Kisah nyata tentang pengharapan seorang wanita kepada Tuhan yang disampaikan oleh pendeta Leonardo Sjiamsuri di GMS Pusat Minggu, 21 Desember 2014 pada ibadah ke-2:
Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, (1 Petrus 3:5)
Dahulu kala di Inggris hiduplah seorang tukang ledeng bernama Smith Wigglesworth (1859-1947) bersama isterinya yaitu Polly Featherstone. Polly merupakan seorang wanita Kristen yang bersedia tunduk kepada suaminya meskipun Smith bersikap kasar, benci orang Kristen, dan selalu melarangnya ke gereja.
Pada suatu hari Polly meminta izin kepada Smith untuk menghadiri perayaan Natal di gereja. Lantas Smith menjawabnya: "Kamu boleh pergi ke gereja dengan satu syarat, yaitu setelah kamu pergi aku akan mengunci pintu dan saat kamu pulang ke rumah ini aku tidak akan membukakan pintu untukmu."
Ketika mendengar jawaban Smith, Polly menyambutnya gembira dan berkata: "Kamu yakin mengizinkan aku ke gereja?"
Smith pun segera berkata: "Ya tetapi dengan satu syarat itu tadi."
Setelah mendengar jawaban suaminya, Polly bergegas mengambil mantel musim dinginnya karena hari itu sangat dingin dan dia mengetahui bahwa suaminya adalah orang yang keras kepala. Bila Smith sudah mengatakan hal itu, pastilah dia benar-benar melakukannya.
Nah, setelah pulang dari gereja, Polly segera pulang dan mengetuk pintu rumahnya. Namun, sesuai perkiraannya Smith tidak mau membukakan pintu untuknya sehingga dia harus menunggu di luar rumah di tengah cuaca yang dingin.
Waktu pun berlalu hingga Smith berpikir bahwa dia telah cukup menghukum isterinya sehingga dia pun membukakan pintu bagi Polly. Ketika pintu dibuka, dengan lembut Polly berkata kepada Smith: "Kamu pasti belum makan. Aku akan memasak sup untukmu."
Setelah sup disiapkan di atas meja, Polly berkata kepada Smith: "Aku ingat ada bajumu yang robek. Sementara kamu makan sup aku akan menjahitnya untukmu." Lantas Polly mulai menjahit baju tersebut di meja makan di depan Smith.
Smith langsung bergetar melihat sikap isterinya dan tidak jadi makan sup. Lalu Smith segera berlutut di depan Polly sembari berkata: "Siapa yang mengajarimu melakukan semua ini?"
Jawab Polly: "Ada yang mengajariku."
Tanya Smith: "Siapa dia? Tunjukkan padaku orangnya."
Kata Polly: "Ini sudah malam. Kalau kamu mau mengetahui orangnya, nanti saja hari Minggu kamu ikut aku ke gereja karena orangnya ada di gereja."
Smith pun menyetujui hal tersebut.
Jawab Polly: "Ada yang mengajariku."
Tanya Smith: "Siapa dia? Tunjukkan padaku orangnya."
Kata Polly: "Ini sudah malam. Kalau kamu mau mengetahui orangnya, nanti saja hari Minggu kamu ikut aku ke gereja karena orangnya ada di gereja."
Smith pun menyetujui hal tersebut.
Hari Minggu pun tiba.
Sesampainya di gereja Smith bertanya lagi kepada Polly: "mana orangnya?"
Polly pun menjawab: "Tunggu khotbahnya selesai nanti kita temui orangnya."
Nah, pada saat khotbah disampaikan Smith dijamah Tuhan dan dia diubahkan sehingga menjadi pendeta. Ketika menjadi pendeta, dia punya masalah dalam membaca Alkitab karena dia buta huruf. Lalu Polly yang merupakan seorang guru segera mengajarinya cara membaca Alkitab sehingga Smith lebih memahami isi Alkitab daripada buku-buku lainnya.
Polly pun menjawab: "Tunggu khotbahnya selesai nanti kita temui orangnya."
Nah, pada saat khotbah disampaikan Smith dijamah Tuhan dan dia diubahkan sehingga menjadi pendeta. Ketika menjadi pendeta, dia punya masalah dalam membaca Alkitab karena dia buta huruf. Lalu Polly yang merupakan seorang guru segera mengajarinya cara membaca Alkitab sehingga Smith lebih memahami isi Alkitab daripada buku-buku lainnya.
Sejarah pun mencatat bahwa Smith Wigglesworth adalah pendeta yang paling banyak membangkitkan orang mati. Bahkan, ketika isterinya meninggal, Smith memerintahkan peti mati isterinya dibuka lalu dia pun berdoa sehingga isterinya segera bangkit dari kubur.
0 komentar:
Post a Comment