Kami bukan yatim piatu tapi bagai tak
punya ortu
Libur Natal dan Tahun Baru menunggu janji
tak tentu
Entah kapan bisa bertemu tinggal bersama
lagi dengan ortu
Tahun demi tahun telah berlalu tetap
menanti keajaiban tanpa jemu
Putra Damai: "Ini buatmu
dan Putri Kasih."
Putri Sulung membuka kresek:
"Hah...banyak banget. Aku ambil satu saja."
Putri Kasih: "Aku juga satu
saja."
Lalu Putri Sulung mengembalikan
sisa apelnya tetapi Putra Damai menolak.
Teng..teng..teng..
Pelajaran pun dimulai. Putri
Sulung segera menyembunyikan apel-apel tersebut di bawah meja belajarnya. Ketika
jam istirahat tiba dan Putra Damai telah meninggalkan kelas, Putri Sulung
berbincang dengan Putri Kasih.
Putri Sulung: "Bagaimana ini? Kalau apelnya kita bawa
pulang ke asrama, harus disembunyikan dimana? Kalau ketahuan suster, pasti
timbul pertanyaan."
Putri Kasih: "Kalau bilang diberi oleh Putra Damai,
bisa-bisa salah satu dari kita dianggap pacaran atau sengaja minta-minta apel
kepada anak asrama putra. Padahal, suster selalu melarang kita pacaran dan
minta apapun juga kepada orang tua siswa atau anak lain. Ya apa ini?"
Putri Sulung: "Oh, coba kuberikan ke Putra Ketiga dan
temannya."
Putri Kasih: "Kamu mau apel merah?"
Putra Ketiga: "Kok banyak? Satu saja."
Putri Sulung: "Dua saja. Satunya berikan ke Putra
Kriwul-temanmu."
Putra Ketiga: "Ya sudah."
Putri Kasih: "Masih sisa banyak nich...masih ada
belasan buah. Ya apa kalau diberikan ke bu guru Sabar?"
Putri Sulung: "Ide bagus tapi jangan sampai Putra
Damai tau..bisa-bisa dia tersinggung karena mengira kita nggak menghargai
kebaikannya."
Putri Kasih: "Kalau gitu, ntar pulang sekolah saja
supaya Putra Damai masih lihat kita bawa-bawa apel menuju asrama."
Putri Sulung menyetujui hal itu.
Lalu pulang sekolah mereka segera melaksanakan rencana tersebut setelah
memastikan Putra Damai telah berjalan ke asrama putra. Bu guru Sabar menerima
sekresek apel dengan senang hati dan berjanji merahasiakannya dari Putra Damai.
Semua berbahagia. Putri Sulung
batal mencuri dan Putri Cahaya batal kehilangan apel karena kebaikan hati Putra
Damai. Sebuah duka telah berubah menjadi banyak berkah hanya dalam waktu
sekitar satu minggu. Maka, Putri Sulung, Putri Kedua, dan Putri Kasih langsung
teringat akan sebuah lagu yang sering diputar suster di ruang makan setiap hari
Minggu sore.
"BeTaPa BaiKnYa EnGKau TUHAN.. KaSih-MU TiADa beRKeSuDaHan..
BeTaPa MuLia kAsiH-MU YESUS.. JiWaku diSeLaMaTKan..
HoSaNa KuMeMuJi TUHAN.. HoSaNa kuTiNggiKan YESUS..
HoSaNa.. HoSaNa.. HoSaNa.."
Beberapa bulan kemudian mereka
menempuh jalan hidup masing-masing karena kenaikan kelas. Putri Sulung
berkumpul lagi dengan ortunya dan menceritakan pengalaman tersebut. Ortunya
menjelaskan bahwa apel merah bukan apel Batu melainkan apel import. Putri
Sulung terkejut tetapi tidak bisa konfirmasi dengan Putra Damai.
Lalu sekitar 10 tahun kemudian
Putri Sulung, Putri Kasih, dan Putra Damai bertemu lagi di dunia maya. Putri
Sulung segera meminta penjelasan pada Putra Damai perihal asal usul apel merah.
Putra Damai mengatakan bahwa dia tidak bohong karena apel merah tersebut
didapat dari biara Karmel yang ada di Batu. Putri Sulung pun merasa lega.
0 komentar:
Post a Comment