Catatan Ibadah ke-1 Minggu 21 Mei 2017
Sekalipun kita bukan hakim,
seringkali kita mudah menghakimi orang lain melebihi kemampuan kita menghakimi
diri sendiri. Seringkali hal semacam ini pun tidak kita sadari karena kita
sudah terbiasa melakukannya.
Alkisah pada suatu hari di
sebuah ladang Kristen A dipersalahkan oleh non Kristen AA yang pelupa sehingga
dia dimarahi oleh Kristen B. Kristen A berpikir bahwa ribut dengan orang pelupa
hanyalah buang-buang waktu sehingga dia tidak menjelaskan duduk perkaranya
kepada Kristen B.
Kristen B yang cenderung tak
bisa mengendalikan emosi tentu saja langsung bercerita kepada Kristen C dan
banyak orang lainnya. Mungkin saja Kristen B juga marah kepada Kristen C karena
telah merekomendasikan Kristen A kepadanya. Maka, Kristen C langsung menegur
Kristen A dengan memberikan nasehat yang menghakimi: "Kamu jangan seperti
robot."
Kristen A sungguh kecewa dengan
penilaian Kristen C. Namun, dia berusaha memaafkannya karena Kristen A
menyadari bahwa Kristen C tidak mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya.
Selain itu, mungkin saja Kristen C tidak tahan dengan kemarahan Kristen B
sehingga tanpa disadari dia pun menyalurkan emosi negatif tersebut kepada
Kristen A.
Meskipun demikian, saat itu kekecewaan Kristen A tak dapat dibendung di hadapan Tuhan sehingga dia bertanya-tanya di dalam hatinya: "Bagaimana mungkin Kristen C bisa mengatakan hal seperti itu? Bukankah dia sedang berpuasa untuk mendapatkan rumah baru? Saat sedang berpuasa biasanya orang Kristen banyak berdoa dan membaca firman Tuhan sehingga semakin peka dengan kehendak Tuhan. Mengapa dia tidak peka? Bagaimana jika perkataan semacam itu ditujukan kepada dirinya sendiri? Apakah dia bisa menerimanya? Jika dia tidak bisa menerimanya, kenapa dia bisa memberikannya kepadaku?"
Roma 12:14 Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!
Karena teringat ayat tersebut,
Kristen A berusaha mendoakan Kristen C agar puasanya berhasil dan dia bisa
mendapatkan mujizat berupa sebuah rumah impian. Namun, suara hatinya berkata: "Hentikan!
Jangan doakan dia."
Kristen A segera berhenti
mendoakan Kristen C seraya bertanya-tanya: "Kenapa aku tidak boleh mendoakannya? Bukankah aku harus memberkati orang yang menganiayaku? Apa aku
belum bisa sepenuhnya memaafkan dia sehingga aku tak boleh mendoakannya? Apa
doa puasanya disertai keserakahan? Bukankah rumah lamanya sudah bocor di
beberapa tempat? Jadi, seharusnya itu
kebutuhan dan bukan keserakahan. Apa doa puasanya hanya untuk kepentingan
pribadinya saja? Tapi, bukankah dia membutuhkan rumah baru untuk suami dan
anaknya pula? Kenapa ya?"
Tak lama berselang Kristen D
datang bertandang tanpa mengetahui permasalahan yang sedang terjadi di
ladangnya. Lantas dia berinisiatif untuk mentraktir Kristen B dan Kristen C. Ini aneh. Biasanya Kristen D tak pernah
mengajak Kristen C. Ini juga aneh
karena Kristen D sudah mengetahui bahwa Kristen C sedang berpuasa tetapi tetap
mengajaknya dengan nada keras pula.
Saat itu Kristen A berkata
kepada temannya: "Sayang sekali
Kristen C menerima ajakan Kristen D. Kalau
puasanya batal, ya sayang sekali. Usahanya akan sia-sia. Seharusnya dia
tolak saja ajakan Kristen D." Namun, dugaan Kristen A salah. Ketika
pulang dari ladang, seperti biasanya Kristen A nebeng Kristen C. Di tengah
perjalanan Kristen C bercerita bahwa dia tidak ikut makan dan hanya menonton
orang-orang makan siang dengan lahap. Saat itu Kristen D berkata kepadanya: "Buka puasa sekarang saja atau minum
es-nya saja" tetapi Kristen C tetap menolaknya.
Lantas Kristen A bertanya: "Kenapa tidak minta dibungkus
saja?" Jawabnya: "Tidak. Aku tidak mau terlalu mengejar
hal-hal duniawi semacam itu." Kristen A mengetahui bahwa Kristen C
sangat suka makan sehingga diiming-imingi makanan yang disukainya pada saat
puasa tentulah amat berat baginya. Meskipun demikian, Kristen A yakin bahwa
Kristen C tidak akan marah kepada Kristen D karena kalah posisi.
Keesokan harinya Kristen C
bercerita tentang pembelaan Tuhan atas dirinya. Ceritanya: "Dari dulu mbak E yang non Kristen itu tak pernah baik kepadaku.
Tiap kali ada makanan aku tidak pernah ditawari. Mbak F yang non Kristen juga
seperti itu. Lalu mbak E keguguran padahal dia sangat ingin punya anak lagi.
Sementara itu mbak F juga bercerita sendiri kepadaku bahwa dia tidak ditawari
makanan oleh Kristen G. Sekedar basa-basi pun tidak. Aku senang bisa mendengar
dari mulutnya sendiri. Ternyata dia
turut merasakan apa yang kurasakan. Bukannya aku senang atas kesusahannya
tetapi aku merasa itu pembelaan Tuhan
atasku dan aku bisa melihatnya sendiri."
Seketika itu juga Kristen A
teringat ulah Kristen D terhadap Kristen C pada saat Kristen C puasa sehingga
dia bertanya-tanya di hati: "Benarkah
keguguran itu terjadi sebagai bentuk pembalasan Tuhan? Memang mbak E tidak baik
terhadapnya tetapi belum tentu itu pembalasan Tuhan bagi dirinya saja. Mungkin
masih banyak orang lain yang telah disakiti hatinya oleh mbak E. Bisa juga hanya kebetulan. Namun, jika
itu pembalasan Tuhan, berarti ulah Kristen D terhadapmu merupakan pembalasan
Tuhan bagiku. Iya, siapa sangka Kristen D dipakai oleh Tuhan untuk membelaku
sekalipun dia tidak mengetahui masalah yang kuhadapi. Kemarin kamu pun merasakan apa yang kurasakan dan aku juga mendengar
sendiri darimu tetapi kamu tidak mengetahuinya karena kamu terlalu sibuk
menilai orang lain."
Matius 7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
Aha... di dalam kekecewaannya
Kristen A turut menghakimi Kristen C di dalam hatinya. Kemudian Kristen A
teringat akan suatu ayat sehingga dia semakin yakin bahwa Kristen C tidak akan
mendapatkan rumah itu sekalipun dia telah melakukan doa puasa. Puasanya sia-sia
karena selagi berpuasa dia masih bisa marah-marah alias mengomel karena ulah
beberapa orang dan juga sempat membebankan kuk kepada Kristen A dengan
penilaiannya yang tergesa-gesa.
Yesaya 58:6 Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,
Meskipun secara tak langsung
Kristen A telah merasakan pembelaan Kristen D, dia tak bisa mendukung perbuatan
Kristen D terhadap Kristen C karena teringat suatu ayat.
Amsal 24:17-18 Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok, supaya TUHAN tidak melihatnya dan menganggapnya jahat, lalu memalingkan murkanya dari pada orang itu.
Lantas Kristen A mengirim pesan
kepada Kristen D berupa ayat Alkitab dan lirik lagu rohani agar Kristen D
semakin rajin membaca Alkitab dan berdoa sehingga dia semakin mengerti kehendak
Tuhan. Pada akhirnya Kristen A tak lagi terluka atas perkataan Kristen C.
Kristen B, C, dan D juga mengalami beberapa perubahan nan positif. Hingga kini
Kristen C belum mendapatkan rumah impiannya. Mungkin kapasitas hatinya memang
belum siap untuk menerima berkat sebesar itu. Oh, hanya Tuhan yang tahu isi
hati kita semua.
KRISTEN KATANYA (Bobby - One Way)
Verse 1: Jadi orang Kristen jangan cuma
bicara. Ngalor ngidul cerita nggak ada buktinya. Suka dengar khotbah keren
bapak pendeta Tapi pulang Gereja lupa semuanya.
Pre Chorus 1: Tersinggung sedikit aja
langsung marah gila. Kecewa sekali aja langsung putus asa… heyy…
Chorus: Kristen katanya… Lain katanya… Kalau
cuma bicara nggak 'kan ada dampaknya. Kristen katanya… Lain katanya… Jangan cuma
wacana, harus ada buahnya.
Verse 2: Orang Kristen harusnya s’lalu buka
mata. Jangan cuma pikirin berkat-berkat saja. Lihat di luar sana jiwa yang
binasa karena kita semua nggak ada fungsinya.
Pre Chorus 2: Ada yang sibuk rebutan
menjadi Gembala. Ada Gereja asyik itung rugi laba… heyy… (Repeat Chorus)
Pre Chorus 3: Meriang sedikit aja panggil
pak pendeta. Diajar memberi susahnya luar biasa… heyy… (Repeat Chorus)
Pre Chorus 4: Dari jemaat biasa sampai yang
S.Th. Semua punya tugas dan mandat yang sama. Menjadi saksi yang nyata bagi
seluruh dunia Sampai semua orang menjadi murid-Nya.
0 komentar:
Post a Comment