Catatan
Ibadah ke-2 Minggu, 18 Oktober 2015
SUKA
MENGHAKIMI
Lukas 6:37-38 "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
Menghakimi dan memberikan penilaian bedanya
tipis.
Contoh: Ada pendeta yang salah memberikan
ayat, misalnya Filipi 4:7 "Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah
dekat!" Padahal, seharusnya itu Filipi 4:5. Jika hanya
menilainya, kita berpikir seperti ini: "oo.. mungkin pendeta capek sehingga melakukan
sedikit kesalahan." Namun, jika menghakimi, kita akan berpikir seperti ini: "Payah, masa pendeta salah ayat. Gitu
kok jadi pendeta."
Berhati-hatilah dalam menghakimi orang lain
sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Apa yang kamu tabur, itulah yang akan kamu
tuai. Kita perlu menegur kesalahan orang lain tetapi jangan menghakimi dia.
Bila kita menghakimi dia, kita pun akan jatuh.
Galatia 6:1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.
Lukas 6:41-42 Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
Contoh: Saat menonton
pertandingan sepak bola kita melihat pemain gagal memasukkan bola ke gawang lalu
kita berkata: "Bodoh sekali... sudah
dibayar mahal kok tidak bisa mencetak gol." Seseorang di dekat kita
mungkin akan berkata: "kamu saja
yang main kalau kamu bisa lebih baik darinya."
Seringkali
kita melihat kekurangan orang lain dan
tidak menyadari kekurangan kita sendiri.
Contoh: Bila orang lain berdoa panjang-panjang, kita
anggap dia berlebihan (sok rohani). Namun, bila kita yang berdoa
panjang-panjang, kita beralasan berbeban berat bagi jiwa-jiwa. Bila orang lain
tidak pernah memberi, kita anggap dia pelit. Namun, bila kita tidak memberi,
kita beralasan untuk memberikan kesempatan kepada orang lain.
DOSA
Ketika nabi Natan menegur Daud yang telah mengambil
isteri orang lain, Daud langsung mengakui kesalahannya dan bertobat. Maka,
Tuhan pun mengampuni dosanya tetapi Daud tetap menanggung akibat dari dosa
tersebut. (Baca 2 Samuel 12)
Di sisi lain Saul tetap ditolak oleh Tuhan
dan tidak diampuni dosanya karena Saul selalu memberikan dalih atau alasan
untuk membenarkan dosanya. (Baca 1 Samuel 15)
Oleh karena itu, jika ada dosa, segeralah
dibereskan. Jangan berdalih atau mencari-cari
alasan untuk membenarkan dosa tersebut. Kekudusan penting bagi kita agar
dapat menerima berkat Tuhan.
Ibrani 12:14 Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.
BERTUMBUH BERSAMA – GMS Live
(Album More Like You)
Bersatulah, Mari kita bersatu. Bersehati sepikiran, Runtuhkan
tembok yang merintangi.
Bekerjalah, Mari kita bekerja. Junjung kasih dan karunia, Gapai
panggilan tertinggi.
Tetaplah menyala, Layani sesama. Terus bertumbuh bersama.
Dalam kasih Kita
bergerak bersama Memenangkan jiwa, Menjadi harapan bagi dunia.
Dalam iman Kita 'kan
menang bersama. B'ritakan nama-Nya, Bertumbuh dalam Kristus dan G'reja-Nya.
0 komentar:
Post a Comment