu.” Ah, jadi harap-harap cemas dengan apa yang akan terjadi. Eh, di ibadah hari ini ayat pertama yang disampaikan pak Sukirno adalah Kejadian 2:18. Ketika dia meminta jemaat membuka ayat tersebut, aku langsung berpikir: “Ah... jangan-jangan ayat yang mendukung rhema-ku tentang penolong itu karena seingatku ayat itu memang ada di kitab Kejadian.”

Ketika kutemukan ayatnya dan dia juga membacakannya, “hehehe... iya... ternyata memang benar.” Namun, aku masih belum mengetahui proses penggenapannya. Mungkin inilah jawaban atas permintaanku selama ini agar Tuhan memberikan rekan sekerja di padang gurun yang panas ini.
Kejadian 2:18  TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Ketika memasuki gurun, kutemukan lima kriteria perpecahan komunitas (iri hati, kubu-kubuan, gosip, suka menghakimi, dan dosa) benar-benar terpampang nyata di hadapanku.

IRI HATI. Seseorang menyibukkan dirinya dengan mencari tahu gaji-gaji orang lain lalu berkata: “Orang itu lho gajinya tinggi tetapi pekerjaannya ringan. Kalau begini, percuma kerja keras.” Ketika melihat orang lain memakai ponsel atau perhiasan mahal, hatinya pun tergerak untuk memiliki hal serupa. Bahkan, ada yang rela membiarkan dirinya terbelit hutang terus menerus demi mengejar gaya hidup yang melebihi batas kemampuannya. Ketika ada orang yang tidak mau diajak mengikuti gaya hidup mereka, orang tersebut akan dirasani sebagai orang kuper.

KUBU-KUBUAN. Seseorang berkata: “Kamu jangan dekat-dekat dengan orang itu karena dia begini dan begitu.” Orang yang lain pun mengatakan hal yang sama: “Kamu jangan dekat-dekat dengan orang itu karena dia begini dan begitu.”  Pada kenyataannya beberapa orang hanya baik kepada kita bila ada maunya. Ketika tidak dibutuhkan, terjadilah seperti kata pepatah ‘habis manis, sepah dibuang’. Mereka manis di depan kita tetapi secara diam-diam sibuk membicarakan kejelekan kita seolah-olah mereka tidak menyadari kejelekan mereka sendiri.

Pergaulan yang Buruk Merusak Kebiasaan Baik
GOSIP. Beberapa orang sibuk membicarakan temannya yang diam-diam berkencan dengan suami orang lain sehingga dia selalu mendapatkan pemasukan tambahan dari pacar gelapnya. Entah benar, entah tidak tetapi berita tersebut terus menyebar ke seluruh penjuru ruangan secara diam-diam. Seringkali informasi tersebut hanya kusimpan di dalam hati.

Namun, kalau sedang jengkel menghadapi orang-orang yang ada di dalam cerita itu, ada kalanya aku pun ikut terbawa arus. Ketika hal itu kubicarakan dengan orang yang kuanggap tepat untuk mengkonfirmasi berita yang kudapat. Hasilnya sungguh mengecewakan karena orang tersebut turut membenarkan informasi yang kuterima. Bahkan, ada tambahan informasi yang jauh lebih buruk untuk melengkapi informasi yang kuterima.


Jika sebuah tong sampah telah terisi penuh tetapi terus diisi sampah, akhirnya ada sampah yang meluber keluar. “Oh Tuhan, maafkan aku. Ada kalanya aku tak bisa bertahan sendirian dalam menampung sampah-sampah mereka. Aku sudah berusaha mengunci mulutku rapat-rapat. Namun, ada kalanya aku kelepasan pula ketika kata-kata mereka membuatku kesal.” Alhasil, tanpa sadar aku pun terbawa agenda iblis untuk turut menyebarkan informasi negatif. Uuugh... susahnya berdiam diri. 

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.