Sunday, January 24, 2016

Menutupi Wajah Tanpa Sayap

Catatan Ibadah ke-2 Minggu, 24 Januari 2016

“Uwah... kenapa sich hampir tiap minggu aku terus menerus diingatkan untuk menulis ini? Kalau orang-orang yang bersangkutan sampai membaca ini, aku harus menutupi wajahku dengan apa? Tidak ada sayap seperti Serafim nich...”

Minggu, 01 November 2015 aku datang sekitar sejam sebelum ibadah ke-2 dimulai. Alhasil, aku pun duduk-duduk di bawah (dekat kolam baptis) sembari menunggu ibadah ke-1 selesai. Saat itu aku pun duduk di bangku paling belakang agar tidak mengganggu para jemaat ibadah ke-1.

Ketika ibadah ke-1 selesai, semua jemaat mulai pergi hingga akhirnya hanya ada seorang wanita yang masih duduk di dekat lorong (tak jauh dari tempatku). Tiba-tiba pendeta JS lewat di lorong tersebut lalu wanita tersebut segera berdiri untuk mengajaknya bersalaman tetapi aku tak bisa mendengar kata-katanya. Kemudian pak JS bergegas pergi tanpa menoleh ke kanan kiri. "Ah, syukurlah dia tak melihatku karena aku tak tahu harus berkata apa kepadanya."

Pura-pura Melihat PonselBeberapa menit kemudian pendeta PM terlihat berjalan di lorong yang sama dengan pak JS. "Waduh... Kali ini menantunya. Andai saja aku bisa menjadi invisible man atau berubah warna seperti bunglon. Tapi, itu tidak mungkin. Pergi sekarang juga tidak mungkin karena pasti kelihatan. Ah, aku harus berkata apa bila aku melihat wajahnya? Oh, lebih baik aku gunakan jurus 'kura-kura dalam perahu' alias pura-pura tidak tahu. Alhasil, aku segera menunduk sembari melihat ponselku."

Lalu PM segera tiba di dekat wanita tadi dan kulihat dia juga menyalami PM sembari mengatakan sesuatu. Setelah itu dengan sudut mataku kulihat kaki PM bergegas ke pintu yang ada di samping kananku. Namun, tak lama berselang dia segera berbalik arah ke jalan yang baru dilalui pak JS karena pintunya terkunci. Lantas aku kembali mengangkat kepalaku dan memperhatikan punggungnya yang pergi menjauh. "Fiuh... selamatlah aku. Kalau melihat wajahnya, aku bisa mati kutu karena tak tahu harus berkata apa."

Beberapa menit kemudian seorang wanita cantik terlihat berjalan anggun di lorong yang baru saja ditinggalkan pendeta JS dan PM. Tanpa sadar aku memperhatikannya terus menerus sembari berpikir: "dia cantik... mirip sekali dengan isterinya PM (anaknya pak JS)... apa dia memang orang yang sama?"

Wanita itu pun berhenti di depan toilet dan balas menatapku tetapi aku seperti tak menyadarinya hingga terus menatapnya. Dua orang yang berdiri di belakangnya beberapa kali menatapnya lalu ganti menatapku. Seketika itulah aku tersadar dan buru-buru mengalihkan pandangan ke tempat lain. "Aduh... ngapain sich aku memperhatikannya terus? Ah... rasanya ada kekuatan tak terlihat yang sedang ngerjai aku nich. Bikin malu aja..."

Ketika aku mengalihkan pandangan darinya, wanita itu segera masuk ke toilet. "Fiuh... syukurlah. Tapi, kelihatannya dia memang benar-benar isterinya PM (anaknya pak JS). Wew... kalau dia sampai mendatangiku, apa yang harus kukatakan?" Untunglah setelah meninggalkan toilet dia bergegas pergi tanpa menoleh lagi.

0 komentar:

Post a Comment

* Semua Catatan Ibadah di blog ini tidak diperiksa oleh Pengkhotbah terkait.