Tuesday, July 9, 2013

Apel Merah Ajaib - bagian kedua

Apel Merah Ajaib bagian pertama

Kami bukan yatim piatu tapi bagai tak punya ortu
Libur Natal dan Tahun Baru menunggu janji tak tentu
Entah kapan bisa bertemu tinggal bersama lagi dengan ortu
Tahun demi tahun telah berlalu tetap menanti keajaiban tanpa jemu

Seusai libur Natal Putri Sulung bergegas pergi ke sekolah bersama Putri Kasih-sahabatnya. Putra Damai langsung menyodorkan satu kresek hitam besar kepada Putri Sulung begitu mereka bertemu.
Putra Damai: "Ini buatmu dan Putri Kasih."
Putri Sulung membuka kresek: "Hah...banyak banget. Aku ambil satu saja."
Putri Kasih: "Aku juga satu saja."
Lalu Putri Sulung mengembalikan sisa apelnya tetapi Putra Damai menolak.

Teng..teng..teng..
Pelajaran pun dimulai. Putri Sulung segera menyembunyikan apel-apel tersebut di bawah meja belajarnya. Ketika jam istirahat tiba dan Putra Damai telah meninggalkan kelas, Putri Sulung berbincang dengan Putri Kasih.

Putri Sulung: "Bagaimana ini? Kalau apelnya kita bawa pulang ke asrama, harus disembunyikan dimana? Kalau ketahuan suster, pasti timbul pertanyaan."
Putri Kasih: "Kalau bilang diberi oleh Putra Damai, bisa-bisa salah satu dari kita dianggap pacaran atau sengaja minta-minta apel kepada anak asrama putra. Padahal, suster selalu melarang kita pacaran dan minta apapun juga kepada orang tua siswa atau anak lain. Ya apa ini?"
Putri Sulung: "Oh, coba kuberikan ke Putra Ketiga dan temannya."
Putri Kasih: "Kamu mau apel merah?"
Putra Ketiga: "Kok banyak? Satu saja."
Putri Sulung: "Dua saja. Satunya berikan ke Putra Kriwul-temanmu."
Putra Ketiga: "Ya sudah."
Putri Kasih: "Masih sisa banyak nich...masih ada belasan buah. Ya apa kalau diberikan ke bu guru Sabar?"
Putri Sulung: "Ide bagus tapi jangan sampai Putra Damai tau..bisa-bisa dia tersinggung karena mengira kita nggak menghargai kebaikannya."
Putri Kasih: "Kalau gitu, ntar pulang sekolah saja supaya Putra Damai masih lihat kita bawa-bawa apel menuju asrama."

Putri Sulung menyetujui hal itu. Lalu pulang sekolah mereka segera melaksanakan rencana tersebut setelah memastikan Putra Damai telah berjalan ke asrama putra. Bu guru Sabar menerima sekresek apel dengan senang hati dan berjanji merahasiakannya dari Putra Damai.

Semua berbahagia. Putri Sulung batal mencuri dan Putri Cahaya batal kehilangan apel karena kebaikan hati Putra Damai. Sebuah duka telah berubah menjadi banyak berkah hanya dalam waktu sekitar satu minggu. Maka, Putri Sulung, Putri Kedua, dan Putri Kasih langsung teringat akan sebuah lagu yang sering diputar suster di ruang makan setiap hari Minggu sore.

"BeTaPa BaiKnYa EnGKau TUHAN.. KaSih-MU TiADa beRKeSuDaHan..
BeTaPa MuLia kAsiH-MU YESUS.. JiWaku diSeLaMaTKan..
HoSaNa KuMeMuJi TUHAN.. HoSaNa kuTiNggiKan YESUS..
HoSaNa.. HoSaNa.. HoSaNa.."

Beberapa bulan kemudian mereka menempuh jalan hidup masing-masing karena kenaikan kelas. Putri Sulung berkumpul lagi dengan ortunya dan menceritakan pengalaman tersebut. Ortunya menjelaskan bahwa apel merah bukan apel Batu melainkan apel import. Putri Sulung terkejut tetapi tidak bisa konfirmasi dengan Putra Damai.

Lalu sekitar 10 tahun kemudian Putri Sulung, Putri Kasih, dan Putra Damai bertemu lagi di dunia maya. Putri Sulung segera meminta penjelasan pada Putra Damai perihal asal usul apel merah. Putra Damai mengatakan bahwa dia tidak bohong karena apel merah tersebut didapat dari biara Karmel yang ada di Batu. Putri Sulung pun merasa lega.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.