Itulah pertanyaan yang
diajukan oleh seorang teman pada saat akan mencetak buku kenangan dalam rangka
menyambut kelulusan SMP. Setiap anak diminta mencantumkan cita-citanya di dalam
buku kenangan tersebut. Saat itu si Tudung Pink menuliskan bahwa dia ingin
menjadi pembawa damai (peacemaker). Namun,
kala itu dia mengetahui ada beberapa serigala yang mencoret kata-kata tersebut
lalu menggantikannya dengan kata-kata "the
coldest girl in the class". Meskipun demikian, si Tudung Pink tidak ambil
pusing dengan pendapat mereka karena dia mengetahui kebenaran itu.
Si Tudung Pink memang
hanya tersenyum ramah terhadap teman-teman domba dan selalu bersikap dingin
terhadap teman-teman serigala. Oleh karena itu, dia merasa terhormat
mendapatkan gelar semacam itu dari beberapa serigala di kelasnya: "Hore... berhasil... berhasil...
hore... selanjutnya aku ingin menjadi the coldest girl in the world."
Jadi, bagaimana mungkin the coldest girl in the class ingin
menjadi peacemaker? Mari kita tengok
perjalanannya hingga memiliki kedamaian hati. Alkisah di masa yang lampau
lahirlah si Tudung Pink dari pasangan serigala dan domba. (ssst... jangan tertawa dan mengatakan tidak mungkin karena di dalam
dunia fiksi tiada yang mustahil... semuanya mungkin... bergantung pada
penulisnya... hehehe...)
Ketika masih balita si
Tudung Pink merana karena dipaksa domba untuk meminum vitamin rasa jeruk agar
punya selera makan. Mungkin anak-anak lain menyukainya tetapi si Tudung Pink
tidak menyukainya. Hal ini membuat serigala marah sehingga mulut si Tudung Pink
ditampar dengan sendok agar mau membuka mulutnya. "Uwah...ua... uah...," tangis si Tudung Pink. Domba
segera menggendong dan menenangkannya. Dengan cepat si Tudung Pink memaafkan
serigala tanpa menyimpan dendam di hati. Maklum lha hati balita emang masih
polos dan belum kenal dendam.
Namun, bagaimana ketika
si Tudung Pink semakin bertumbuh? Masihkah dia pemaaf? Ketika siap bersekolah,
si Tudung Pink mulai dititipkan kepada seorang penggembala domba di luar desa. Tahun
pun berganti tahun...
Ketika masih kelas 3 SD,
si Tudung Pink nan manis selalu saja diisengi oleh seekor serigala muda. Dengan
lugu dia pun membalas setiap ejekan tersebut. Ejekan berbalas ejekan saling
disampaikan lewat kata-kata dan surat menyurat. Namun, hal ini tak jua meredam
keisengan serigala muda sehingga si Tudung Pink mulai kesal. Amarah membara
tersimpan rapi seperti beras dalam sekam tetapi serigala muda tetap saja iseng.
Alhasil setahun kemudian si Tudung Pink mulai berdiam karena kehabisan
kata-kata peredam. Apapun bentuk keisengan serigala muda, si Tudung Pink tetap
berdiam diri.
Setahun kemudian dia pun
masih mampu menahan diri untuk tetap diam. Namun, tahun berikutnya serigala
muda mulai kesal karena terus menerus didiamkan sehingga dia mulai menghina dan
menajiskan segala sesuatu yang berhubungan dengan si Tudung Pink. Si Tudung
Pink membutuhkan kekuatan untuk membalas keisengan serigala muda, tetapi dia
membutuhkan kekuatan yang jauh lebih besar untuk berdiam diri. Namun, pada akhirnya
dia pun semakin kehilangan kesabaran. Tak lama berselang dia terbawa arus
perilaku yang ada di sekitarnya.
0 komentar:
Post a Comment