Sunday, May 31, 2015

Mau Menjadi Apa?

Menjadi Pembawa Damai - bagian kedua

Itulah pertanyaan yang diajukan oleh seorang teman pada saat akan mencetak buku kenangan dalam rangka menyambut kelulusan SMP. Setiap anak diminta mencantumkan cita-citanya di dalam buku kenangan tersebut. Saat itu si Tudung Pink menuliskan bahwa dia ingin menjadi pembawa damai (peacemaker). Namun, kala itu dia mengetahui ada beberapa serigala yang mencoret kata-kata tersebut lalu menggantikannya dengan kata-kata "the coldest girl in the class". Meskipun demikian, si Tudung Pink tidak ambil pusing dengan pendapat mereka karena dia mengetahui kebenaran itu.

Si Tudung Pink memang hanya tersenyum ramah terhadap teman-teman domba dan selalu bersikap dingin terhadap teman-teman serigala. Oleh karena itu, dia merasa terhormat mendapatkan gelar semacam itu dari beberapa serigala di kelasnya: "Hore... berhasil... berhasil... hore... selanjutnya aku ingin menjadi the coldest girl in the world."

Mengejar Impian sebagai Pembawa Damai
Jadi, bagaimana mungkin the coldest girl in the class ingin menjadi peacemaker? Mari kita tengok perjalanannya hingga memiliki kedamaian hati. Alkisah di masa yang lampau lahirlah si Tudung Pink dari pasangan serigala dan domba. (ssst... jangan tertawa dan mengatakan tidak mungkin karena di dalam dunia fiksi tiada yang mustahil... semuanya mungkin... bergantung pada penulisnya... hehehe...)

Ketika masih balita si Tudung Pink merana karena dipaksa domba untuk meminum vitamin rasa jeruk agar punya selera makan. Mungkin anak-anak lain menyukainya tetapi si Tudung Pink tidak menyukainya. Hal ini membuat serigala marah sehingga mulut si Tudung Pink ditampar dengan sendok agar mau membuka mulutnya. "Uwah...ua... uah...," tangis si Tudung Pink. Domba segera menggendong dan menenangkannya. Dengan cepat si Tudung Pink memaafkan serigala tanpa menyimpan dendam di hati. Maklum lha hati balita emang masih polos dan belum kenal dendam.

Namun, bagaimana ketika si Tudung Pink semakin bertumbuh? Masihkah dia pemaaf? Ketika siap bersekolah, si Tudung Pink mulai dititipkan kepada seorang penggembala domba di luar desa. Tahun pun berganti tahun...

Ketika masih kelas 3 SD, si Tudung Pink nan manis selalu saja diisengi oleh seekor serigala muda. Dengan lugu dia pun membalas setiap ejekan tersebut. Ejekan berbalas ejekan saling disampaikan lewat kata-kata dan surat menyurat. Namun, hal ini tak jua meredam keisengan serigala muda sehingga si Tudung Pink mulai kesal. Amarah membara tersimpan rapi seperti beras dalam sekam tetapi serigala muda tetap saja iseng. Alhasil setahun kemudian si Tudung Pink mulai berdiam karena kehabisan kata-kata peredam. Apapun bentuk keisengan serigala muda, si Tudung Pink tetap berdiam diri.

Setahun kemudian dia pun masih mampu menahan diri untuk tetap diam. Namun, tahun berikutnya serigala muda mulai kesal karena terus menerus didiamkan sehingga dia mulai menghina dan menajiskan segala sesuatu yang berhubungan dengan si Tudung Pink. Si Tudung Pink membutuhkan kekuatan untuk membalas keisengan serigala muda, tetapi dia membutuhkan kekuatan yang jauh lebih besar untuk berdiam diri. Namun, pada akhirnya dia pun semakin kehilangan kesabaran. Tak lama berselang dia terbawa arus perilaku yang ada di sekitarnya.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.